Hade, Q: Dimanakah suture (terrane boundary) dari ofiolit Meratus ini?Jika dia rootless (nemplok? di atas Paternoster) apakah di bagian selatannya akan berbatasan dengan terrane East Java secara langsung ataukah amalgamated akibat docked?
A: Meratus plunging ke selatan dan mencuat ke utara karena ditarik oleh Adang Fault. Karena Meratus kita anggap suture antara terrane Paternoster dan Schwaner, maka sebaran suture ini mestinya sepanjang batas collision kedua terrane, tetapi tektonik berikutnya telah membuat suture Meratus tenggelam ke selatan/SW. Data gravity Meratus menunjukkan bahwa emplacement Meratus tidak dengan cara subduksi, melainkan dengan cara obduksi sebagai suture benturan dua terrane kontinen, ia overthrusted di atas Paternoster. Sebelum saya menjawab hubungannya dengan terrane East Java, harus diklarifikasi dulu apa yang dimaksud dengan terrane East Java di sini. Paper saya tahun 2004 tentang asal Rembang-Madura-Kangean-Sakala Fault (Satyana et al., 2004 PIT IAGI), menyebutkan Paternoster-Kangean mikrokontinen yang di selatannya dibatasi RMKS fault zone. Terrane East Java dimunculkan Smyth et al (2003 - IPA) dan Sribudiyani et al (2003 -IPA et al), atau publikasi yang lebih baru dari group Jim Granath, Dickelman et al sejak 2008 di IPA menggunakan seismik sampai Moho. Q: Pendapat Metcalfe (2009) bahwa East Java, Mangkalihat, Bawean, Paternoster, dan West Sulawesi origin nya dari Argoland (terrane asal Australia) masih belum konklusif menurut saya..dimana batas utara dari terrane ini masih samar. Untuk batas barat, yang docked ke Sundaland, mungkin masih bisa diasumsikan di Muriah Trough dengan tren NE-SW (?). Namun di bagian utaranya, apakah bisa kita asumsikan di sekitar Barito shelf? A: Pendapat Ian Metcalfe (1996, 2009) untuk batas terranes asal Argoland ke sisi utara memang ill-defined, tetapi saya cukup puas atas rekonstruksi dan setting regionalnya sebab sisi2 utara itu sekarang menjadi batas sesar2 besar dan regional di Kalimantan seperti Lupar-Adang Fault untuk SW Borneo dan Paternoster dan Mangkalihat Fault. untuk Mangkalihat. Sementara batas barat Paternoster memang berhubungan dengan suture Meratus untuk Paternoster yang mungkin paralel dengan Muriah Trough yang SW-NE, dan di Mangkalihat bisa dengan Tinggian Suiker Brood di sebelah barat Mangkalihat. Granath et al (2009 -IPA) atau Dinkelman et al (2010-IPA) dari ION Group memang belakangan memunculkan seismik2 dalam di wilayah Makassar Selatan sampai ke Jawa Timur untuk menunjukkan potensi pre-Ngimbang, atau sebenarnya mengarah ke objektif Mesozoik seperti di NW Shelf Australia. Tak masalah, bagus saja buat eksplorasi yang tak hanya terbatas di Kujung. Tetapi tektonik dan petroleum geologynya harus kita susun dulu dengan hati2. Sewaktu AAPG kemarin di Singapore saya mengikuti workshop gratis ION, termasuk diskusi dengan Jim Granath, tentang basement tectonics sampai ke Moho depth, lumayan menarik. Nanti akan saya tuliskan di kesempatan yang lain. salam, Awang --- Pada Sel, 9/10/12, Hade B Maulin <bakda_mau...@yahoo.com> menulis: Dari: Hade B Maulin <bakda_mau...@yahoo.com> Judul: Re: [Geo_unpad] REVIEW JALUR SUBDUKSI CILETUH-LUK ULO-MERATUS Kepada: "geo_un...@yahoogroups.com" <geo_un...@yahoogroups.com>, "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>, "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, "Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> Tanggal: Selasa, 9 Oktober, 2012, 10:54 AM Pak Awang, Menarik sekali ulasan singkat jalur subduksi Ciletuh-Lok Ulo-Meratus yang ternyata berbeda periode dan prosesnya. Selama ini memang kita masih beranggapan bahwa Ciletuh-Lok Ulo hingga Meratus merupakan jalur subduksi yang sama dan terjadi pada kurun waktu yang relatif sama pula..Penganut nya banyak, dari Robert Hall, Metcalfe, Smyth, hingga peneliti-peneliti dan guru-guru kita sendiri di dalam negeri. Saya setuju, hal ini akan merubah pola berfikir kita dalam mencari hidrokarbon di Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Selat Makassar, dan Sulawesi Selatan.. Muncul satu hal yang menarik disini: Dimanakah suture (terrane boundary) dari ofiolit Meratus ini?Jika dia rootless (nemplok? di atas Paternoster) apakah di bagian selatannya akan berbatasan dengan terrane East Java secara langsung ataukah amalgamated akibat docked? Pendapat Metcalfe (2009) bahwa East Java, Mangkalihat, Bawean, Paternoster, dan West Sulawesi origin nya dari Argoland (terrane asal Australia) masih belum konklusif menurut saya..dimana batas utara dari terrane ini masih samar. Untuk batas barat, yang docked ke Sundaland, mungkin masih bisa diasumsikan di Muriah Trough dengan tren NE-SW (?). Namun di bagian utaranya, apakah bisa kita asumsikan di sekitar Barito shelf? Ini penting sekali pak Awang, mengingat East java saat ini (dan ke depannya) menurut saya akan menjadi tempat yang akan mengejutkan dari sisi temuan hidrokarbon (oil dan gas). Sementara kita masih bermain dengan konsep segmented basement dengan tren yang sama (tren Meratus ke utaranya)..yang sudah memberikan kontribusi bagi temuan hidrokarbon pada Kujung Reef play di NEJB. Tapi ke depannya, menurut saya, masih banyak play yang lebih seru dari sekedar Carbonate/Reef ini..going deeper, kita masih punya Ngimbang dan sangat mungkin sekali : Pre-Ngimbang. Pre-Ngimbang ini mestinya sudah menjadi batuan malihan, dan kalau saya tidak salah, ini adalah produk dari sistem pengendapan rifting di Argoland sebelum drift ke arah Sundaland atau pada perjalanan nya ke utara (sundaland). Di JS-1 Ridge (offshore Madura), batuan malihan ini menunjukkan indikasi keberadaan hidrokarbon melalui konsep wrench fault (asumsi sementara: fractured). Nah, kaitannya dengan lokasi suture tadi kita akan lebih mudah mengetahui penyebaran pre-Ngimbang ini. Kelihatannya perlu kajian regional dengan dukungan data yang baik tentunya..kami yang bekerja di operator cukup kesulitan untuk merangkai puzzle ini dengan data yang terbatas :) salam, Hade B Maulin From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI <fo...@hagi.or.id>; Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com> Sent: Tuesday, October 9, 2012 9:40 AM Subject: [Geo_unpad] REVIEW JALUR SUBDUKSI CILETUH-LUK ULO-MERATUS Dalam tektonik lempeng Indonesia, diajarkan kepada para mahasiswa geologi Indonesia bahwa jalur subduksi berumur Kapur Akhir adalah jalur subduksi Ciletuh-Luk Ulo-Meratus, itu didasarkan terutama atas singkapan ofiolit di ketiga tempat tersebut. Konsep ini berasal dari Katili (1971, 1980) dan Hamilton (1973, 1979). Tetapi dilihat dari massa sebaran dan komposisi ofiolit ketiga daerah itu, dan analisis menggunakan terrane tectonics yang berkembang pada pertengahan 1980-an (misalnya Howell, 1986) nyata bahwa ofiolit Meratus lain sendiri dibandingkan dengan Ciletuh dan Luk Ulo. Kelainan Meratus adalah bahwa runtunan/suite ofiolitnya lebih lengkap, lebih luas, dan lebih tua (pada umur metamorfisme dan kandungan radiolarianya, yaitu Middle Cretaceous), dibandingkan runtunan ofiolit Ciletuh dan Luk Ulo yang tidak lengkap (dismembered), setempat-setempat dan lebih muda (Late Cretaceous-earliest Paleocene). Kelengkapan dan keluasan runtunan ofiolit Meratus menunjukkan bahwa ia akibat proses overthrusting obduksi, sedangkan ketidaklengkapan dan distribusi setempat-setempat ofiolit Ciletuh dan Luk Ulo menunjukkan bahwa mereka akibat proses scrapping off subduksi. Dengan perbedaan itu, apakah benar bahwa Meratus masih bagian jalur Ciletuh-Luk Ulo? Menurut hemat saya tidak. Meratus berdiri sendiri. Ofiolitnya adalah suture kerak samudera Meso-Tethys akibat benturan terrane kontinen SW Kalimantan/Schwaner dengan terrane kontinen Paternoster yang berbenturan pada Middle Cretaceous. Sebagian kerak samudera itu lepas/detached/splitting dari induknya dan saat ini obducted di atas Paternoster sebagai massa ofiolit yang rootless, tak berakar. Sementara ofiolit Ciletuh dan Luk Ulo adalah hasil subduksi Late Cretaceous, terjadi di sebelah luar lebih ke arah samudera daripada Meratus, dan terjadi pada periode berikutnya. Di Sulawesi Selatan terdapat daerah Bantimala dengan singkapan ofiolit dan melange menyerupai Ciletuh dan Luk Ulo, juga dengan umur yang sama. Maka menurut hemat saya, jalur subduksi Ciletuh-Luk Ulo bukan ke Meratus, tetapi ke Bantimala. Meratus adalah hasil obduksi bukan subduksi, jadi bukan bagian jalur subduksi tersebut. Pendapat ini tentu punya implikasi atas sejarah tektonik Sundaland, termasuk kepada keberadaan hidrokarbon di Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Selat Makassar, dan Sulawesi Selatan. Pendapat2 di atas sudah saya sampaikan sejak 2003, baik di pertemuan IAGI, HAGI, IPA (2010), dan AAPG (2012) di Singapore dalam suatu sesi presentasi undangan Charles Hutchison Memorial. Charles Hutchison adalah seorang ahli tektonik SE Asia yang banyak menulis geologi, tektonik, energi dan mineralisasi SE Asia sejak tahun 1970-an. Hutchison meninggal tahun 2011 lalu. Salam, Awang __._,_.___ Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (3) Recent Activity: New Members 1 Visit Your Group Please Visit Our Website @ http://geounpad.ac.id/ and Our Forum @ http://forum.geounpad.ac.id/ REKENING PENYALURAN BEASISWA : Bank Mandiri Cab : Pertamina a/n Devi Rahayu no rek : 1190005761448 Moderators: Budhi Setiawan '91 <bu...@wgtt.org> Edi Suwandi Utoro '92 <ed...@dongenergy.no> Sandiaji '94 <sandi...@noortechasia.com> Wanasherpa '97 <wanashe...@eniindonesia.co.id> Satya '2000 <satya_geoun...@yahoo.com> Andri '2004 <andri_yuma...@cnooc.co.id> Brianto Adhie SW '2008 <brianto_ge...@yahoo.com> Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use • Send us Feedback . __,_._,___