Terima kasih banyak, pak Luthfi. Program ekskursi "peninggalan" pak Luthfi masih kita lanjutkan, hanya sekarang cuman dapat jatah anggaran setahun sekali saja (jumlah peserta pun dikurangi juga). Acara Format (Forum Jum'at) juga masih kita teruskan. Pak Awang adalah pemberi sharing terbanyak/paling sering. Kemarin kami mengundang pak Dr. Eko Widianto utk kasih sharing knowledge mengenai metoda Graviti. Kapan pak Luthfi ada waktu utk kasih pencerahan pd kami khususnya para eksplorasionis muda di SKK Migas ? Kami pasti akan senang sekali.
Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: aluthfi...@gmail.com Sender: eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Tue, 26 Mar 2013 02:50:11 To: <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; IAGI<iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>; Geo Unpad<geo_un...@yahoogroups.com> Reply-To: eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Subject: Re: [eksplorasi_BPMIGAS] PROF. MUTTI DAN FILOSOFI SEORANG GEOLOGIST (KAMPUS TRISAKTI JAKARTA 15 MARET 2013) Terima kasih banyak Awang atas tulisan singkat sistematis tentang filosofi aktifitas geologist dari Prof Emiritus Mutti. Saya melihat alm Prof Sukendar mengimplementasikan filosofi aktifitas seorang geologist, saya mengenal alm Prof Sukendar sejak kuliah geologi dasar, kemudian bekerja di Pertamina, banyak penelitian/field work alm Prof Sukendar bersama Pertamina maupun kontraktor PSC, dalam perayaan ultah ke 80 th almarhum mempresentasikan karyanya di Hotel Hilton Bandung. Kita kehilangan tokoh ahli geologi dinamik. Mengapa di Indonesia langka discovery yang berarti???? Jawabnya karena pekerjaan geologi kita dilakukan secara partial atau se-potong2 tidak holistik seperti filosofi Mutti butir 1. Kita kurang mau mendalami pengetahuan regional dan malas melakukan fieldwork (filosofi 2 dan 3). Jaman sebelum dekade 90an, yg saya lihat di Pertamina banyak dilakukan penyelidikan geologi lapangan (fieldwork) dan dibentuk kelompok Geologi Regional yang terdiri dari 14 orang (ahli geologi dan ahli geofisika), di era 2000an tak ada lagi penyelidikan geologi lapangan (no fieldwork) dan ahli geologi regional makin langka. Dan makin sedikit teman2 yg membaca journal geosain maupun textbook. Apalagi waktu saya di BPMIGAS tak ada lagi fieldwork, teman2 lebih senang mereview hasil evaluasi K3S. Melihat seperti ini dulu saya bikin ekskursi untuk membangkitkan kecintaan pada "rock" minimal outcrop setahun 2-3 ekskursi, dan saya create study basin Indonesia bersama IAGI dan seluruh Perguruan Tinggi yg punya jurusan geologi, disamping maksudnya untuk membuka knowledge basin Indonesia juga untuk membangun kecintaan (locura) teman2 dalam geologi/geofisika. Rasanya upaya ini tak berlanjut lagi sekarang..... Semoga tulisan Awang perihal "Filosofi berGeologi dari Prof Emilio Mutti" bisa menggugah teman2 yang berwenang untuk mengimplementasikan filosofi tsb. Sekali lagi terima kasih Awang. Selamat bekerja. Salam, A. Luthfi Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -----Original Message----- From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> Sender: eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Tue, 26 Mar 2013 10:07:33 To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>; Geo Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>; Eksplorasi BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> Reply-To: eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Subject: [eksplorasi_BPMIGAS] PROF. MUTTI DAN FILOSOFI SEORANG GEOLOGIST (KAMPUS TRISAKTI JAKARTA 15 MARET 2013) Jakarta, 15 Maret 2012 di kampus geologi Trisakti, seorang tokoh geologi terkenal di dunia mengajar tentang sedimentologi endapan sungai sampai paparan. Kali ini dia tidak mengajar tentang endapan laut dalam, atau secara umum disebut turbidit, yang membawa namanya mendunia. Dialah Prof. Emiliano Mutti, 80 tahun, seorang gurubesar emeritus dari University of Parma, Italia. Mahasiswa2 dan para profesional geologi di seluruh dunia mestinya pernah mendengar nama tokoh ini, paling tidak membaca namanya di kuliah2 sedimentologi, khususnya tentang turbidit, bersama ahli2 sedimentologi lain yang mengkhususkan diri dalam sedimentologi turbidit (Kuenen, Migliorini, Bouma, Walker, Mutti, Ricci Lucchi, dll.). Publikasi klasiknya yang terkenal bersama Ricci Lucchi (Mutti & Ricci Lucchi, 1972; Turbidites of the Northern Apennines: introduction to facies analysis, International Geology Review, v. 20, p. 125-166, menjadi banyak acuan di seluruh dunia. Di publikasi ini muncul “deep-sea fan model” (model kipas laut-dalam), yang membagi fan system menjadi; canyon, inner-, middle- dan outer-fan facies yang secara distal menerus ke basin-plain strata. Di setiap facies itu ditunjukkan model fasiesnya, misal inner chanellized fan, distributary system, atau thickening-upward prograding outer fan sequence. Mutti dan Ricci Lucchi juga menemukan bahwa kipas bawahlaut ini mirip delta di daerah transisi daratan-lautan. Empat puluh tahun kemudian setelah publikasi tersebut, Mutti melakukan kuliah umum di Trisakti Jakarta, kali ini bukan tentang deep-sea fan modelnya yang terkenal itu, tetapi kali ini dia bergerak jauh ke daratan ke endapan sungai-laut dangkal. Tetapi yang lebih menarik buat saya untuk menghadiri kuliahnya adalah bukan kuliah sedimentologinya (sebab itu bisa dipelajari di publikasi2-nya), tetapi tentang filosofi hidup geologi yang dijalaninya dengan konsisten sampai kini ia berusia 80 tahun. Prof. Mutti dua minggu lalu ada di sekitar Asia Tenggara untuk beberapa presentasi undangan di Brunei, Bangkok; dan atas sponsor Statoil, perusahaan minyak dari Norwegia yang bekerja di Indonesia, Prof. Mutti diundang berbicara di dua kesempatan di Jakarta: di depan para profesional perminyakan di bawah acara luncheon talk Indonesian Petroleum Association (IPA) (Kamis, 14 Maret 2013) dan di depan para mahasiswa geologi di kampus Trisakti (Jumat, 15 Maret 2013). Saya memilih mendengarkan kuliah umum Prof. Mutti di Trisakti, di samping bisa lebih frontal mendengarnya karena saya bisa duduk paling depan di ruang kuliah, juga berharap bisa lebih pribadi (ngobrol-ngobrol dengannya). Dan interaksi selama dua jam tersebut lumayan menanamkan beberapa filosofi dasar bagaimana seharusnya bergeologi. Sebagai seorang pekerja, periset dan guru yang mendasarkan penelitian dan pekerjaannya atas data batuan, selama puluhan tahun, sampai usianya kini 80 tahun, tentu akan banyak pengalaman yang bisa dipetik darinya. Belajar geologi, bisa dari textbook dan paper, tetapi belajar bagaimana seseorang mengembangkan karier geologinya sampai puncak, baik langsung ngobrol-ngobrol dengannya, agar tahu pahit-manis, jatuh-bangun bagaimana mengembangkan dirinya. Berikut beberapa yang saya catat dari Emiliano Mutti. 1. MEMPELAJARI SEGALA SESUATU HARUS HOLISTIK Mutti memang terkenal dengan konsep deep-sea fan-nya, tetapi dia tidak memelajari turbidit langsung ke kipas bawahlautnya, dia memelajari nya sejak pegunungan, sungai, delta, paparan, lereng, sampai lautdalam. Jangan mengisolasinya, bisa keliru. Pelajari regionalnya, dan gunakan semua ilmu yang berhubungan, tidak hanya sedimentologi, tetapi juga tektonik misalnya. 2. BANYAK MODEL DIKEMBANGKAN, PAKAI MODEL YANG PALING SESUAI Banyak model turbidit dikembangkan, pakailah model yang secara geologi cocok dengan wilayah penelitian. Model turbidit Gulf of Mexico yang passive margin mungkin berbeda dengan model Apennina yang active margin. Lihat dulu tataan regional geologi wilayah penelitian dan pakailah yang paling sesuai. Jangan asal pakai model dan memaksakan menyesuaikannya. 3. PEKERJAAN GEOLOGI ADALAH PEKERJAAN LAPANGAN Nasihat Mutti: You must have VERY STRONG PASSION ON FIELD GEOLOGY, or you will give up soon on fieldwork. Pekerjaan fieldwork geologi jauh lebih kompleks dan sulit daripada pekerjaan workstation. Jangan ingin buru-buru, lihat skala besarnya dulu, baru ke skala detail, lihat berulang-ulang. Setelah itu pun jangan berharap kita akan mengerti 100 % tentang singkapan tersebut. NO SHORCUT IN GEOLOGY, IF WE SHOULD SUFFER JUST SUFFER ! Fotolah setiap singkapan dengan baik, banyak foto dari berbagai sudut, tiga puluh tahun kemudian mungkin kita baru mengerti tentang singkapan tersebut, kalau banyak foto yang baik atas singkapan tersebut. 4. ONE OUTCROP OR ONE SECTION ONLY IS SCIENTIFIC CRIMINAL! Dengan keras Mutti menyatakan ini. Bangunlah banyak section, bangunlah banyak outcrop study sebab geologist harus berpikir dalam ruang dan waktu, bagaimana suatu outcrop atau section berhubungan dengan barat, utara, timur, selatannya, bagaimana hubungannya dengan masa yang lebih lampau, dan sebagainya. Analisis ruang dan waktu tak bisa dibangun atas satu penampang atau satu singkapan saja, bila mengevaluasi daerah dengan satu data itu, itu namanya kejahatan ilmiah, scientific criminal! 5. GEOLOGY IS MOVING BIBLE, NOT A BIBLE Meskipun geologi dibangun atas pengetahuan yang sudah dikembangkan hampir 250 tahun sejak James Hutton, belum semuanya kita tahu, dan kita tahu dengan pasti, mungkin suatu waktu pengetahuan yang sistematik itu berubah. Pada saat itu terjadi, ingatlah bahwa pengetahuan manusia tidak sempurna. 6. ANAK-ANAK MUDA SEKARANG KURANG MEMBACA DAN KURANG KE LAPANGAN Mereka begitu senang dengan workstation, kurang ke lapangan; termasuk membaca paper pun di komputer. Kalau saya membaca paper, saya akan cetak paper itu, saya akan mencoret-coretnya dengan banyak tanda garis atau stabilo sambil memikirkannya, begitulah seharusnya orang membaca paper. Dan, banyaklah membaca. THE MORE YOU READ, THE MORE YOU UNDERSTAND. Terakhir, Prof Mutti menceritakan tentang seseorang di mana dia pernah bekerja lama, Petrobras Brazil, yang belakangan sukses dengan eksplorasi lautdalamnya di Santos Basin, orang ini bukan geologist, tetapi karena posisinya sebagai Operations Manager, dia banyak mengeksekusi program2 eksplorasi, dan orang ini sering mengatakan, “I do not believe anything, but rocks!” (begitu tingginya penghargaannya atas batuan, masakan geologist tidak…) Demikian Prof. Emiliano Mutti, di usianya yang tahun ini mencapai 80 tahun. Banyak filosofi kehidupan geologinya yang menarik untuk direnungi. Semoga bermanfaat. Salam, Awang