Dear Pak Luthfi,
Saya kira untuk membuat analisa seperti yg diposting tsb bisa mnguunakan
data2 scouting yg banyak bertebaran....

Saya saja dulu pernah punya database seluruh lapangan di indonesia termasuk
profil produksinya yg saya bangun dr data scouting.... IMHO hanya masalah
kemauan... Apakah memilih statemen umum dan normatif atau melakukan kajian
ilmiah sesuai nature dr organisasi profesi...

Soal Cepu dan WMO saya gak komen deh, sdh di luar pagar sya ....:-)


Salam,

On Saturday, March 16, 2013, Achmad Luthfi wrote:

> Cak Noor tergelitik juga saya untuk sharing my experiences baik soal IAGI
> maupun 3 pilar (Lifting/production; Reserves Replacement; Peningkatan
> Kemampuan Nasional).
> Saya mulai Dari yang kedua Reserves Replacement yang terkait dengan hal
> yang ketiga Peningkatan Kemampuan Nasional. 2007 BPMIGAS melakukan Studi
> Cekungan Seluruh Indonesia (Jauh melebihi "academic exercise"
> tingkatannya), pelaksananya adalah IAGI bekerjasama dengan Perguruan Tinggi
> antara lain Geologi ITB, Geologi Trisakti, dsb. Mengapa "Cekungan" yang
> dipilih sebagai obyek studi? Dengan mendefinisikan type Cekungan, genetik
> Cekungan. Bisa dipakai sebagai dasar merumuskan "Strategi Eksplorasi" lebih
> terarah, dengan melihat data statistik misalnya sejak 2000 sampai sekarang
> (seperti discovery yang diposting sama mas Noor seminggu yang lalu). Dari
> Studi IHS Cera, big/giant discovery 2000-2005 terjadi di offshore west
> Africa, dan 2006-2012 banyak big/giant terjadi di Amerika Latin seperti di
> Campo Basin (Meksiko), Santos Basin (Brasilia),  bisa dipelajari type dan
> genetic Cekungannya, apakah dijumpai di Indonesia type dan cekungan
> dimaksud. Kesinilah arah Strategi Eksplorasi dikemudikan. Hasil Studi
> Cekungan Indonesia telah diselesaikan, laporannya lengkap, tentu IAGI tidak
> bisa mendisclose hasil Studi Cekungan terkendala oleh Undang2 tentang pasal
> kerahasiaan data. Dengan Studi Cekungan sekaligus terjadi Peningkatan
> Knowledge para geoscientists Nasional. Setelah terjadi pergantian Pimpinan
> BPMIGAS, studi Cekungan yang semula akan dilanjutkan dengan Studi Petroleum
> System (Proven Play Type) namun studi subsurface seperti ini terhenti.
> Makanya terjadi seperti yang diposting mas Noor, dimana-mana terjadi big
> discovery tetapi tidak di Indonesia. Ya itu akibat tak ada studi subsurface
> yang serius baik regional maupun detil.
> Setelah BPMIGAS dibubarkan MK dan sekarang ada penggantinya sementara SKK
> Migas, Pemerintah (KESDM) membentuk Tim Percepatan Penemuan Cadangan. Tim
> ini diketuai oleh DR. Haposan N (SKK Migas) dan Wakil Ketua Tim DR. Andang
> Bachtiar (Mewakili IAGI), Studi Teknis Subsurface yang Akan dilakukan
> dikomandani DR. Andang Bachtiar. Jadi IAGI tidak tinggal diam menyangkut
> kelankaan big discovery Nasional. Ini adalah persoalan Nasional yang sangat
> serius dalam reserves replacement. IAGI tak bisa melakukan Studi sendiri
> karena terutama terkendala oleh 2 hal, pertama akses data, dan kedua adalah
> keterbatasan Dana. Misalnya terkait data, IAGI ingin sekali ikut memberikan
> pertimbangan terkait Blok Mahakam yang sedang diramaikan. Apakah mas Noor
> dengan senang hati membuka akses IAGI untuk mereview data subsurface Blok
> Mahakam. Sedikitpun tak yakin mas Noor bisa melakukan itu. Terkait Dana dan
> peningkatan kapasitas nasional mbok iyao, TSA (Technical Services from
> Abroad) berupa studies yang dilakukan di Pau dan Paris yang bernilai jutaan
> dollars Amrik itu adalah sebagian kecil yang melibatkan IAGI. Saya
> sedikitpun tak yakin mas Noor bisa membuka pintu buat IAGI terlibat dalam
> TSA walau porsi yang sangat kecil.
> Dalam peningkatan Nasional, saya ilustrasikan bagaimana kita bisa
> melibatkan para expert kita yang handal. Misalnya Chevron (CPI) dalam TSA
> EOR Minas, di Amrik Chevron bekerjasama dengan 3 universities, Austin
> University ( DR. Gary Pope), Rice University (DR. Hirasaki), dan New Mexico
> Technology University (DR. Randy Sirait). Kami melibatkan para ahli dari
> Teknik Perminyakan ITB ( Prof DR. Septo Ratno Siregar Dan DR. Leksono
> Muharam), Dan dari LEMIGAS (DR. Ego Syahrial/sekarang membantu Wamen ESDM).
> Baik para ahli dari Amrik maupun dari Indonesia bekerja dalam satu Tim di
> Amrik . Tentu sekarang terjadi Peningkatan practical knowledge di LEMIGAS
> maupun ITB yang terus dikembangkan oleh para Doktor tsb. Dalam Studi IDD
> Project (pengembangan lapangan laut dalam di lepas pantai Kaltim/Selat
> Makasar) tenaga ahli dari perguruan tinggi juga dilibatkan. Semoga kedepan
> dalam studies maupun proyek2 membuka pintu terhadap perguruan Tinggi,
> bahkan IAGI. Itulah partial story dari Reserves Replacement dan Peningkatan
> Kapasitas Nasional.
> Berikut cerita tentang pilar "Lifting/Production". Saya mulai saja dari
> 2005, di 2005 ini terjadi perubahan kontrak TAC Cepu menjadi PSC Blok Cepu.
> Pemerintah melakukan percepatan/fast track pengembangan lapangan Banyu Urip
> agar di 2010/2011 produksi Nasional bisa diatas 1 juta bopd, Banyu Urip
> berpotensi berproduksi 180.000 bopd (produksi Nasional 2010 masih sekitar
> 900.000an bopd). 2006 Pemerintah menyetujui POD Lapangan Banyu Urip (Review
> POD yg diusulkan MCL dilakukan oleh BPMIGAs bersama ITB Dan LEMIGAS).  MCL
> (Exxon menyatakan kesanggupannya untuk bisa full phase on stream 36 bulan
> Setelah penunjukan pemenang kontraktor EPC), itulah harapan makin besar
> ketika 2007 mulai dilakukan tender yang terkait EPC. 2008 terjadi
> pergantian Pimpinan BPMIGAS, seperti ada ungkapan ganti Bupati ganti
> Alun-Alun. POD Cepu dirombak pelaksananya . Akibatnya penunjukan pemenang
> Kontraktor EPC baru bisa dilakukan awal 2012, kalau MCL sanggup on stream
> 36 bulan berarti Lapangan Banyu Urip akan on stream awal 2015 atau paling
> cepat akhir 2014, padahal POD original disetujui pertengahan 2006..........
> Wouw 8 tahun pengembangan lapangan, spectacular lama waktunnya. Contour
> lain adalah Blok WMO, pada waktu peralihan dari Kodeco ke Pertamina (PHE).
> PHE minta persetujuan pengadaan rig secara fastrack, PHE memberikan
> analisis penurunan produksi kalau terjadi keterlambatan persetujuan
> pengadaan rig. Kalau sampai terlambat 3 bulan produksi Akan turn dari level
> 22.000 bopd ke 17.000 bopd, kalau sampai lebih Dari 6 bulan sampai setahun
> produksi Akan turun ke level dibawah 10.000 bopd. Akhirnya yang terjadi
> persetujuan fastrack ditolak oleh BPMIGAS dan persetujuan pengadaan rig
> lambat maka produksi WMO turun ke level 8000 bopd, tentu tak mudah
> menaikkan produksi di blok WMO yang reservoir-nya Karbonat. Sekarang
> produksi WMO sudah naik diatas 13.000 bopd. Ironisnya mantan pimpinan
> (Termasuk Deputi-Deputi) Ex-BPMIGAS menggunakan kasus turunnya produksi WMO
> sebagai argument untuk mengatakan bahwa Pertamina tak mampu mengelola Blok
> Mahakam, tanpa menjelaskan background mengapa produksi WMO turun. Ya
> faktanya BPMIGAS tidak melakukan percepatan produksi. Sekarang sudah
> berganti SKK Migas semoga tidak mewarisi karakter BPMIGAS diperiode
> kepemimpinan terakhir.
>
> Implementasi pilar "Lifting/Production" dan pilar "Reserve Replacement"
> sangat dipengaruhi jumlah pemboran. 2013 dinyatakan sebagai Tahun Pemboran,
> tentunya realisasi jumlah pemboran meningkat pesat. Apakah masalah jumlah
> rig handal yang harus diselesaikan, apakah masalah perijinan? Apakah
> masalah KKKS yang sukan nunggak pembayaran ke vendor bahkan ngemplang!!!!!
> Tampaknya masalah yang sangat kompleks adalah banyak KKKS yang
> "entar......entar" membayar Vendor. Kami pernah mengumpulkan Drilling
> Contractors, kami presentasikan market ya/jumlah sumur yang akan dibor,
> dalam forum mereka antusias tetapi waktu coffee break, mereka bilang kalau
> nambah rig gak problem tetapi mereka gak mau nambah rig karena KKS-nya
> susah mbayarnya. Kalau masalah ini tak dicari solusinya oleh SKK Migas maka
> tahun pemboran yang berjalan 2013nya saja, sedangkan jumlah pemboran
> eksplorasi di 2013 ya tetap sekitar 70 sumur Dan pemboran pengembangan
> sekitar 900 sumur.
> 2012 realisasi pemboran eksplorasi secara nasional 64 sumur, kontribusi
> Pertamina EP membor sumur Eksplorasi 29 sumur atau 45% dari pemboran
> eksplorasi Nasional, Dan pemboran pengmbangan Pertamina EP berjumlah 100
> sumur.
>
> Ya apa yang saya sampaikan ini sekedar info base on apa yang telah
> terjadi, agar teman-teman kalau memberikan komentar bisa berimbang.
>
>
>
> Lam Salam,
> LTH
>
>
>
>
> On Saturday, March 16, 2013, noor syarifuddin wrote:
>
> Sangat menarik... Academic exercise seperti ini juga seharusnya dilakukan
> organisasi profesi seperti IAGI supaya ada pemahaman utuh sebelum
> bersikap....
>
>
> Salam
>
> On Saturday, March 16, 2013, wrote:
>
> **
> Test,
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * nugraha...@yahoo.com
> *Sender: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Date: *Sat, 16 Mar 2013 03:59:17 +0000
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
> *Subject: *Re: [iagi-net] Pointer Diskusi Block Mahakam
>
>
>
> Terima kasih banyak atas sharing-nya ya Taufik. Sangat bermanfaat.
>
>
> Salam,
> Nuning
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com>
> *Sender: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Date: *Sat, 16 Mar 2013 10:51:40 +0700
> *To: *iagi-net<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
> *Subject: *[iagi-net] Pointer Diskusi Block Mahakam
>
> fyi
>
> -----Original Message-----
> From: "hadi ismoyo" <>
> Sender: sinergi-ia-...@yahoogroups.com
> Date: Fri, 15 Mar 2013 13:48:21
> To: IA ITB Sinergi<sinergi-ia-...@yahoogroups.com>
> Reply-To: sinergi-ia-...@yahoogroups.com
> Subject: [sinergi-ia-itb] Pointer Diskusi Block Mahakam 14.03.2013
>
> Bapak-Ibu sekalian yg kami hormati.
>
> Berikut disampaikan pokok pokok pikiran hasil diskusi di Kantor IA ITB
> Hang Lekeu. File selengkapnya ada di sekretariat.
>
> 1. Pak Rudi, membagi industri migas kita dalam 3 pilar utama yaitu :
> - Lifting/Production
> - Reserves Replacement
> - Peningkatan Kemampuan Nasional
> Saat ini baru fokus ke point #1 dan #3, sedangkan point #2, belum ada
> perhatian yg significant. Ini sangat fundamental sekali karena terkait
> dengn postur APBN yg hanya menerim tapi tak pernah kembali dalam bentuk
> explorasi cadangan.
>
> 2. Rerserves Ratio Resplement Oil rata rata sekitar 54%, jauh dari harapan
> yg seharusnya lebih dari 100%. Masih ada harapan karena RRR untuk gas masih
> sekitar 127%. Artinya bahwa explorasi harus digalakan kembali untuk
> meningkatkan RRR Oil. Boleh dikatakan bahwa era bergeser dari Oil Regime
> menjadi Gas Regime
>
> 3. Iklim investasi tergantung kepada Term Kontrak dan Size Reserves.
> Dibandingkan dengan Venezuela dan Middle East, Indonesia ada di uurutan
> beberappa nomor dari bawah. Artinya kebijakan sektor migas harus balance
> agar iklim investasi tetap kondusif.
>
> 4. Kalau digabungkan total BOEPD, kita sudah sampai pada level 2 juta
> BOEPD, namun ini tidak dipahami oleh rakyat awam, yg mengharuskan kita
> produksi minyak lebih banyak lagi. Sementara explorasi budget tidk
> significant naiknya. Produksi minyak besar masih didominasi Chevron,
> sedangkan gas oleh Total.
>
> 5. Cost Recovery menjadi momok bagi sebagian petinggi negara karena salah
> pemahaman. Cost Recovery pengertiannya adalah biaya investasi yg
> dikembalikan, bukan biaya dari negara yg diberikan ke investor. Artinya
> kalau ada biaya investasi naik, kelak biaya investasi yg dikembaalikan
> harus naik pula, hal tersebut dibarengi dengan penerimaan negara yg nambah
> karena ada tambahan produksidi kemudian hari. Artinya konsep Cost Recovery
> harus melekat pada konsepinvestasi dalam paparan lintas waktu tanam hari
> ini panen beberapa waktu yg akan datang. "Filosofi Pak Tua menanam duren,
> hari ini Pak Tua memakan duren tanpa tahu siapa yg menanam, besok manakala
> panen, tak terlalu pengting cucu mana yg akan menikmatinya"
>
> 6. Muslim paceklik ini harus dinikmati bersama, dan dicarikan solusi
> bersama agar segera tak off dan menuju incline curve sepanjang mungkin.
> Tahun ini baru bisa dijanjikan decline 0% untuk target 830 000 BOPD.
>
> 7. Pagu Produksi sekitar 830.000 BOPD. Dikumpulkan dari berbagai lapangan
> dari sabang sampai Merauke. Terlihat bahwa, walaupun ada 160 WKP, hanya
> puluhan saja yg kontribusi significant dalam produksi nasional. Lainnya
> masih berkutat pada hidup segan matipun tak hendak, terutama sumur marginal
> dan sumur tua yg opexnya sangat tinggi.
>
> 8. Dari data yg ada, mereka (achmad wijaya sekjend gas industry) yg selalu
> teriak minta gas, pada dasarnya justru pengguna gas besar dibandingkan
> untukLifting dan PLN dan lainnya. Itulah perlunya argument validitas data.
> Infrastructure gas harus segera dibangun untuk mempersiapkan alokasi Gas
> untuk market domestik.
>
> 9. Sasaran jangka pendek peningkatan produksi
>
>

Kirim email ke