sebenarnya subsidi BBM itu bisa ditekan kalau sarana dan prasarana yang ada itu 
nyaman, aman dan efisien; misalkan public transportation contohnya

kalau ini bisa dibikin nyaman, aman dan efisien (tepat waktu), banyak mungkin 
yang nggak ke kantor bawa kendaraan pribadi tetapi naik public transport; 
berapa konsumsi BBM yang bisa dikurangi/ditekan

lhah di jakarta yang nggak lihat jam dan hari; dimana-mana macet, bahkan sempat 
denger ada yang bilang bahwa jakarta sudah bukan 'macet' lagi istilahnya, tapi 
'kendaraan parkir di jalan' plus mesin dan AC yang hidup terus, berapa konsumsi 
BBM yg terbuang sia-sia hanya untuk diam di jalan ataupun kalau jalan hanya 10 
meter/jam apalagi klo hujan

jalanan sempit dan rusak pun mengakibatkan konsumsi BBM yang tinggi juga, truk2 
pengangkut sembako yang harusnya bisa sampe tujuan 10 jam, molor jadi 17 jam; 
kan sudah agenda rutin tahunan sebelum Lebaran kalau pantura itu selalu 
diperbaiki karena jalan yg banyak lubang, rusak, bocel sana sini

jadi hemat saya kalau cuman lihat big picture nya bahwa BBM naik karena harga 
minyak mentah naik kok ya kurang pas juga; karena komponen2 lain yang membuat 
subsidi BBM melonjak itu nggak coba diurut satu2, karena nggak cuma di jakarta 
saja tetapi hampir disemua daerah lebarnya ruas jalan nggak/kurang berkembang 
cepat yang mengakibatkan lambatnya perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, 
efeknya ke BBM

pertanyaannya, apakah dengan naikkan BBM ini solusi sesaat atau jangka panjang 
? ataukah benang kusut konsumsi BBM yang meningkat ini perlu dilihat lebih 
jernih lagi sebabnya... 

monggo kerso


On 26 Mar 2012, at 21:56, Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com> wrote:

> Harga BBM di dunia akan naik terus untuk negara yang kecil cadangannya 
> seperti Indonesia dan tergantung atas import, waktu kenaikan BBM juga tak 
> bisa di tolak lagi kapan akan dinaikkan, bisa tiap semester. setiap tahun 
> sampai negara ini sudah tak mampu mengontrolnya lagi.
> Selama kebanyakan dari bangsa ini life stylenya boros BBM maka kesulitan 
> tersebut lebih terasa. Sampai waktunya negara tak bisa lagi mengontrol 
> tingkat konsumsi BBM maka swasta akan mengambil alih sepenuhnya harga BBM 
> sesuai permintaan. Akankah harga BBM akan bisa lebih tinggi dari saat ini?, 
> sangat mungkin bisa 2x lipat dan seterusnya karena pemerintah tak punya 
> cadangan devisa untuk menyuplai BBM.
> 
> 2012/3/27 noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
> Dari Detik....
> 
> >PDI Perjuangan, kata Aria Bima, menolak kenaikan harga BBM lantaran 
> >>meyakini pemerintah sebenarnya masih bisa mencari jalan keluar selain 
> >>menaikkan harga BBM. Misalnya melakukan penghematan anggaran perjalanan 
> >>dinas pejabat, melakukan efisiensi BPH Migas dan Pertamina, serta 
> >>meningkatkan produksi (lifting) minyak dalam negeri.
> 
> ===> sepakat, tapi seberapa realistis sih hal ini?
> - yang terus ngotot study banding ke LN juga orang-orang DPR
> - BPH MIGAS: apa sih perannya kok sampai in-efisiensinya bisa menekan harga 
> BBM?
> - peningkatan produksi dan atau lifting: sepakat, tapi kalau defisit BBM 
> sudah sedemikian besar kok rasanya berat untuk swasembada lagi walau produksi 
> digenjot habis-habisan (kalaupun bisa)...
> 
> 
> >Pemerintah, ujar Aria Bima, juga bisa menekan harga BBM dengan membeli 
> >>langsung minyak mentah kepada negara produsen, bukan melalui makelar dan 
> >>spekulan seperti selama ini. Seiring dengan itu, pemerintah bisa 
> >>menyiapkan kilang-kilang pengolahan BBM di dalam negeri dan mengembangkan 
> >>industri bahan bakar nabati pengganti BBM.
> 
> ==> sepakat juga, ada yang tahu seberapa besar "fee" yang diambil mereka dan 
> apakah cukup untuk nombok subsidi BBM?
> Menyiapkan kilang = membangun kilang..? lha kha tetap perlu crude juga untuk 
> bisa dikilang...kalau crude dalam negeri nggak cukup khan masih harus import 
> juga...
> 
> 
> >"Namun, opsi selain menaikkan harga BBM itu tidak pernah serius >dilakukan. 
> >Pemerintah hanya mau cari gampangnya saja dengan langsung >menaikkan harga 
> >BBM," katanya.
> 
> ==> sepakat juga, tapi DPR juga saya rasa cuman cari gampangnya: menyalahkan 
> pemerintah dan tidak mau tahu permasalahan kronik yang sedang kita hadapi 
> ini....
> 
> 
> salam,
> 
> NSy
> (pemakai BBM non subsidi, dan setia membeli di SPBU Pertamina)
> 
> 
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2011-2014:
> Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
> Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
> --------------------------------------------------------------------------------
> Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
> Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman 
> abstrak 28 Februari 2012.
> --------------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the 
> email to: o...@iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted 
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall 
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or 
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of 
> use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any 
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
> 
> 
> 
> 
> -- 
> Sent from my Computer®
>  

Kirim email ke