Soal risiko saya rasa tidak ada yg tidak berrisiko di Indonesia ini. Bahkan tidak melakukannya apapun juga berisiko. Berisiko ketinggalan kereta (ketinggalan budaya). Yg lebih penting memperhitungkan risiko ini supaya tidak merugikan. Dan memilih yg paling optimum keuntungannya.
Bahwa suatu saat akan rusak itu bisa dipastikan terjadi, hanya kapan terjadinya kita perlu perhitungkan masak-masak. Justru ini tantangan bagi geologist Indonesia utk lebih mengerti kondisi geologi Indonesia supaya mampu melakukan dan mampu membangun dengan mitigasi yang benar. Kalau terlalu fobia dan terlalu ketakutan kondisi geologinya ya selamnya kita tidak akan melakukan apapun. Menurut saya ilmu geologi dan juga ilmu lain dalam mitigasinya perlu menyatakan secara positip kapan saat terbaik utk melakukannya. Bukan hanya untuk mengatakan tidak perlu melakukannya. "Drill or not to drill ?" Saya sering cenderung mengatakan "drill", karena yg mendapatkan keuntungan yg drill. "Do or not to do?" Just do it ... That's how we learn. Rdp On Sunday, October 7, 2012, <fatchurza...@yahoo.co.id> wrote: > > Kayaknya dg tektonik yg gak stabil ditambah adanya krakatau diantaranya, pembuatan jembatan kok high risk ya spt pemboran yg gak memenuhi parameter petroleum system gitu, he3 > Powered by Telkomsel BlackBerry® > ________________________________ > From: "Ismail" <lia...@indo.net.id> > Date: Sat, 6 Oct 2012 00:16:28 +0000 > To: <iagi-net@iagi.or.id> > ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> > Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda > Ide menghubungkan jawa sumantrah ini sdh lama , sejak tahun 80 an bahkan sdh ada kajian kajian dr berbagai aspek sejak itu telah banyak forum forum yg diadakan untuk membahas masalah ini dari berbagai aspek,, bebrapa alternatif diusulkan apakah memperbesar kapasitas pelabuhan , bangun jembatan bahkan sampai bikin Terowongan semua dikaji dari segi kondisi lingk, teknologi dan keekonomianya/biaya sampai sosialnya , dan juga termasuk rencana untuk. Ngebangun jaringan kabel listrik lintas jawa sumantrah { siapa tahu renc bangun PLTN di banbel jadi shg listriknya bisa dialirkan ke jawi } . > Ujung ujungnya semuanya ke biaya , pilihan terakhir spt nya akan dibangun jembatan kabarnya untuk pembangunan ini tidak akan dianggarkan ke APBN kalau tidak dg APBN berarti model investasi swasta spt pemb jalan tol , bagi investor tentunya lagi main etung etungan untung ruginya > Sebetulnya APBN kita itu sdh 1600 an T masak nyisakan dikit untuk ngebangun jembatan saja tidak bisa > > Sent by Liamsi's Mobile Phone > ________________________________ > From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> > Date: Sat, 6 Oct 2012 06:39:26 +0700 > To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> > ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> > Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda > Terimakasih infonya Pak Eddy, > Mungkin karena penyelenggaranya UI, dimana hanya UI dan UGM yg memiliki Fakultas Geografi, sehingga mereka (UI) juga ingin mengunggulkan Fakultasnya Geografinya. Barangkali saja yg akan dibahas sisi geografisnya (kependudukan dan sisi sosiogeografinya) cmiiw. > > Sebenernya sisi yg dibahas dalam pembangunan jembatan selat Sunda ini banyak sekali. Tidak hanya geologi. Seperti yg diberitahukan oleh Pak Ipranta, Ketua Bid Kebencanaan PP IAGI. Pembahasan khusus geologi akan dibahas disitu. > > Salah satu pertanyaan sisi sosio kulturalnya adalah 'mengapa dibangun jembatan, kenapa kok bukan diperbaharui dan ditingkatkan pelabuhan dan pelayarannya ? Bukannya Indonesia negeri Maritim ?' > > Dari sisi geologi, kemarin sewaktu PIT di jogja dalam booth juga dipamerkan riset geologi oleh Geologi Marine ttg lintasan seismic dangkal yg sudah dianalisa. Saya dan Danny Hilman sempat berdiskusi lama di booth ini. Danny concern adanya gawir curam yg dicurigai patahan. Tapi setelah saya tengok seismic asli lainnya, gawir istu membatasi endapan2 hasil periodisitas vulkanisme di daerah ini. > > Sangat menarik mengetahui geologi daerah ini, ada endapan vulkanik hasil gunungapi dipantai barat Jawa, asik juga mempelajari geologi kuarter 'sub aqueous'. > > Jadi saya kira bukannya geologi diabaikan tetapi konsen seminarnya mungkin bukan kondisi bawah permukaan. > Memang barangkali sentilan Pak Eddy ini menjadi satu ide utk IAGI ikut mengadakan seminar atau talk khusus ttg jembatan selat Sunda. Apakah sudah ada anggota IAGI yg siap materi utk kita diskusikan dalam panel diskusi ? > > Salam sukses ! > Rdp > > > > > On Sunday, October 7, 2012, Eddy Subroto <subr...@gc.itb.ac.id> wrote: >> Mas Rovicky dan teman-teman anggota IAGI yang terhormat, >> >> Pagi tadi, saya mendapat undangan sbb.: >> Universitas Indonesia dan Majalah GATRA dengan hormat mengundang Bapak >> untuk menghadiri kegiatan DISKUSI PANEL JEMBATAN SELAT SUNDA "Karya Anak >> Bangsa dan Peluang Pembangunan Antarpulau" yang akan dilaksanakan pada: >> >> Hari, Tanggal : Kamis, 11 Oktober 2012 pukul 08.00 - 15.30 WIB >> Tempat : Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok-Jawa Barat* >> >> *Berikut kami lampirkan surat undangan, lembar konfirmasi, dan daftar >> undangan. >> >> Yang menarik bagi saya, di daftar undangan ada kelompok asosiasi profesi >> dan yang terundang adalah: >> 1. Ikatan Ahli Transportasi >> 2. Ikatan Ahli Perencana >> 3. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia >> 4. Ikatan Ahli Konstruksi >> 5. Ikatan Geografi Indonesia >> 6. KADIN >> 7. INKINDO >> >> Kok aneh ya IAGI tidak termasuk dalam daftar undangan. Pertanyaannya >> apakah UI dan majalah Gatra tidak tahu peran ahli geologi? Lha kok mereka >> malah mengundang orang geografi. Padahal yang sering muncul d -- *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*