Mungkin perlu diberi pelajaran kalau Bali gelap gelapan , sekali kali listrik yg disuplai dari jawa melalui kabel bawah laut diputus bberapa hari kan lumayan bisa kehilangan daya sampai 200 MW dg hanya sekali sentuh tombol on/off nya , apalagi kedepan kapasitas kabel bwh laut ini akan ditingkatkan untuk menambah kekurangan daya di Bali seiring dg selesainya pemb bandara ngurah rai yg akan butuh sekitar 80 MW , disisi lain PLTG Gilimanuk , Pemaron dan Pesanggaran klimpungan tdk ada gas yg datang serta rencana PLTU batubara tdk kunjung dibangun krn isu lingkungan. Pdahal konsumen listrik di Bali berani bayar diatas harga keekonomiannya jadi tdk perlu subsidi malah untung besar krn penggunanya 80% lbh untuk komersiel ,Bali termasuk daerah yg listriknya bisa disediakan dg harga pasar tanpa subsidi
Ism Sent by Liamsi's Mobile Phone -----Original Message----- From: Wayan Heru Young <londob...@yahoo.com> Date: Tue, 27 Mar 2012 08:07:16 To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Wamen ESDM: Minyak RI Cuma 0,3% Cadangan Dunia, Tak Pantas BBM Murah Kalau yang satu itu sudah ruwet sekali Pak.. Saya pernah diskusi/debat dengan seorang ahli hukum yang sedang ambil s2 di luar negeri, kebetulan aktifis LSM (yang katanya demi lingkungan).. Dikasi penjelasan bagaimanapun sudah tidak mau dengar.. Pokoknya "SAY NO TO GEOTHERMAL"... mungkin sudah latah bilang "tidak" ya? tapi juga tidak bisa memberikan solusi.. pokoknya NO! atau terlanjur malu dari awal dulu demo2 menolak geothermal, hingga sekarang ada wacana mau membuat pembangkit bahan bakar batubara pun malu untuk bilang "eh, jangan batubara deh, geothermal saja lebih ramah lingkungan.." Ujung-ujungnya jawaban pamungkas dari dia saat sudah makin terpojok kira-kira begini: "Anda orang teknis jadi penjelasannya semuanya teknis, sedangkan masalah ini sudah menjadi masalah politik dan hukum yang menyangkut pariwisata massal.. Jelas saja anda tidak mengerti tentang hal itu, anda kan orang teknis..." Waduh.. kalau masalah teknis (layak atau tidak geothermal di Bali dari segi kapasitas dan AMDAL) dijawab dengan politik, ya gak bakal ketemu dong jawabannya.. Gubernur yang dari awal selalu mendukung geothermal juga akhirnya berubah haluan karena mendekati pil-gub dan media massa lokal yang selalu memberitakan geothermal dengan berat sebelah.. DPRD berkoar-koar bahwa rakyat Bali menolak, rakyat yang mana? di Bedugul lebih banyak yang setuju.. tapi koran lokal lebih seru menulis "DPRD menolak" daripada "warga sekitar menerima" karena menolak itu lebih sensasional ketimbang menerima.. Sepertinya juga Menteri Pariwisata yang tiba-tiba menjadi Menteri Energi &SDM merupakan pion dari pemerintah pusat untuk mencoba menggolkan geothermal tersebut. Tidak berapa lama menjabat Pak Menteri langsung mengadakan konperensi pers di Bali dan menyatakan akan mendukung geothermal di Bali... mungkin dikira kalau orang bali yang dari pusat yang ngomong para DPRD yang terhormat ini akan mau mendengarkan. Padahal justru langsung menjadi ajang pamer keberanian, anggota dewan daerah tersebut banyak yang langsung mengecam dan mengatakan "Kalau Pak Menteri tidak mendukung rakyat Bali, percuma dikasi jatah kursi menteri, sebaiknya dicopot saja".. Sekali lagi, rakyat yang mana? Susahnya era "euforia reformasi dan otonomi daerah", batasan-batasan belum jelas sehingga semuanya serasa memiliki hak menolak apapun dari pemerintah pusat dan mengatasnamakan rakyat daerah. Masalah apapun yang terlanjur dipakai sebagai wacana politik akan susah untuk dicari solusinya. Semakin lama dan berlarut-larut masalah itu jadi bulan-bulanan politikus, akan semakin ruwet pula pemecahannya. Salam dari Bali, Wayan H Y ________________________________ From: Eko Prasetyo <strivea...@gmail.com> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, March 27, 2012 4:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Wamen ESDM: Minyak RI Cuma 0,3% Cadangan Dunia, Tak Pantas BBM Murah Jadi inget orang bali yang entah kenapa menolak geothermal. Adat?