Informasi geologi termasuk diantaranya info sumberdaya mineral, minyak, gas dan 
batubara harusnya menjadi faktor kunci kebijakan strategis negara. Hal ini bisa 
terjadi kalau badan geologi nasional ada dibawah presiden dan memiliki 
fasilitas kunci menjaga keakuratan data. Sejak 2005 IAGI mengusulkan 
dibentuknya Badan Geologi Nasional. Mari kita angkat lagi issue ini.im
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Sat, 20 Jun 2015 11:44:01 
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

Menarik Pak Ong
Ijin di share di blog boleh kan ?
Salam
Rdp

Sent from my iPhone

> On 20 Jun 2015, at 11.33, Ong Han Ling <hl...@geoservices.co.id> wrote:
> 
> Teman2 IAGI,
>  
> Memang cadangan Mineral Resources Indonesia, migas dan batubara, dapat 
> dikatakan kacau. Padahal cadangan merupakan segalanya untuk planning.  Pada 
> kesempatan ini saya ingin membahas sedikit ttg. cadangan migas.
>  
> Banyak data dari ESDM keliru dan kurang teliti. Umpama banyak peta ESDM yang 
> mengambarkan cadangan terbukti (proven) lebih besar, sampai 3X, dari cadangan 
> potential. Ini  ditayangkan bertahun-tahun tanpa ada yang berkomentar/peduli.
>  
> Besarnya cadangan migas Indonesia merupakan teka-teki. Sebelum 2000, cadangan 
> masih diurusi Pertamina/MPS hingga hingga dapat dikatakan datanya up to date. 
> Setelah itu tidak ada yang peduli.
>  
> Banyak orang mengutib cadangan minyak Indonesia sekarang 3.7 billion bbl 
> minyak. Tidak banyak berubah sejak 10 tahun yang lalu, padahal tiap tahun 
> dikeluarkan sekitar 300,000 bbl. Namun kalau kita bandingkan dengan cadangan 
> dari Inggris yang kira-kira tidak banyak beda dan maturity lapangan minyak 
> Inggris dan Indonesia serupa; tetapi Inggris bisa produksi 1.3 juta bbl/hari. 
>  Sedangkan Indonesia hanya sekitar 800,000 bbl/hari? Apakah ada sesuatu yang 
> keliru dengan cadangan Indonesia?
>  
> Untuk cadangan gas, saya ingin mengambil sebagai contoh cadangan raksasa yang 
> kita banggakan, yaitu Natuna Exxon. Indonesia selalu memasukkan semua 
> cadangan yang pernah ditemukan. Sebagai contoh cadangan Natuna mulai 
> dikembangkan Exxon permulaan tahun 1980 dengan ditemukan cadangan gas  
> hidrokarbon sekitar  53 TCF bersih dengan kadungan 70% CO2. Cadangan Natuna 
> 53 TCF terus dimasukkan dalam cadangan Nasional hingga menumpuk sebagai 
> cadangan gas Indonesia yang kekal. Banyak dikutib bahwa cadangan gas 
> Indonesia sekitar  106 TCF sedangkan yang dikeluarkan baru 6%. Jadi banyak 
> orang menganggap gas Indonesia masih berlimpah. 
>  
> Padahal cadangan bersifat dinamis. Definisi cadangan adalah Tekno-ekonomis, 
> hingga kalau tidak bisa dikeluarkan secara teknis dan secara ekonomis saat 
> ini juga (berarti harga sekarang dan teknologi sekarang), maka jangan disebut 
> sebagai cadangan nasional. Contoh adalah Shell di Negeria. Karena setelah 
> setahun perang dan tidak bisa produksi, cadanganya Shell dikurangi. Laporan 
> yang dimasukkan ke SEC (US) dan FSC (UK) berkurang. Hal ini diperlukan supaya 
> jangan dianggap membohongi orang yang akan membeli sahamnya Shell dipasar 
> Internasional.
>  
> Cadangan gas Natuna sebetulnya sebelum akir tahun 2000, POD sudah dikeluarkan 
> dan mulai dipasarkan. PTT Thailand sudah mau ambil. Namun dengan penemuan gas 
> raksasa di NW Shelf di Western Australia dan CBM di Queensland permulaan 
> tahun 2000 gas Natuna yang mengandung 70% CO2 mulai dipertanyakan 
> keekonomiannya. Dengan penemuan shale gas di US dan Canada sekitar tahun 
> 2005, gas Natuna menjadi sejarah dan harus dipetieskan dan dikeluarkan dari 
> cadangan Indonesia. Jika cadangan gas Natuna dikeluarkan, berarti cadangan 
> gas Indonesia berkurang 50%.
>  
> Perlu dikemukakan bahwa pada tahun 2011/2012, Presiden SBY berdasarkan 
> bisikan Menteri ESDM, masih membanggakan gas Natuna dan minta untuk 
> dilanjutkan pembicaraan dengan Exxon. Hal demikian ini akan memberi persepsi 
> yang keliru kepada  pengambil kebijakan gas Indonesia bahwa Indonesia kaya 
> gas.
>  
> Salam,
>  
> HL Ong
>  
>  
> Kepemeilikan cadangan Indonesia
>  
> Besarnya cadangan mengikuti definisi tekno-ekonomi, yaitu disebut cadangan 
> kalau bisa dikeluarkan secara ekonomis sekarang dengan harga sekarang. 
> Sedangkan kepemilikan cadangan lebih rumit. Seperti pemilikan rumah. Kita 
> beli rumah baru dengan downpayment 10-30%, certifikat rumah sudah atas nama 
> kita. Kita pemiliknya. Namun kalau mau dijual tidak bisa, 
> persaratan-persaratan perlu dipenuhi dan pinjaman harus dilunasi terlebih 
> dahulu. Demikian juga kepemilikan cadangan apakah waktu disubsurface, atau 
> waktu keluar di wellhead, atau waktu di export point, dsb.
>  
> Namun bagi K3S yang penting bukan kepemilikan. Dia tidak peduli siapa 
> pemiliknya. Asal cadangan tsb. dia bisa dipakai untuk digadaikan di bank 
> hingga dia bisa pinjam uang untuk development. Tanpa kecualian semua 
> perusahaan, harus pindjam dana untuk development lapangan.  Hingga bagi K3S 
> yang terpenting adalah "bankability" dari cadangan tsb.
>  
> Dengan PSC sekarang, K3S bisa mengadaikan dan bank Internasional dapat 
> menerima PSC Indonesia. Ini sudah berjalan selama 50 tahun. Perusahaan minyak 
> raksasa sepert TOTAL, Chevron, dsb. sudah menerima hingga yang kecil atau 
> Independent juga bisa menerima.   
>  
> Saya harapkan bahwa Indonesia tidak merubah UUMIGAS. Karena konsekwensinya 
> besar sekali. Dengan Nasionalisme menguat, besar kemungkinan UUMIGAS baru 
> akan meng-akomodasi Nasionalisme tsb. Akirnya dilakukan perubahan PSC hingga 
> bank diluar Negeri tidak bisa menerimanya sebagai agunan. Artinya tidak bisa 
> digadaikan. Kalau hal ini terjadi, berakirlah industri perminyakan Indonesia.
>  
> Salam,
> Hl Ong
>  
>  
> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Achmad 
> Luthfi
> Sent: Saturday, June 6, 2015 12:22 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
>  
>  
> Secara UU Migas dan UUD45 kalau masih di dalam bumi (cadangan) dimiliki dan 
> dikuasai negara 100%. Perusahaan asing maupun Pertamina busa menguasai haknya 
> sesuai split kalau dilakukan lifting.
> 
> 
> Sent from Cak Phie's iPhone
> Signal Kuat MOJOSARI 
> 
> On 6 Jun 2015, at 09.12, koeso...@melsa.net.id wrote:
> 
> Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu SKK Migas? 
> Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n hanya dapat 15%, sedangkan untuk 
> melakukan kegiatan, al pemboran saja harus izin/persetujuan SKK Migas. Atau 
> ini hanya di atas kertas saja.?
> Hehehe
> Wass
> RPK
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: Ipong Kunwau <ipongkun...@gmail.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 +0700
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
>  
> dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.
>  
> mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak ketika RI dijajah 
> Belanda dimana NNGPM (shell dulu kala) merajai exploration efforts di 
> nusantara yang kemudian berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan 
> pasca kemerdekaan dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco, Vico, Amoco 
> mengambil alih kegiatan eksplorasi di seluruh Nusantara yang kemudian disusul 
> oleh banyak lagi perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak lepas dari 
> kebijakan dan poros politik Indonesia sepanjang sejarah nasakom, demokrasi 
> terpimpin, hingga sekarang berangsur bermetamorfosa menjadi demokrasi liberal 
> di negri ini maka ketidakhadirannya perusahaan2 nasional lebih kepada tidak 
> adanya peluang yang cukup tersedia baik itu dalam ranah kebijakan dan 
> pemodalan investasi jangka panjang yang fleksibel.
>  
> lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat betul staf petronas 
> banyak belajar ke Pemina kini Pertamina dan ingat betul ketika perminyakan 
> Malaysia identik dengan nama besar Shell - tetapi sekarang dengan 
> restrukturisasi pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul ke 
> permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.
>  
> selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang mayoritas investornya 
> asing tetapi pemasukan negara nya positif untuk pembangunan.  apakah 
> kebijakannya berupa PSC kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang 
> ujung ujungnya tergantung kepada para pelakunya.
>  
> ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu kepada investor asing 
> tetapi harus flash back sejarah kebijakan, sudahkah pemerintah memberi 
> peluang yang cukup kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya sudah 
> tersedia, sudahkah law enforcement nya diupayakan secara konsisten? atau 
> jangan-jangan banyaknya hutang budi RI kepada negara donatur hutang maka RI 
> belum (tidak) bisa juga mandiri?
>  
> harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian kepemerintahan 
> bahwa kelak semoga ada perbaikan yang berpihak kepada rakyat kebanyakan dan 
> pengusaha nasional, tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa ini 
> karena mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam berdoa dan berkarya - 
> termasuk saya sendiri :-(
>  
> selamat berakhir pekan...
>  
> 2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>:
> Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh pembaca. 
> 
> 
> Rdp
> Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB
> 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing
> Lani Pujiastuti - detikFinance
> <image002.jpg>
> Jakarta - Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar barel 
> saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola oleh 
> perusahaan luar negeri alias asing.
> 
> "Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10% yang 
> dikuasai Pertamina," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina 
> (Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan UU Migas yang 
> Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya No. 62 
> Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015).
> 
> Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang dikelola 
> perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya kecil, lebih 
> banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP, ConocoPhillips 
> dan banyak lagi.
> 
> Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia pada 
> 2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan 
> dorongan dari pemerintah.
> 
> "Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi global 
> championbisa kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan lebih 
> besar. Di mata internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok migas 
> besar. Saat ini bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan Permen 
> ESDM No. 15 Tahun 2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya ingin bisa 
> dominan dikelola Pertamina sebagai manajer operasi (operator)," ungkapnya.
> 
> Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang mendapatkan 
> keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada 2013 membayar 
> pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah seiring naiknya 
> produksi. 
> 
> "Di 2014 kita berkontribusi Rp 9 triliun dividen ke pemerintah. Kami ingin 
> jadi instrumen utama dari pemerintah. 57 tahun kita distribusikan BBM 
> terutama PSO (subsidi). Memiliki 109 terminal BBM di seluruh Indonesia, 65 
> kapal dari 140-an kapal milik Pertamina dikelola untuk distribusikan BBM," 
> tutupnya.
> 
> 
> (rrd/ang)
> Sent from my iPhone 
> ----------------------------------------------------
> 
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
>  
> 
> ----------------------------------------------------
> 
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
> 
> ----------------------------------------------------
> 
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 
> 
> ----------------------------------------------------
> 
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the 
> use of 
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
> 

----------------------------------------------------



Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti

----------------------------------------------------

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

----------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.

----------------------------------------------------


Kirim email ke