Ada komen dari pakar bisnis /MIGAS? *Alasan Masuk Kembali OPEC*
*TEMPO.CO <http://TEMPO.CO>*, *Jakarta* - . “Kita akan masuk sebagai peninjau dulu,” kata dia di kantornya, Kamis, 7 Mei 2015. Ia mengatakan saat ini Indonesia masih mengeskpor gas meski sedikit. Sebab itu, tak salah jika Indonesia kembali menjadi anggota organisasi ini. Level keanggotaan sebagai peninjau, kata dia, akan membuat Indonesia bisa berada di pasar dan berinteraksi dengan produsen besar. Jadi Indonesia akan menjadi salah satu pembeli terbesar. “Kalau kita jauh dari produsen, enggak akan bisa ambil keuntungan,” kata dia. Dengan bergabung bersama para eksportir besar, kata dia, maka akan semakin dekat dengan produsen dan menutup celah bagi para mafia migas. Mafia migas, menurut Sudirman, muncul karena jauhnya jarak pembeli dengan penjual. Jika jarak itu dipersempit, maka kondisi akan lebih baik. “Bahkan, sebenarnya kita sudah ditawari untuk aktif kembali. Kita ini dianggap negara penting, walaupun bukan *net* eksportir,” kata Sudirman. *Alasan dulu saat eluar OPEC* Jum'at, 30 Mei 2008 | Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan alasan pemerintah memutuskan keluar dari * Organization Petroleum Exsporter Country atau OPEC adalah untuk konsentrasi terhadap peningkatan produksi minyak dalam negeri. Pemerintah memang sedang membicarakan kebijakan ini dan pada waktunya nanti akan diputuskan. “Pemerintah ingin meningkatkan konsentrasi untuk menaikkan produksi dalam negeri," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jumat (30/5) . Tidak ada keuntungan, ujar Kalla, bila Indonesia tetap di OPEC. Tetapi Indonesia justru harus malu karena bukan negara eksportir minyak, melainkan importir minyak. "Tapi pemerintah optimistis lima tahun ke depan bisa masuk (Opec) lagi," kata Kalla. Dengan proses eksplorasi yang sudah dimulai 2005, ujar Kalla, pada 2010 atau 2011, kebutuhan minyak di dalam negeri bisa dipenuhi dan mulai terjadi surplus atau peningkatan produksi. Sementara di satu sisi, penghematan minyak tanah dan bahan bakar minyak untuk listrik harus bebas subsidi, sehingga konsumsi turun," kata Kalla.* Harian Pikiran Rakyat, 30 Mei 2008 *OPEC Funds* Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah akan menghitung dana di OPEC Funds yang ditanam sejak menjadi anggota OPEC. Menurut Purnomo, Indonesia selalu membayar iuran. Pada 2008, iuran yang dibayarkan mencapai 2 juta euro. “Kita minta gubernur OPEC mempelajari aturan-aturannya, karena kita punya dana di OPEC Funds, apakah itu bisa diambil atau tidak. Jadi, nggak hanya main keluar saja. Jangan-jangan, kalau keluar begitu saja nggak bisa ambil uangnya,” kata Purnomo. Seperti diketahui, Indonesia mulai bergabung dengan OPEC tahun 1962. Saat itu, produksi minyak mentah Indonesia mencapai 1,6 juta barel per hari dan konsumsi kurang dari 1 juta barel. Sejak tahun 2003 Indonesia menjadi pengimpor minyak, karena menurunnya produksi minyak nasional, serta meningkatnya konsumsi minyak di dalam negeri. Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan, keputusan pemerintah keluar dari OPEC, berpotensi menghapus beban iuran sebesar 2 juta euro/tahun. Pemerintah akan segera melakukan perbaikan bagi peningkatan produksi minyak. Tujuannya, agar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, sebelum akhirnya bisa melakukan ekspor kembali. Di Gedung Departemen Keuangan, Menkeu Sri Mulyani mengatakan, ada aspek moral dengan keluarnya Indonesia dari OPEC. Keluarnya Indonesia dari OPEC tidak akan memengaruhi setiap impor minyak yang dilakukan Indonesia. “Saya rasa, tujuannya lebih pada pesan moral kalau mau mengatakan begitu. Kalau dari sisi kuantitias, kemampuan OPEC itu sebenarnya quantity produce. Kemampuan produksi Indonesia lebih dari 1 juta barel/hari, jadi ya enggak ada pengaruhnya,” katanya. *Diuntungkan* Anggota Tim Percepatan Migas Kardaya Warnika menyatakan, selama ini Indonesia sudah ikut membayar iuran OPEC sekitar 2 juta euro/tahun. Tapi, ketika Indonesia sedang kesusahan, seperti saat gempa tsunami, Indonesia tidak bisa menggunakan OPEC Funds. “Gabung di OPEC pun kurang ada manfaatnya. Kalau sesama anggota ada persaudaraan, harusnya mereka menyumbang waktu kita susah. Seperti tsunami, saya ikut ke minta fund, tapi tidak dikasih,” katanya. Alasannya, lanjut Kardaya, OPEC Funds memang tidak diperuntukkan bagi anggota OPEC, namun untuk negara ketiga non-OPEC. “Jadi, mungkin lebih bagus kita keluar dari OPEC. Suatu hari kalau kita butuh fund, kita bisa minta,” katanya. Sementara bagi Pertamina, keluarnya Indonesia dari OPEC pun tidak akan berpengaruh banyak, termasuk dalam hal impor minyak. Dirut Pertamina Ari Soemarno menyatakan, kalaupun tidak bisa mendapat keuntungan “persaudaraan” dari OPEC, Indonesia bisa menggunakan OKI (Organisasi Konferensi Islam). -- *********************************** Amir Al Amin Operations/ Wellsite Geologist (62)811592902 amir13120[at]yahoo.com amir.al.amin[at]gmail.com ************************************ ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ----------------------------------------------------