Badut Ulang Tahun
 

Undangan ulang tahun anak tetangga itu membuat sibuk kampung, termasuk anak-anakku. Untuk udangan hari ini, anak-anakku sudah bingung mencari kado sejak kemarin. Pencarian kado itu telah menjadi kegaduhan tersendiri. Anak-anak penerima undangan itu saling berkabar, saling bertanya, saling memamerkan kado apa yang akan ia bawa.

Ada anak yang sudah amat dini membungkus rapi kadonya dan ini membuat anak-anak lain iri. Anak lain yang bahkan kado saja belum beli segera merengek pada orang tua mereka. Seorang anak lain malah telah meraung-raung sedemikian rupa dalam memaksa orang tuanya untuk mencari kado secepatnya.

Ulang tahun itu benar-benar sebuah kegemparan, karena di kampung kami, si empunya hajat ini anak keluarga berada. Karena itulah ada hiburan sulap dan badut di dalamnya. Inilah sedikit dari keluarga di kampungku yang sanggup menanggap badut di ulang tahun anaknya. Badut itu pula yang menjadi sumber kegembiraan. Seluruh anak kampung telah sejak awal ramai menggunjingnya. Badut esok hari, tapi keramaiannya telah dimulai hari ini.

Kesibukan juga melanda anak-anakku. Ia begitu bergembira dengan kado-kadonya. Mereka asyik merecoki ketika ibu mereka tengah membantu membungkusnya.

Aku gembira melihat kegembiraan mereka, tapi juga iri. Kenapa pusat kegembiraan ini ada pada mereka, pada keluarga itu, dan tidak pada keluargaku. Kenapa badut itu ada di sana dan tidak di sini. Kenapa anak-anakku cuma bisa datang dan memberi kado murah tapi tak tak bisa mendatangkan badut itu di hari ulang tahun mereka yang lalu.

Ketika anak-anakku bergembira aku justru besedih karena urusan badut celaka itu. Ia hanya mengingatkan betapa terbatas kemampuan keluarga kami dibanding dengan laju ekonomi tetanggga. Tapi melankoli orang tua ini tak boleh mengembara. Ia tak boleh mengganggu imajinasi anak-anak kami yang sekarang tengah begitu bergembira.

Maka kami pun melepas anak-anak menuju ke pesta mereka. Di ujung gang mereka telah lebur dalam rombongan dan tenggelam dalam gelak tawa. Kado warna-warni dan anak-anak itu meriah dengan dandanan mereka. Dari jauh kegembiraan itu lagi-lagi mengganggu kami, kenapa pusat kegembiraan itu ada di situ dan tidak di keluarga kami. Jika ada satu yang menghibur, tak lain adalah bahwa kegembiraan yang di sana itu, juga menggembirakan anak-anak kami. Jadi rasa cemburu ini walau sedikit bisa juga terobati.

Tapi astaga, belum genap hitungan jam, kegaduhan terdengar dari pusat peserta. Jerit tangis anak mulai merajalela. Ada anak-anak yang terlalu agresif melihat hidangan dan menimbulkan ketidaktertiban. Ada anak yang bahkan ngotot mempertahankan kadonya dan menolak untuk disumbangkan begitu saja. Penolakan ini membuat malu pengantarnya dan terjadilah keributan di antara mereka.

Demikian malunya pengantar ini sampai ia merebut paksa kado itu dari tangan anak asuhannya. Begitu sakit hati anak ini demi melihat kado kasayangan lepas dari tangan, maka meledakkan tangisnya. Tambah malulah pengantar anak ini demi melihat anak yang telah berbedak dan berdandan demikian rupa hancur belepotan gara-gara air mata yang berleleran di sekujurnya.

Maka dicubitlah pantat anak ini agar mau mereda tangisnya. Tapi jangankan mereda, anak ini malah menderita kesengsaraan ganda: sudah sakit hati, sakit pantat pula. Maka tangis itu ia kencangkan sekuat yang ia bisa. Dan ia tak sendiri.

Namanya juga anak-anak. Kado yang dibawa, diungkus rapi, dibeli dengan rengekan itu, adalah soal yang tak mudah ia lepas begitu saja. Kado itu adalah miliknya, dan jika perlu harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan.

Kacau sekali pesta ini jadinya. Walau kekacauan ini belum seberapa. Karena di putaran berikutnya, ketika sulap dan badut mulai di didatangkan, kegembiraan itu berubah jadi kegemparan. Belum juga sulap dimainkan, banyak anak-anak bubar dan memekik-mekik ketakutan. Badut-badut itu begitu tinggi dan besarnya, dan anak-anak bukannya bergembira malah dibuatnya trauma.

Anakku sendiri memilih kabur dari pesta horor ini. Si sulung tampak pucat dan si bungsu malah sudah masuk dalam dekapanku dengan kepala melesak di ketiak persis seperti burung onta. Pemandangan ini membuatku berjanji, bahwa aku tidak akan cemburu lagi melihat tetanggaku menanggap badut ulang tahun untuk anak-anak mereka. (Prie GS)



Regards,
Namora
 
----
My random thought: http://namora.blogspot.com


Start your day with Yahoo! - make it your home page

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================




SPONSORED LINKS
Radio station advertising Satellite radio stations Cb radio base station
Weather radio station Radio station promotion Christian radio station


YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to