Untuk menambah wawasan kita.

-------------------------------------------------------------



     Pertama kita harus pahami dahulu tentang pengertian nasionalisasi
perusahaan minyak. Ada banyak versi pengertian namun yang jelas artinya
bukan pengambil alihan secara paksa kemudian mengusir Perusahaan Minyak
Asing dari negara ybs. Kedua, dalam kasus Bolivia atau  Venezuela yang
dicontohkan dik Lutfi, kedua negara tersebut dalam melakukan nasionalisasi
adalah dengan cara melakukan renegosiasi kontrak yang sedang berjalan
dengan ancaman melakukan terminasi (pemutusan) kontrak, yang memang ada
klasulanya. Artinya, pemutusan kontrak dilakukan secara legal juga,
meskipun Kontraktor berkeberatan. Ketika kontrak diputuskan maka negara
harus memberikan pesangon/ganti rugi sesuai dengan bunyi/rasionalisasi
kontrak. Pada kasus Venezuela, seingat saya Negara harus mengganti rugi USD
12 Milliar  (Rp 120 Triliun) kepada ExxonMobil. Itu baru satu kontraktor.

Yang ingin saya katakan, melakukan nasionalisasi itu tidak mudah dan tidak
murah.  Kata kata dik Lutfi bahwa nanti jika "*RI sudah cukup powerful"*  harus
diartikan bahwa "*powerful*" itu artinya meliputi pengertian  punya uang
banyak.  Venezuela mampu melakukan nasionalisasi karena produksi minyaknya
3 juta BOPD, sehingga mudah memberi pesangon pada kontraktor asing seperti
ExxonMobil. Dengan produksi minyak 3 juta BOPD bisa dilunasi dalam waktu 30
hari produksi saja. RI yang produksi minyaknya hanya 800 ribu BOPD apa
mampu memberi pesangon seperti itu ?. Disamping mampu secara keuangan ,
nasionalisasi juga memerlukan keberanian dan kematangan rencana. Kita
ketahui Hugo Chavez di musuhi oleh negara-negara seperti Amerika hingga dia
meninggal dunia bulan Maret lalu. Negaranya pun kemudian di embargo.

Pada kasusnya Bolivia agak lain lagi. Sama-sama harus mengganti rugi
(memberi pesangon) namun pada kasus Bolivia , Evo Morales, sang presiden,
menawarkan juga  ganti rugi (pesangon). Namun pesangonnya ditentukan secara
sepihak oleh Negara (yang penentuan jumlah ganti rugi per Kontraktor
dilakukan melalui lembaga Apraisal Internasional).  Evo Morales
mengeluarkan dekrit yang kurang lebih isinya begini; Jika kalian tidak
setuju dengan pesangon yang ditawarkan pemerintah, Kontrak tetap akan
diputus, silahkan negara kami digugat di Arbitrasi International, kami akan
bayar sesuai dengan putusan Arbitrasi. Sebagaimana Venezuela, negara ini
(Bolivia) juga di musuhi oleh Amerika dan di embargo.  Iran dan Iraq dulu
juga melakukan nasionalisasi. Arab Saudi, di tahun 1974 juga melakukan
nasionalisasi atas Aramco, yang harus dibayar mahal dengan kematiannya Raja
Faisal (yang ditembak mati oleh keponakannnya sendiri).

Menjawab pertanyaan dik Luthfi apakah SDM kita mampu ? Kalau hanya soal SDM
saya yakin mampu, sebab para Oil Companies itu juga mengerjakannnya melalui
*outsource* ke servis2 company. Namun persoalan yang lebih besar adalah
pada masalah mampu secara ekonomis dan politik global ? Mampukah kita
diasingkan oleh negara-negara besar ? Punyakah kita cukup uang untuk
memberi pesangon kepada Kontraktor2 Asing yang jumlahnya adalah 90% dari
seluruh kontrak2 blok minyak di RI ?

Secara pribadi saya berpendapat, melakukan nasionalisasi tidak harus Galak
seperti Hugo Chavez atau Evo Marales, cukup jika kita tegas dan berwibawa
terhadap Kontraktor asing, mengontrol Cost Recovery secara ketat, berpihak
kepada kepentingan Nasional. Jika Kontrak yang habis berlakunya tidak usah
diperpanjang, jangan terlalu royal memberi persetujuan atas POD (Plan  of
Development) . Secara mental juga harus ditanamkan kepada selurruh pegawai
Nasional kita yang bekerja pada perusahann2 asing bahwa Mereka (Expatriate)
datang ke Negara kita bukan untuk menjadi Boz kita namun sebetulnya  mereka
hanyalah Kontraktor kita saja.  Mereka datang untuk kita suruh macul
(NGEBOR CARI MINYAK)  dan terhadap pekerjaan macul kita beri upah.  MINERAL
RIGHTS dan MINING RIGHTS sebetulnya ada pada Negara (secara konstitusi)
sehingga sebetulnya MIGAS kita harus dikuasai dan dioperasikan oleh BUMN
bukan oleh Kontraktor Asing. Setidaknya, nasionalisasi harus merupakan *Frame
of Mind *kita. *A**pakah jika kita tidak mampu mengendari mobil akan
merupakan hambatan bagi kita untuk memiliki mobil ?*   Kembali ke topik
utama kita, betulkah kita sudah merdeka?

Iwang

Sent from iMax Mail
*SHOLEH, ADNAN & ASSOCIATES*

----------------------------------------------------
Joint Convention Medan 2013 (JCM 2013)
The 38th HAGI and 42nd IAGI Annual Convention & Exhibition
Register Now! http://www.jcm2013.com/registration/
----------------------------------------------------
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

Kirim email ke