Wah, salut buat Pak Koesoema.

Pak Koesoema ternyata Gunung Padang juga menarik perhatian bapak. Saya juga
sempat terengah-engah mendaki lewat jalan susah ini. Dan berhenti di anak
tangga ke sekian. Saya berangkat pagi sekali sehingga tidak sempat sarapan.
Saran buat kawan yang akan menaiki Gunung Padang untuk tidak mendaki
sewaktu perut kosong, karena mendaki di jalan yang aslinya ini sangat
menguras tenaga.

Pendapat Pak Koesoema tentang Gunung Padang ini tentunya juga sangat
ditunggu.

Salam

Rovicky

2012/6/4 koesoema <koeso...@melsa.net.id>

> TINJAUAN PARIWISATA G. PADANG:
>
> Hari Sabtu tgl 2 Mei 2012 saya berkesempatan untuk melakukan fieldtrip
> bersama dengan pagyuban Bandung Heritage. Kami berangkat beserta isteri dan
> adi ipar kami yang bertindak sebagai  penjaga kami, mengingat kami berdua
> itu sudah di atas kepala tujuh, dan antisipasi akan adanya naik ke puncak
> adanya situs purbakala G. Padang. Field trip ini dipandu oleh Sdr. Budi
> Brahmantio, mungkin satu-satunya geologist selain saya. Peserta lainnya
> adalah antara lain dari arsitektur dan planologi.
> Kesampai Situs (Accessibility)
> Ternyata G. Padang sudah menjadi objek tujuan wisata resmi dari Kementrian
> Pariwisata, sehingga perjalanan cukup mudah. Dari Bandung  ke arah Sukabumi
> setelah melewati Warungkondang Cianjur, sebelum Gekbrong, ada simpang jalan
> ke kiri yang diberi tanda Situs G. Padang (walaupun tidak terlalu besar).
> Pada setiap simpang jalan tanda ini terus diketemukan, sehingga tidak sulit
> untuk sampai ke situs ini. Setelah melewati stasiun KA dengan terowongan
> Lampegan-nya, jalan menjadi sempit, sehingga sulit untuk berpapasan,  yang
> tidak lain adalah jalan perkebunan, tetapi sudah diaspal kecuali beberapa
> ratus meter terakhir saja. Sepanjang jalan sudah cukup banyak pengunjung
> yang kebanyakannya naik motor. Tujuan wisata ini sudah mulai ditata secara
> baik, pada ujung jalan aspal, kampong Cimanggu sudah disiapkan tempat
> parkir, cukup untuk beberapa puluh mobil. Sebelumnya kami melakukan
> tinjauan jarak jauh dari situs G. Padang ini dan kelihatan betapa terjalnya
> jalan bertangga-tangga yang menuju situs tersebut, sehingga dapa
> menyurutkan nyali untuk mendakinya. Setelah berjalan sekitar 300 m dari
>  Cimanggu kami sampai ke tempat dimulainya pendakian. Disitu sudah
> didirikan bangunan-bangunan kecil termasuk ruang untuk penjelasan, mushola
> dan WC umum dan tentu loket untuk pembayaran ticket masuk ( Rp.2000).
> Dari gerbang G. Padang ini terdapat dua jalan bertangga untuk naik ke
> situs, satu jalan lama yang cukup curam dan tersusun dari kolom-kolom
> batuan dan menuju langsung ke puncak bukit di mana situs berada, dan satu
> jalan baru dengan anak tangga yang rendah yang baru dibangun dari beton,
> tetapi melebar dan cukup landai, tetapi tentu lebih jauh. Karena ego saya
> merasa ditantang, saya memilih jalan yang curam, ingin mengetes sampai di
> mana kekuatan mental saya. Saya tidak menyesal mengambil jalan ini, tetapi
> merasa kelelahan sampai harus beristirahat sampai mungkin 4 kali. Ternyata
> kecapaian ini bukan jantung yang berdebar-debar (rasa-rasanya detak jantung
> ini normal saja) juga napas rasanya masih tidak tersendat-sendat (tidak
> hah-heh=hoh), bahkan mampu mengambil napas panjang, tetapi yang terasa
> adalah pusing dan mulai melihat kunang-kunang. Saya sudah mulai ada pikiran
> wah jangan-jangan saya bernasib sama dengan Wamen ESDM  di G. Rinjani,
> namun saya segera hapus bayangan ini dari pikiran saya, dan yang menyertai
> sayapun (antara lain Budi) saya tidak beri tahu bagaimana parahnya saya
> waktu itu. Alhamdulillah walhasil kami sampai ke teras pertama dari situs
> megalitik G. Padang. Eh ternyata isteri saya tadinya tidak mau ikut naik
>  sudah menunggu setengah jam di sana, dan sama sekali tidak menunjukkan
> tanda-tanda kecapaian sedikitpun mengikuti jalan yang lebih jauh itu.
> Selain itu juga sudah banyak wisatawan lokal disini. Memerlukan waktu lebih
> dari setengah jam saya istirahat di pelataran pertama dari situs megalithic
> ini, baru sesudah makan siang (nasi kotak lumpia Semarang, waktu sudah
> lewat jam 12 siang) dan minum secukupnya saya merasa cukup pulih kembali
> untuk melanjutkan ke puncak, walaupun masih lemas rasanya. Kebetulan di
> atas ini ada tukang cingcau, yang menjual minuman cingcau asli dari daun
> “camcauh” dengan gula aren. (ternyata daerah ini adalah terkenal sebagai
> daerah yang memproduksi gula aren). Setelah minum cincau inilah saya merasa
> segar dan fisik saya pulih kembali, bahkan sampai ke Bandung pun tidak
> merasa lelah sama sekali, bahkan besok harinya dapat menghadiri beberapa
> undangan. Saya baru menyadari sekarang bahwa apa yang terjadi itu karena
> saya menginap penyakit gula (diabetes) dan makan obat. Kelihatannya waktu
> saya naik ini enersi saya terkuras habis, dan pancreas saya tidak mampu
> memberikan cukup supply gula ke darah saya. Saya kira lain kali saya harus
> bawa permen. Karena ternyata cincau dengan gula aren itu telah memulihkan
> tenaga saya (self-diagnose, seharusnya saya konsultasi ke dokter apa yang
> sebenarnya terjadi).
> Kesimpulan mengenai kesampaian: Situs megalithic G. Padang  cukup mudah
> untuk dicapai. Ini bisa dibuktikan bahwa isteri saya saja yang sudah
> berkepala tujuh, boleh dikatakan tidak pernah naik gunung, olah raganya
> tennis, sehingga lutut-nya agak bermasalah, kalau jalan-jalan paling2 di
> mall berjam-jam, tetapi memang terlatih di rumah karena harus turun-naik
> tanngga, mampu mencapai puncak dari G. Padang ini tanpa banyak mengeluarkan
> keringat.
> Untuk hasil pengamatan saya adalah pada e-mail berikutnya
> Wassalam
> RPK
>
> ------------------------------**------------------------------**
> --------------------
> PP-IAGI 2011-2014:
> Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
> Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
> ------------------------------**------------------------------**
> --------------------
> Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
> Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir
> pengiriman abstrak 28 Februari 2012.
> ------------------------------**------------------------------**
> --------------------
> To unsubscribe, send email to: 
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.**or.id<http://iagi.or.id>
> To subscribe, send email to: 
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.**id<http://iagi.or.id>
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
> email to: o...@iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: 
> http://www.mail-archive.com/**iagi-net%40iagi.or.id/<http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/>
> IAGI-net Archive 2: 
> http://groups.yahoo.com/group/**iagi<http://groups.yahoo.com/group/iagi>
> ------------------------------**------------------------------**---------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
> shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
> direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
> use of any information posted on IAGI mailing list.
> ------------------------------**------------------------------**---------
>
>


-- 
*"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*

Kirim email ke