LTE Bisa Ancam Keuntungan Operator Pendapatan terbesar telekomunikasi ASEAN
masih voice dan SMS.
Senin, 2 Juni 2014, 15:10 Siti Sarifah Alia, Amal Nur Ngazis
 is LTE memerlukan investasi yang tak sedikit (foto ilustrasi). (iStock)
 *VIVAnews* - Akses komunikasi data cepat 4G (Long Term Evolution/LTE)
belum resmi digelar di Indonesia. Namun wacana peresmian teknologi penerus
3G itu sudah menggelora.

Hampir semua vendor telekomunikasi sudah hangat membicarakan dan beberapa
penyelenggara jasa telekomunikasi data sudah melakukan uji coba. Beberapa
vendor bahkan mengatakan secara teknis dan persiapan teknologi, penerapan
LTE sudah memungkinkan.

Akan tetapi Komisoner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Riant
Nugroho, Senin, 2 Juni 2014 menyampaikan cara pandangnya dari sisi lain. Ia
menyoroti prospek bisnis bagi penyelanggara jasa telekomunikasi saat nanti
LTE diterapkan.

"Semua minta ke LTE. Padahal pendapatan (telekomunikasi) terbesar di ASEAN
itu masih *voice *dan SMS. Data masih *drop*," jelasnya ditemui di Kantor
Kominfo, Jakarta.

Ia mengatakan persaingan data yang makin murah memang menguntungkan
pelanggan. Namun bagi penyelanggara jasa, kata Riant, bisa menjadi
pertaruhan.

"Bayangkan semua pakai data. Habis semua. Itu tantangan dunia. Sebab *nggak
*ada* charge* data yang dibikin mahal," ujarnya.

Tren mulai meledaknya penggunaan data bakal menurunkan penggunaan *voice *dan
SMS. Pola yang mengarah ke data berpotensi mengurangi pendapatan operator.

Ditambahkan Riant, rilis LTE menurutnya memerlukan investasi yang tak
sedikit. Untuk itu keberlanjutan bisnis LTE harus mumpuni dalam beberapa
tahun. Masa depan binis LTE, kata dia juga masih menjadi pertanyaan,
terutama dalam pengembalian investasi.

"Orang-orang bicara harus LTE, itu sebenarnya suara orang vendor. Kemudian
saya tanya, butuh berapa tahun kembalikan modal dengan LTE? belum ada yang
kasih jawaban," katanya.

Menurutnya, jika teknologi LTE hanya bertahan dalam 4 tahun dan kemudian
datang teknologi terbaru, akan mendatangkan masalah bagi operator. Ia
memperkirakan operator belum menikmati keuntungan.

"Industri ini tantangannya besar dengan data masuk internet, industri
ini *nggak
*mau berhenti investasi. Jadi tantangan LTE itu kesinambungan bisnis.
Investasi LTE itu mahal," ujar Riant.

Selain prospek kesinambungan bisnis, Riant juga menyoroti masalah pungutan
yang cukup melelahkan untuk berinvestasi dalam industri telekomunikasi di
Indonesia.

"RI punya tingkat *regulatory charges* 32 persen, itu berupa pajak-pajak.
Bandingkan dengan di Barcelona <http://barcelona.tim.bola.viva.co.id>.
Untuk pakai pita frekuensi *nggak* kena pajak," ujar dia. (ms)

http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/508985-lte-bisa-ancam-keuntungan-operator

-- 
==========
Berubah menjadi lebih terkendali bersama @kartuHalo Halo Fit Hybrid
Info Lengkap >> tsel.me/halohybrid   #KendalikanHidup
-------------------
Gunakan layanan Hosting Indonesia yang stabil, terjangkau dan aman
Kunjungi  >> http://www.Qwords.com
--------------------
ID-Android on YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=0u81L8Qpy5A 
--------------------
Kontak Admin, twitter @agushamonangan

Aturan Umum  ID-ANDROID >> http://goo.gl/NfzSGB

Join Forum   ID-ANDROID >> http://forum.android.or.id
==========
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "[id-android] Indonesian 
Android Community " dari Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke id-android+unsubscr...@googlegroups.com.
Kunjungi grup ini di http://groups.google.com/group/id-android.

Reply via email to