Koran Tempo, 9 Desember 2005 Hal A4
Herman, Bocah Pemakan
Tanah
Seorang bocah bernama Herman, 6 tahun, punya
kebiasaan yang aneh bin ajaib.
Sejak berusia dua tahun, dia suka memakan tanah
seperti layaknya anak-anak
menyantap jajan pasar.
Akibatnya, anak pasangan Uci dan Yamah, warga Desa
Kelor, Sepatan, Kabupaten
Tangerang, itu kerap sakit. Berat badannya pun
cuma 8 kilogram, jauh di bawah
ukuran normal anak seusianya, yang rata-rata
berbobot di atas 20 kilogram.
Perilaku aneh itu bermula ketika kedua orang
tuanya merasa sudah tak sanggup
lagi mengurusnya. Uci, 45 tahun, hanya seorang
kuli bangunan dengan upah Rp
10 ribu sehari. Yamah bekerja sebagai pembantu
rumah tangga yang pulang
sebulan sekali. "Boro-boro beli susu, untuk
makan sehari-hari saja kami
kesulitan," kata Uci.
Herman lalu dititipkan ke Isah, sang nenek, yang
berusia 60 tahun, bersama dua
saudaranya, Umu dan Uun.
Padahal Isah tak memiliki penghasilan tetap. Tidak
setiap hari ketiga cucunya
itu mendapatkan jatah makanan. Kadang cuma nasi
putih tanpa lauk. Hanya
sesekali Isah memasak sayuran, yang dipetik dari
kebun di belakang rumah.
Karena jarang ada makanan itulah Herman pun
terpaksa makan tanah, batu, dan
pasir yang dibawanya sepulang dari bermain.
"Kalau buang air besar pun
keluarnya tanah dan batu," kata Isah.
Ucin mengaku sudah lama mendengar anaknya suka
makan tanah. "Saya pernah
melihat Herman memakan cat tembok yang mengelupas,"
kata Ucin, yang mengaku
pasrah melihat kondisi anak-anaknya.
Yuliah Iskandar, dokter yang menangani Herman,
mengatakan bahwa tanah yang
dikunyah Herman mengandung kotoran, penyakit, dan
bakteri cacing yang
berkembang biak dalam perutnya. Jika dibiarkan,
kondisi itu akan membahayakan
kelangsungan hidupnya. "Ini harus segera
ditangani serius," katanya.
Herman adalah salah satu dari 1.159 anak di
Kabupaten Tangerang yang bergizi
buruk, mendekati busung lapar, dari 28.662 anak
pada periode 2004-2005.
JONIANSYAH
astagfirullah...