Kalau benar patahan aktif, ini menjadi tugas kita (ahli geologi) untuk memetakannya. Rdp
GEMPABUMI LERENG MERBABU AKIBAT PATAHAN AKTIF KORAN SUARA MERDEKA Jumat, 21 Februari 2014 halaman 19 By Daryono STMKG Jakarta e-mail: daryono...@gmail.com SENIN pagi (17/2/2014), gempabumi tektonik mengguncang wilayah Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Lokasi Desa Sumogawe terletak di lereng sebelah utara Gunung Merbabu (3.145 meter dpl). Selain guncangan kuat gempabumi, sebagian warga juga menyaksikan adanya kilatan cahaya terang disertai suara dentuman keras. Peristiwa ini sontak menjadikan warga Lereng Merbabu menjadi kian panik, karena kekhawatiran dan ketakutan akan letusan Gunung Merbabu. Hingga saat ini masih banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh warga terkait fenomena alam yang terjadi, apakah guncangan yang sedang terjadi ini merupakan gempa vulkanik atau gempa tektonik. Hasil analsis gelombang gempabumi yang dilakukan di Pusat Gempabumi Nasional, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menghasilkan beberapa parameter gempabumi. Gempabumi Merbabu terjadi pada pukul 06:01:19 WIB dengan kekuatan M=2,7 Skala Richter (SR). Pusat gempabumi terletak pada koordinat 7.39 LS dan 110.48 BT, tepatnya di wilayah Desa Sumogawe pada jarak sekitar 6 kilometer arah baratdaya Kota Salatiga. Episenter hasil analisis BMKG terletak dekat dengan zona patahan aktif yang terdapat di lereng timurlaut Gunung Merbabu. Akibat gempabumi ini, dilaporkan sebanyak 45 bangunan rumah dan 3 rumah ibadah di Desa Sumogawe mengalami kerusakan ringan. Sebagian besar bangunan rumah hanya mengalami rontok atap genteng, jebolnya langit-langit rumah, pecahnya kaca jendela, dan retak-retak pada dinding tembok rumah. Meskipun kekuatan gempabumi ini relatif kecil hanya M=2,7 SR, namun demikian kerusakan bangunan yang terjadi sangat mungkin terjadi. Disamping kedalaman hiposenternya yang dangkal, kurang dari 10 kilometer, kerusakan juga dapat terjadi karena dipicu adanya fenomena efek tapak lokal (local site effect). Efek kondisi tanah setempat ini berupa terjadinya perbesaran (amplifikasi) getaran gempabumi, mengingat kawasan Sumogawe didominasi oleh lapisan tanah sangat gembur berpasir dan dibawahnya tersusun lapisan tuffa (abu gunungapi) yang tingkat kepadatannya bervariasi. Terjadinya kerusakan bangunan rumah juga dapat disebabkan oleh peristiwa efek topografi, mengingat daerah Sumogawe sebagian medannya memiliki kemiringan cukup terjal. Efek topografi berkaitan dengan meningkatnya percepatan getaran tanah akibat kondisi medan yang berupa perbukitan. Gempabumi yang mengguncang kawasan Merbabu bukanlah gempa vulkanik. Salah satu ciri gempa vulkanik adalah dampak gempanya yang tidak sampai menimbulkan kerusakan bangunan rumah. Melihat anatomi gelombangnya juga tampak bahwa gempa Merbabu merupakan gempabumi tektonik akibat aktivitas patahan aktif. Tampak jelas adanya selisih antara gelombang S dan gelombang P yang singkat hanya sekitar5.4 detik. Ini mencerminkan kedalaman gempabumi sangat dangkal. Gempabumi semacam ini biasanya disebabkan oleh adanya aktifnya patahan lokal. Secara geologi, fenomena terbentuknya patahan aktif di lereng gunungapi dapat dijelaskan dengan mudah. Di kawasan lereng gunungapi biasa terdapat struktur geologi yang terbentuk oleh adanya runtuhan massa batuan yang bergerak hingga kaki gunung. Fenomena ini disebut sebagai gravity tectonics. Ketika massa batuan runtuh, material tersebut membentuk struktur yang memungkinkan terjadinya lipatan dan patahan dengan gaya internal yang dipicu oleh gaya gravitasi. Terkait laporan warga yang menyaksikan adanya kilatan cahaya (lightning) sebelum terjadi gempabumi, hal ini menjadi fenomena yang menarik. Apakah kilatan cahaya ini disebabkan oleh petir karena cuaca mendung atau memang cahaya karena gempabumi? Untuk menjawabnya memang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Namun demikian, beberapa jenis gempabumi di daerah tertentu memang dapat memicu kilatan cahaya sebelum terjadinya gempabumi Peristiwa pencahayaan yang terjadi sebelum terjadinya gempabumi dapat dijelaskan secara fisika. Menurut profesor fisika dari San Jose State University, Friedemann Freund, seperti dikutip dari USA Today, 2 Januari 2013 bahwa pada saat gelombang gempabumi menghantam lapisan batuan tertentu seperti magma beku, gabro, dan basal, maka akan terjadi tegangan yang berlangsung cepat, hingga menciptakan sejumlah besar muatan listrik positif dan negatif. Daya ini dapat bergerak secara bersamaan, mencapai kondisi yang dapat memancarkan cahaya (lightning) hingga ke permukaan Bumi. Selain adanya kilatan cahaya, fenomena gempabumi yang diikuti suara dentuman cukup meresahkan masyarakat. Ada beberapa kemungkinan penyebab suara dentuman saat terjadi gempabumi. Fenomena dentuman saat gempabumi dapat terjadi akibat adanya gerakan tanah berupa rayapan cepat di bawah permukaan yang dipicu gempabumi. Kemungkinan lain dapat disebabkan oleh gempabumi tektonik yang berasosiasi dengan aktivitas sesar, dalam hal ini ada mekanisme dislokasi batuan yang berlangsung sangat cepat hingga timbul suara dentuman. Apalagi jika terjadinya deformasi batuan dekat dengan kawasan lembah dan ngarai yang curam dan berrongga sehingga memungkinkan pukulan gelombang seismik bergema menimbulkan resonansi. Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang. Laporan dari yang berwenang memantau aktivitas gunungapi menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda yang mengarah kepada aktivitas erupsi Merbabu. Gunung Merbabu merupakan gunungapi tipe B yakni gunungapi yang tidak pernah meletus sejak tahun 1600. Kemungkinan meletusnya kembali Gunung Merbabu memang masih ada, karena pada dasarnya tidak ada gunungapi mati. Sebagai contoh adalah Gunung Sinabung, yang semula termasuk gunung api tipe B tetapi akhirnya aktif kembali sejak 2010 dan meletus besar pada 2014 menelan korban jiwa sebanyak 15 orang. Patut disyukuri bahwa peristiwa gempabumi Merbabu tidak memicu aktifnya vulkanisme, sehingga kekhawatiran warga akan letusan Merbabu tidak terbukti. Namun demikian, kita sebagai masyarakat yang hidup dan "menumpang" tinggal di kawasan seismik aktif dan gunungapi aktif, tampaknya harus selalu memiliki sikap waspada terhadap segala kemungkinan yang mungkin terjadi.*** <https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203159115077255&set=pcb.10203159117637319&type=1> -- -- *"Saya akan mengikuti pemimpin yang menebar sikap optimis, bukan yang menguak fakta negatip yang merusak semangat !".* ---------------------------------------------------- Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ----------------------------------------------------