Jumlah sumur yang disebutkan, tidak ada yg benar baik itu untuk jumlah sumur 
eksplorasi, apalagi jumlah keseluruhan sumur. Sedangkan menyebut nama 
perusahaannya pun salah. Maka substansi beritanya pun masih bisa dipertanyakan.

Saya sependapat berita semacam ini bisa jadi merupakan "agenda" sekelompok 
orang untuk mempengaruhi masyarakat luas.
Padahal baru kemarin kami mengikuti acara sosialisasi mengenai usaha 
eksplorasi/ eksploitasi migas di salah satu kabupaten di Jambi yg mibatkan 
Sekda sampai Kades, dimana para media masa juga ada. Tetapi yang dikutip masih 
tetap salah.
Sosialisasi seperti ini amat perlu dan bermanfaat, terutama untuk "educate" 
kalangan menengah kebawah. Saya kira tidak banyak masyarakat suatu daerah yang 
tahu kalau daerahnya menerima 250 milliar rupiah + CSR dalam jumlah besar 
setiap tahunnya, misalnya. Juga mungkin tidak tahu apakah dengan bertambahnya 
sumur, maka secara langsung produksi akan naik? Masyarakat tidak tahu 
(setidaknya tidak banyak yang tahu) kalau fasilitas migas, fasilitas produksi 
adalah milik negara, sehingga masyarakkat pun perlu turut menjaganya. Usaha2 
pencerahan seperti ini saya yakin akan lebih efektif menjadikan masyarakat 
sebagai kontrol publik, juga menjadi kontrol daerah bersangkutan, misalnya 
terhadap asal muasal dan penggunaan anggaran daerah yang cukup besar, khususnya 
yang berasal dari sektor migas. Sehingga masyarakat  tidak gampang "curiga" 
kepada industri migas yang beroperasi didaerahnya. 

Miris juga mendengar, di daerah2 yang kaya akan migas, namun koq katanya juga 
"kaya" akan orang miskin.

Khusus hal terakhir ini, saya jadi penasaran mengenai: berapa pendapatan suatu 
daerah dari migas yg beroperasi diwilayah/ sekelilingnya, dikaitkan dengan APBD 
daerah bersangkutan, dikaitkan dengan jumlah penduduk, dikaitkan dengan jumlah 
penduduk yang "miskin". Mungkin akan menjadi kajian yang menarik bagi wartawan, 
sehingga apakah pantas masih banyak orang miskin di daerah yang justru kaya 
akan migas?
  
Salam,
Nyoman
-----Original Message-----
From: elan_biant...@yahoo.com
Date: Fri, 16 Mar 2012 13:28:50 
To: Nugrahani<nugrah...@bpmigas.go.id>; 
iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>; 
nyoman.s...@petrochina.co.id<nyoman.s...@petrochina.co.id>
Reply-To: elan_biant...@yahoo.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Apakah ini benar ?

Saya kira kita yang tergabung dalam ikatan profesi yg dekat dengan industri 
hulu migas tidak terpancing oleh sumber berita yang tidak kompeten. Sayang 
kalau nama besar IAGI terbawa oleh provokasi seperti konperensi pers yg 
dilakukan oleh Serikat Pekerja BUMN. Saya juga heran kok beraninya mereka 
melakukan kon. Pers dgn mempublikasi data yg tidak bisa dipertanggungjawabkan. 
Dari mana mereka dapat data 30 sumur yg mereka bilang dari Bpmigas? Dan dari 
mana juga data 91 sumur itu. Dari hitung-hitungan yg mereka buat, terlihat 
bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang industri hulu migas. Bagaimana mungkin 
crude sebanyak itu digelapkan tanpa didukung oleh production facilities dan 
pelabuhan tanker utk mengangkut crude tsb. Mereka tidak tahu proses dan 
mekanisme lifting crude.

Mungkin sebetulnya mereka mau menyuarakan protes kenaikan harga bbm tapi dengan 
cara yang lain, tapi sayangnya tidak didukung oleh info dan data yg akurat.

Jadi sebaiknya kalau kita bisa berfikir cerdas (karena memang itu area yg dekat 
dengan profesi kita), kita bisa tangkal provokasi yang 'menyesatkan'  itu 
melalui pendapat independen dari IAGI.

Salam.

Elan Biantoro

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Nugrahani <nugrah...@bpmigas.go.id>
Date: Fri, 16 Mar 2012 11:49:18 
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>; 
elan_biant...@yahoo.com<elan_biant...@yahoo.com>; 
nyoman.s...@petrochina.co.id<nyoman.s...@petrochina.co.id>
Reply-To: Nugrahani <nugrah...@bpmigas.go.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Apakah ini benar ?



Dengan tetap menghormati pendapat teman2 yg memang sangat ahli di bidangnya, 
aku sarankan sih kita lanjutkan diskusi serius ini, dgn mengganti "subject" dan 
memotong "body" tulisan yg tentang "720 milyar hilang setiap hari" tsb. Ini 
karena sebab musabab dari tulisan tsb adl salah kutip/salah komunikasi belaka.

Kejadiannya aslinya gini : Pemda Jambi tepatnya Pemda Kabupaten Tanjung Jabung 
Barat, kepengen tau jumlah sumur di wilayahnya, yg kebetulan adlah WK-nya 
PetroChina Jabung. Mrk katanya nanya ke DitJen Migas, dan didapat angka 30 
sumur itu, padahal itu adalah data sumur eksplorasi saja, tapi disalahartikan 
oleh Pemda Kab. Tanjung Jabung sebagai seluruh sumur, dan kemudian mrk "ribut", 
tanpa mengecek ulang ke BPMIGAS atau ke PetroChina, dan mrk lapor ke DPR/DPRD, 
ke media massa, dgn tuduhan bhw PetroChina memalsukan data dan merugikan 
negara, dll (kita yg di industri migas tentu sangat faham bahwa gak mungkin 
cuman 30 sumur di blok Jabung, dan gak mungkin PetroChina memalsukan jumlah 
sumurnya - gimana caranya ???). Kami, BPMIGAS dan PetroChina sudah mengadakan 
pertemuan dgn Pemda Kab. Tanjung Jabung Barat dan mereka sudah faham akan 
kesalahan informasi ini. Namun, apa daya, berita negatif sangat mudah menyebar, 
dan beberapa pihak memanfaatkannya tanpa melakukan cek dan re-cek.

Saya harapkan sih temen2 di iagi-net lebih bijaksana dgn berita2 sejenis ini.
Terima kasih.

Mungkin pak Elan Biantoro sebagai Kepala Perwakilan BPMIGAS SumBagsel dapat 
memberikan penjelasan lebih rinci (atau Bli Nyoman Suta, Exploration 
Manager-nya PetroChina Jabung bisa kasih tambahan ?).


Salam,
Nuning


Powered by Telkomsel BlackBerry®
________________________________
From: o - musakti <o_musa...@yahoo.com.au>
Date: Fri, 16 Mar 2012 03:35:29 -0700
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Apakah ini benar ?

Ujung-ujungnya semua tergantung pada ROI, return on investment baik dalam term 
money dan yang lebih fundamental dalam term energy.

Dalam bingkai uang, faktor penentu adalah harga minyak. Dengan teknologi yang 
ada serta harga minyak saat ini, apakah extraksi baik hasil new exploration 
maupun secondary atau tertiary recovery ataupun ekstraksi sumber unconventional 
masih ekonomis untuk dilakukan.  Pernah baca laporan yang menyatakan bahwa tar 
sand di Athabasca baru akan ekonomis kalau harga minyak diatas 60. Ada lagi 
yang bilang harga minimum mesti 80 atau 100 dollar perbarrel. Hal yang serupa 
dengan deep water di Brazil, West Africa atau explorasi/exploitasi di Artic.

Yang lebih fundamental (secara fisika) adalah EROEI, energy return on energy 
invested. Balik ke athabasca tar, ada yang bilang bahwa untuk ekstraksi 3 
kilojoule energy yang tersimpan dalam berapa volume liquid HC, diperlukan 1 
kjoule energy dalam bentuk gas untuk steam, bensin untuk menjalankan excavator 
dan caterpillar dll. Dalam kata lain, EROEI nya hanya 3 , sangat rendah bila 
dibandingkan dengan conventional oil yang rata-rata EROEI nya sekitar 35. 
Tertiary production di Minas atau Duri dengan steamfloodnya juga pasti makan 
energi besar yang menyebabkan EROEI nya makin menurun sampai suatu saat batas 
'rate of diminishing return' akan terlampaui dan abandonment merupakan jalan 
terbaik.

Jadi, keterbatasan (finiteness) dari migas merupakan suatu keniscayaan yang 
harus kita akui bersama. There is only so much of oil in the earth to start 
with......



--- On Fri, 16/3/12, Sapto Soendjojo <saptosoendj...@gmail.com> wrote:

From: Sapto Soendjojo <saptosoendj...@gmail.com>
Subject: Re: [iagi-net-l] Apakah ini benar ?
To: iagi-net@iagi.or.id
Received: Friday, 16 March, 2012, 3:39 PM

Biasanya field ada RF nya, tergantung litologi, por, perm atau
mempunyai besaran2 petrofisik masing-masing
Pada saat minyak habis atau dalam kata lain tidak bisa diambil secara
konvensional maka diupayakan dengan teknologi yang baru misalnya di
fracturing, diasam, atau yg lainnya di steam.
Jadi mungkin istilahnya habis dengan cara konvensional tapi masih bisa
diperas lagi dengan teknologi jadi sepertinya gak habis-habis
Kalau teknologi berkembang terus mungkin lapangan yg mati bisa
dihidupkan kembali dengan EOR
Kadang sumur yg sdh mengair kemudian ditinggal beberapa lama setelah
dibuka kembali eh nemu minyak lagi.
Atau nemu minyak di lapisan lain yg secara HC identitas nya minim ...
seperti low RT.
Jadi memang harus pinter-pinter cari minyaknya

Wass

Pada tanggal 16/03/12, Bandono Salim 
<bandon...@gmail.com</mc/compose?to=bandon...@gmail.com>> menulis:
> Aku sekolah puluhan tahun yang lalu, dibilang 20th lagi minyak indonesia
> habis.
> Sekarang juga begitu, apakah yakin?
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: "Rahardjo S. 76" 
> <rahardjo...@yahoo.co.id</mc/compose?to=rahardjo...@yahoo.co.id>>
> Date: Fri, 16 Mar 2012 11:09:37
> To: 
> iagi-net@iagi.or.id</mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id><iagi-net@iagi.or.id</mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>>
> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id</mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>>
> Subject: [iagi-net-l] Apakah ini benar ?
> Sebentar kang Asep,
>
> Apakah A. Daryoko tahu persis dunia minyak, ini yang pertama harus
> dipertanyakan..
> Kita hitung sederhana, dari 91 sumur petrokimia (or Petrochina nih??) apa ya
> semuanya memproduksi minyak?
> kalau mereka menghilangkan data, terus bgmn caranya, lha wong minyaknya
> (semoga ga salah) ditransfer  ke Bajubang  - Tempino terus dipompa ke Plaju.
> Apakah di Bajubangnya tidak ada perhitungan jumlah minyak yang masuk?
> berandai andai: Misalnya sebagian minyaknya tidak melalui Bajubang, diangkut
> dengan truk menuju Pelabuhan untuk dikapalkan, pasti akan terjadi trafik
> yang cukup sibuk krn hilir mudiknya truk pengangkut minyak, kan nyolok
> banget tuh, apa pemda Jambi akan diam saja.
>
> Satu hal lagi jumlah 1,6 juta bbls itu kapan? dan apakah tidak ada "decline
> rate" (penurunan produksi) karena hukum alam memang demikian.
>
> pada hemat saya LSM, Federasi Serikat Pekerja, dsb kadang ga sabaran melihat
> data dan lebih mengutamakan suara keras dulu.....lebih baik dihitung secara
> fair saja.
>
> Salam
>
> Rahardjo S.
> NPA 0848
>
>
>
>>________________________________
>>Dari: Asep Hidayat <ahidaya...@yahoo.com</mc/compose?to=ahidaya...@yahoo.com>>
>>Kepada: "iagi-net@iagi.or.id</mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>" 
>><iagi-net@iagi.or.id</mc/compose?to=iagi-net@iagi.or.id>>
>>Dikirim: Jumat, 16 Maret 2012 9:38
>>Judul: [iagi-net-l] Apakah ini benar ? Kalau benar pantaskah kita dukung
>> masih pemerintah ?!
>>
>>
>>
>>
>>Minyak Senilai Rp 720 Milyar Hilang Setiap Hari
>>Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Strategis Ahmad Daryoko menyatakan
>> turunnya lifting akibat adanya penggelapan data sumur minyak yang ada. Dan
>> nilainya itu sekitar Rp 720 milyar per hari.
>>“Menurunnya lifting, bukan karena sumur  minyak menipis seperti yang
>> diklaim Purnomo Yusgiantoro atau pun karena birokrasinya terlalu panjang
>> seperti yang dipermasalahkan Kurtubi, tetapi karena adanya pencatatan yang
>> tidak apa adanya,” ungkapnya dalam konfrensi pers tolak kenaikan harga BBM
>> dan tolak liberalisasi sektor migas Kamis (15/3) siang di Kantor DPP
>> Hizbut Tahrir Indonesia, Crown Palace Jl Soepomo, Tebet, Jakarta.
>>Salah satu buktinya, lanjut dia, kasus penggelapan sumur minyak yang
>> dikelola Petrokimia di Provinsi Jambi.  Jumlah sumur minyak Petrokimia di
>> Provinsi Jambi berdasarkan catatan BP Migas berjumlah 30 sumur. Kemudian
>> Pemda Jambi melakukan investigasi sendiri ternyata ada 91 sumur. Berarti
>> ada 61 satu sumur yang tidak tercatat.
>>Daryoko pun menyakan temuan Pemda Jambi ini bisa dijadikan langkah awal
>> untuk menemukan jawaban mengapa sejak berlakunya UU 22 tahun 2001 itu
>> lifting minyak, jatuh ke kisaran 800-900 ribu barel perhari padahal
>> sebelumnya sekitar 1.6 juta barel perhari.
>>“Itu baru satu kontraktor bagaimana dengan kontraktor lainnya seperti
>> Chevron, Total, Petronas dan lainnya? tidak menutup kemungkinan kontraktor
>> lainnya juga berbuat demikian. Dan itu kejadian di Jambi dan tidak menutup
>> kemungkinan di daerah lainnya pun terjadi modus serupa,” prediksinya.
>>Berdasarkan UU yang meliberalisasikan sektor minyak dan gas tersebut,
>> Pertamina di sejajarkan dengan kontraktor migas swasta dan asing. Karena
>> sejajar, Pertamina tentu saja tidak memiliki kewenangan untuk mengawasi
>> sumur yang dikelola para kontraktor itu. Maka dibentuklah BP Migas untuk
>> melakukan pengawasan.
>>“Tetapi BP Migas itu pada faktanya hanya mencatat laporan dari kontraktor,
>> tidak mengawasi! Berbeda dengan Pertamina yang memiliki inspektor pada
>> setiap sumur minyak,” ungkapnya.
>>Maka, sangat dimungkinkan, fakta sebenarnya produksi minyak itu tidak
>> menurun, tetapi yang dilaporkan ke BP Migas sebagiannya saja. Jadi bila
>> produksinya tetap 1,6 juta barel maka ada sekitar 800 juta barel
>> digelapkan.
>>“Bila satu barel harganya US$ 100 (kurs Rp 9000) maka sekitar Rp 720 milyar
>> hilang setiap hari!” pungkasnya.(mediaumat.com, 16/3/2012)
>>
>>Salam,
>>Asep
>>
>>
>

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
--------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman 
abstrak 28 Februari 2012.
--------------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id</mc/compose?to=o...@iagi.or.id>
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------




“Save a Tree” – Please consider the environment before printing this email.


“Save a Tree” – Please consider the environment before printing this email.

====================================================================================================================================================================================
DISCLAIMER : This e-mail and any files transmitted with it ("Message") is 
intended only for the use of the recipient(s) named above and may contain 
confidential information. You are hereby notified that the taking of any action 
in reliance upon, or any review, retransmission, dissemination, distribution, 
printing or copying of this Message or any part thereof by anyone other than 
the intended recipient(s) is strictly prohibited. 
If you have received this Message in error, you should delete this Message 
immediately and advise the sender by return e-mail. Opinions, conclusions and 
other information in this Message that do not relate to the official business 
of PetroChina International Companies In Indonesia or its Group of Companies 
shall be understood as neither given nor endorsed by 
PetroChina International Companies In Indonesia or any of the companies within 
the Group.
==============================================================================================================================================================

Kirim email ke