----- Forwarded message from Sally Boen <[EMAIL PROTECTED]> -----

      > > Pesta untuk Sang Kaisar
      > >
      > > Liem Sioe Liong menggelar pesta ulang tahunnya yang
      > > ke-90 di Singapura. Wartawan Tempo Metta Darmasaputra
      > > menyusup dalam resepsi berbiaya Rp 20 miliar itu.
      > >
      > > TENGGELAM di antara kerumunan perempuan harum dan
      > > lelaki bertuksedo, saya terpaksa melakukan pekerjaan
      > > menyebalkan itu. Beberapa orang datang dan bertanya di
      > > mana toilet. Please, over there, Sir, kata saya
      > > berulang-ulang. Posisi saya di ruangan yang megah itu
      > > memang tak menguntungkan: di pojok dan berdiri kaku
      > > empat jam penuh tanpa sedikit pun ada kesempatan
      > > duduk. Saya merasa bagai Santa Klaus di toko mainan
      > > anak-anak pada sebuah malam Natal tersenyum, berusaha
      > > gembira meski sesungguhnya dipaksakan.
      > >
      > > Malam itu, Sabtu dua pekan lalu, saya memang tidak
      > > berada di toko mainan anak-anak. Saya tercagak di The
      > > Island Ballroom Hotel Shangri-La Singapura. Bagian
      > > depan ballroom disulap menjadi taman istana yang
      > > dipenuhi lukisan dekoratif bergambar deretan pohon
      > > bambu. Panggung berarsitektur istana Kaisar Cina
      > > dinasti Ming dan Ching di Kota Terlarang ( Forbidden
      > > City) dihadirkan di satu sisi dalam ruangan. Malam itu
      > > terasa istimewa: Liem Sioe Liong, mantan taipan nomor
      > > wahid Indonesia kelahiran Fujian , Cina, berulang
      > > tahun yang ke-90. Buat orang Cina, sembilan merupakan
      > > simbol peruntungan, karena merupakan angka terbesar
      > > dalam deret desimal. Penghitungan hari ulang tahun
      > > Liem didasarkan pada penanggalan kalender Cina. Dalam
      > > tarikh Masehi, umur Om Liem sebetulnya baru 89 tahun.
      > > Ia lahir pada 16 Juli 1916.
      > >
      > > Di pintu masuk hotel, puluhan wanita cantik berpakaian
      > > cheong sam merah menyala berjejer rapi menyambut lebih
      > > dari seribu tamu yang datang. Sebagian besar
      > > konglomerat papan atas Indonesia hadir. Di sana tampak
      > > antara lain Prajogo Pangestu (Grup Barito), Sofjan
      > > Wanandi (Gemala), Mochtar Riady (Lippo), Ciputra,
      > > Murdaya Poo beserta istrinya Siti Hartati Murdaya
      > > (Berca), Budi Hartono (Djarum), dan Sukanto Tanoto
      > > (Raja Garuda Mas). Juga datang tiga putri mantan
      > > Presiden Soeharto: Siti Hardijanti Rukmana, Siti
      > > Hediati Harijadi, dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
      > > Sejumlah mantan pejabat Orde Baru pun tak ketinggalan.
      > > Moerdiono, Harmoko, Fuad Bawazier, dan Akbar Tandjung
      > > termasuk di antaranya. Pesta yang berlangsung dua
      > > malam itu?Sabtu dan Minggu?diperkirakan dihadiri 2.500
      > > undangan dari Indonesia, Singapura, dan Cina.
      > >
      > > Semua tamu diterbangkan dari daerah asal dengan
      > > Singapore Airlines. Di Singapura mereka menginap di
      > > Shangri-La dan di Hotel Meritus Meridien. Semua biaya
      > > terbang dan menginap ditanggung Om Liem. Servis serupa
      > > juga pernah diberikan Liem ketika ia merayakan pesta
      > > ulang tahun perkawinan ke-60, April tahun lalu. Pesta
      > > kawin emas Liem dan istri di hotel yang sama pada 1994
      > > ditaksir menghabiskan dana US$ 650 ribu (Rp 6,5
      > > miliar). Pesta ulang tahun Om Liem ke-90 diperkirakan
      > > koran berbahasa Cina, Lianhe Wanbao, menelan biaya US$
      > > 2 juta (Rp 20 miliar).
      > >
      > >                                    * * *
      > > BERJUBELNYA tamu penting membuat panitia pesta
      > > jauh-jauh hari sudah mendata ketat nama para tamu.
      > > Kartu undangan yang disebar dilengkapi bar code dan
      > > wajib dibawa saat datang untuk dicocokkan dengan data
      > > di komputer panitia. Setelah dipastikan bukan
      > > penyusup, para tamu mendapat cendera mata berupa huruf
      > > kanji kuno berlapis emas murni lima gram. Oleh panitia
      > > mereka diantar menuju meja makan sesuai dengan nomor
      > > yang telah ditentukan. Tak kurang dari 120 meja bundar
      > > masing-masing berkapasitas 10 orang disiapkan untuk
      > > menjamu para tamu.
      > >
      > > Saya tak membawa undangan dan karenanya tak begitu
      > > yakin bisa masuk ke pesta itu. Tapi selalu saja ada
      > > jalan di saat-saat genting. Dalam antrean, menjelang
      > > pos pemeriksaan, saya terpikir untuk mencari toilet
      > > yang terletak di bagian dalam ballroom. Beruntung,
      > > petugas malam itu sangat ramah: mereka mempersilakan
      > > saya ke kamar kecil meski dengan demikian melewati pos
      > > sekuriti.
      > >
      > > Jadilah saya tamu tak diundang yang menyaksikan pesta
      > > megah itu dari ruang sempit di sekitar pintu keluar
      > > ruang utama. Sesekali saya mendekat panggung utama
      > > untuk menyaksikan beberapa detail untuk kemudian
      > > menyingkir kembali ke pojok itu. Di sana bergerombol
      > > pelayan hotel dan tujuh juru foto dari Moreno Studio
      > > yang khusus diterbangkan dari Jakarta.
      > >
      > >                                    * * *
      > > LIMA belas menit menjelang pukul delapan malam,
      > > perhelatan dimulai. Suara tambur menderu. Pintu utama
      > > ballroom dibuka. Liem Sioe Liong masuk dipapah oleh
      > > beberapa kerabatnya. Lagu "Nan Erl Dang Zi Qiang",
      > > sound track film Kung Fu Master, segera menggema.
      > > Dimainkan oleh aktor Jet Li, Kung Fu Master bercerita
      > > tentang pahlawan legendaris rakyat Cina, Wong Fei
      > > Hung. Lebih dari seribu tamu yang hadir malam itu
      > > sontak berdiri memberikan hormat kepada Liem Sang
      > > Kaisar bershio naga. Tepuk tangan membahana.Dipandu
            oleh sang MC dari Indonesia juga Erwin Parengkuan.
      > >
      > > Ditemani istrinya, Lie Shu Zen, Liem beringsut naik ke
      > > panggung dengan bantuan sebilah papan hidrolik.
      > > Keempat anaknya Albert, Andree, Anthoni, dan Mira
      > > berdiri di sampingnya. Dengan jas hitam berdasi
      > > kupu-kupu warna merah marun, ia tampak sehat meski
      > > matanya kerap menatap kosong. Alunan musik dari Keat
      > > Hong Chinese Orchestra membahana. Bait-bait lagu Nan
      > > Erl bercerita tentang kesejatian seorang laki-laki.
      > >
      > > Hanya sedikit kata yang disampaikan Liem dalam bahasa
      > > Mandarin saat memberikan sambutan. Sebentar kemudian,
      > > ia mengajak para tamu bersulang. Gaaan beei...,
      > > terdengar aba-aba panjang. Gan bei adalah bahasa Cina
      > > untuk bersulang. Para tamu pun menyambut hangat ajakan
      > > itu. Acara kemudian dilanjutkan dengan santap malam.
      > >
      > > Artis serba bisa asal Singapura, Kit Chan, khusus
      > > didatangkan dari Amerika Serikat negeri tempatnya kini
      > > tinggal untuk menghibur para tamu. Para undangan
      > > bernostalgia dengan beberapa lagu lama yang pernah
      > > dipopulerkan Teresa Teng, penyanyi top yang tak asing
      > > bagi warga keturunan Cina di seluruh dunia.
      > >
      > > Selain makanan dan musik, para tamu juga disuguhi film
      > > dokumenter tentang kehidupan Liem melalui enam layar
      > > lebar yang terpampang di dua sisi ruangan.
      > >
      > > Dalam film itu dikisahkan bagaimana Liem muda, saat
      > > itu 21 tahun, memulai kariernya sebagai pembuat krupuk
      > > dan tahu di Kudus, Jawa Tengah, setibanya ia dari
      > > tanah leluhurnya, Tiongkok.
      > >
      > > Di kota itulah, Liem bertemu dengan gadis asal Lasem,
      > > Jawa Tengah, Lie Shu Zen, yang kini jadi istrinya.
      > > Menurut Mira Salim, putri Liem, ibunya sempat tak
      > > diizinkan orang tuanya untuk dinikahi Liem. Mereka
      > > khawatir, anaknya dibawa ke Tiongkok, katanya. Tapi
      > > Liem berhasil meyakinkan calon mertuanya. Pesta
      > > perkawinan selama 12 hari pun dilangsungkan.
      > >
      > > Liem kemudian hijrah ke Jakarta dan bisnisnya dari
      > > tahun ke tahun menggurita. Tak hanya di Indonesia,
      > > sayap bisnisnya melebar hingga Arab Saudi dan Nigeria.
      > > Ia pernah masuk dalam jajaran 100 orang terkaya versi
      > > majalah Fortune. Liem pernah menerima penghargaan dari
      > > pemerintah Spanyol. Ia juga pernah dinobatkan oleh
      > > Wharton School , University of Pennsylvania, AS ,
      > > sebagai legenda dari Asia Tenggara.
      > >
      > > Tapi terpaan badai krisis ekonomi 1997 membuat
      > > bisnisnya ringsek. Ia berutang kepada negara hingga Rp
      > > 52 triliun. Akibatnya, sejumlah aset emasnya, termasuk
      > > Bank Central Asia, harus lepas dari genggaman. Meski
      > > begitu, kerajaan bisnis Liem sepertinya tak pernah
      > > benar-benar pudar. Ia tetap menjadi pusat magnet di
      > > jagat bisnis Indonesia. Indofood dan Bogasari, dua
      > > dari sekian perusahaan Liem yang tersisa, tetap
      > > merajai bisnis makanan di Indonesia. Bisik-bisik
      > > menyebutkan, Liem sebenarnya masih punya banyak bisnis
      > > di Indonesia meski namanya secara formal tak tercatat
      > > sebagai pemilik.
      > >
      > > Buat masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia,
      > > menurut Sofjan Wanandi, jasa Om Liem tak bisa dibilang
      > > kecil. Dia pernah membiayai 500 ribu warga Tionghoa
      > > mendapatkan kewarganegaraan Indonesia semasa Soeharto
      > > dulu, ujarnya.
      > >
      > > Wibawa Liem sebagai pebisnis memang belum tertandingi.
      > > Itu sebabnya para taipan dan tamu undangan lainnya
      > > rela antre satu jam untuk bisa bersalaman dengan Om
      > > Liem sebelum meninggalkan pesta yang berakhir pukul 11
      > > malam itu. Liem menjabat erat satu per satu tamunya
      > > dengan ramah. Sesekali Liem tertegun jika lupa siapa
      > > orang yang ia hadapi. Anthoni Salim, anaknya, lalu
      > > membisikkan nama tamu yang tak diingat ayahnya.
      > >
      > > Liem tampak menikmati pesta itu. Meski kini bermukim
      > > di Singapura rumahnya di Jakarta dibakar massa pada
      > > 1998 ia tak pernah kehilangan pengaruh. Tamu
      > > membludak. Orang-orang penting tak melupakannya. Tiga
      > > putri Soeharto, menjelang pesta usai, mendatangi Liem
      > > dengan khidmat. Mereka menatap, menjabat tangan lelaki
      > > tua itu, lalu tersenyum mesra. Liem membalas jabatan
      > > itu. Ia tersenyum, memandang ketiganya satu per satu
      > > seperti mengingat sebuah masa keemasan yang baru
      > > beberapa tahun silam ia tinggalkan
      >
      >

     
             
     





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Music that listens to you.
LAUNCHcast. What's in your mix?
http://us.click.yahoo.com/8mKGzA/FARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke