Topik: Fwd: Fw: Stop Susu : Petunjuk untuk Melawan Kanker Payudara --> believe it or not?
Kepada: [EMAIL PROTECTED],
Nyanita Noviantina <[EMAIL PROTECTED]>,
Emile Hariadi <[EMAIL PROTECTED]>,
Kikik <[EMAIL PROTECTED]>, Alida wh <[EMAIL PROTECTED]>,
Poppy Ananto <[EMAIL PROTECTED]>,
Ratih Adrianto <[EMAIL PROTECTED]>,
ivanna devi <[EMAIL PROTECTED]>, Helda Martinelly <[EMAIL PROTECTED]>,
Rini Soegiyono <[EMAIL PROTECTED]>,
[EMAIL PROTECTED], Hesti Kusuma <[EMAIL PROTECTED]>,
Tita Handayati <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED],
Retno Utari <[EMAIL PROTECTED]>, Tia <[EMAIL PROTECTED]>,
Ponty Edwards Edwards <[EMAIL PROTECTED]>, Elok <[EMAIL PROTECTED]>,
indriani hamidjaja <[EMAIL PROTECTED]>, Hani <[EMAIL PROTECTED]>,
[EMAIL PROTECTED], Nani <[EMAIL PROTECTED]>,
Endah Nuriningtiyas <[EMAIL PROTECTED]>,
Endi <[EMAIL PROTECTED]>,
Samira Abdullah <[EMAIL PROTECTED]>,
Nini Batey <[EMAIL PROTECTED]>, Rey Wowor <[EMAIL PROTECTED]>,
Nani Indrawati Horall <[EMAIL PROTECTED]>,
Djenny Welan <[EMAIL PROTECTED]>, Darmo <[EMAIL PROTECTED]>

        Subject: Stop Susu : Petunjuk untuk Melawan Kanker Payudara --> believe it or not?
  
  Dear all,
  
  Info yang menarik, semoga bermanfaat.
  
  Salam Sejahtera selalu,
  Joe2

Date: Tue, 21 Mar 2006 11:02:57 +0700

    "MENGAPA SAYA PERCAYA BAHWA MENGHENTIKAN KONSUMSI SUSU MERUPAKAN PETUNJUK UNTUK MELAWAN KANKER PAYUDARA"


Saya tidak mempunyai pilihan lain kecuali mati atau menemukan obat untuk  menyembuhkan diri saja sendiri. Saya seorang ilmuwan, oleh karena itu  berpikir bahwa tentunya ada penjelasan yang masuk akal bagi penyakit mematikan yang menyerang satu dari 12 wanita di Inggris ini.

Saya telah merasakan penderitaan karena kehilangan satu payudara dan telah menjalani radioterapi. Sekarang saja menerima kemoterapi yang
menyakitkan dan sayapun telah diperiksa oleh beberapa ahli spesialis yang paling terkemuka di negeri ini. Tetapi jauh di dalam hati saya, saya merasa
yakin  bahwa saya menghadapi maut. Saya mempunyai suami yang mencintai saja, rumah yang indah dan dua anak kecil yang memerlukan bimbingan saya. Saya sungguh  ingin hidup.

Untunglah, keinginan hidup ini mendorong saya untuk menggali fakta-fakta, yang baru sedikit diketahui oleh sejumlah kecil ilmuwan pada waktu itu.

Setiap orang yang berhubungan dengan kanker payudara akan tahu bahwa beberapa faktor resiko - seperti usia tua, menstruasi terlalu dini, menopause terlambat dan sejarah keluarga dengan kanker payudara, sungguh-sungguh tidak dapat kita cegah. Tetapi ada banyak faktor resiko lainnya yang dapat kita kendalikan dengan baik.

Faktor-faktor resiko yang 'terkontrol' ini dengan mudah terwujud dalam perubahan-perubahan sederhana yang dapat kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari kita untuk mencegah atau mengobati kanker payudara.

Petunjuk pertama dalam memahami penyebab berkembangnya kanker payudara saya datang pada saat suami saya Peter, yang juga ilmuwan, pulang ke tanah air  setelah bekerja di Cina, ketika saya sedang menjalani pengobatan kemoterapi.

Ia membawa kartu-kartu dan surat-surat, serta juga beberapa ramuan dari  tumbuh-tumbuhan, yang diberikan oleh teman-teman dan ilmuwan-ilmuwan mitra saya di  Cina. Ramuan-ramuan itu dikirimkan kepada saya untuk menyembuhkan kanker payudara itu. Meskipun kami menghadapi keadaan yang menyedihkan pada saat itu, kami dapat tertawa lepas, dan saya ingat telah mencetuskan perkataan bahwa  ramuan ini merupakan pengobatan bagi kanker payudara di Cina, dan tidak  mengherankan bahwa wanita-wanita di Cina berusaha menghindar dari penyakit ini.

Kata-kata itu terngiang-ngiang di benak saya. "Mengapa wanita-wanita di Cina tidak terkena kanker payudara?" Saya pernah bekerja sama dengan
mitra-mitra Cina dalam penelitian tentang hubungan antara kimia tanah dan penyakit, dan mengingat beberapa statistik yang telah dibuat.

Penyakit ini boleh dikatakan tidak terdapat di seluruh negeri Cina. Hanya 10.000 wanita di Cina wafat karena penyakit ini, dibandingkan dengan
persentase menakutkan bahwa satu di antara 12 wanita di Inggris meninggal dunia karena penyakit ini, dan bahkan angka ini lebih mengerikan lagi  menjadi rata-rata satu di antara 10 wanita di sebagian besar negara-negara  Barat. Hal ini bukanlah karena Cina merupakan negeri yang lebih bersifat
pedesaan, dan tidak banyak terkena polusi perkotaan. Di daerah Hong Kong yang padat, persentase meningkat menjadi 34 di antara 10.000 wanita, namun toh masih jauh lebih sedikit daripada di Barat.

Kota-kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang juga memiliki persentase yang hampir sama dengan Cina. Padahal kedua kota ini telah diserang dengan
senjata nuklir, sehingga selain kanker yang berhubungan dengan polusi, kita dapat memperkirakan adanya kasus-kasus kanker yang terkait dengan
radiasi.

Kesimpulan yang dapat kita peroleh dari statistik ini sungguh mengejutkan.  Apabila seorang wanita Barat pindah ke kota industri Hiroshima yang telah
teradiasi, resiko terkena kanker payudara ini dapat menjadi satu berbanding dua.

Tentu saja hal ini tidak masuk akal. Saya merasa yakin bahwa ada sebuah  faktor gaya hidup yang bukan terkait dengan polusi, urbanisasi atau  lingkungan hidup yang nyata-nyata telah meningkatkan kemungkinan wanita Barat terkena kanker payudara.

Saya kemudian menemukan bahwa penyebab perbedaan besar dalam persentase kanker payudara antara negara-negara Timur dan Barat bukanlah karena factor genetika.
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa apabila orang Cina atau Jepang pindah ke Barat,dalam satu atau dua generasi persentase kanker payudara mereka  mendekati persentase dari penduduk negara di mana mereka tinggal.

Hal yang sama terjadi apabila orang-orang Timur sepenuhnya meniru gaya  hidup Barat di Hong Kong. Sesungguhnya, nama populer yang disebutkan
orang di Cina bagi kanker payudara adalah 'Penyakit Wanita Kaya'. Ini disebabkan bahwa di Cina, hanya orang-orang kaya yang dapat menikmati apa yang disebut sebagai 'Makanan Hong Kong'.

Orang-orang Cina menggambarkan semua makanan Barat, termasuk semua kudapan dari es krim dan coklat sampai spaghetti dan keju, sebagai makanan Hong Kong' karena hanya terdapat di bekas koloni Inggris dan dulu jarang ada di daratan Cina.

Jadi sungguh masuk akal bagi saya bahwa apa yang menyebabkan kanker  payudara saya ini dan banyaknya penderita penyakit tersebut di negara saya
hampir dipastikan berasal dari sesuatu yang berhubungan dengan gaya hidup Barat kita, dari kalangan menengah yang lebih baik.

Angka ini juga besar bagi para pria di sini. Saya telah mengamati dalam penelitian saya bahwa banyak data tentang kanker prostat juga sampai pada
kesimpulan yang sama.

Menurut angka dari WHO, jumlah pria yang terkena kanker prostat di Cina  pedesaan hampir tidak ada, hanya 0,5 pria di antara 100.000. Namun demikian  di Inggris, Skotlandia dan Wales, angka ini 70 kali lebih tinggi.
Seperti  kanker payudara, penyakit ini merupakan penyakit kalangan menengah dan  terutama menyerang kelompok-kelompok sosial yang lebih kaya dan mempunyai  kehidupan sosial-ekonomi yang lebih tinggi, yaitu mereka yang dapat  menikmati makanan yang bergizi tinggi.

Saya teringat berkata kepada suami saya, "Ayolah Peter, kamu baru saja pulang dari Cina. Apa sih gaya hidup Cina yang sangat berbeda dengan  kita?"

"Mengapa mereka tidak terkena kanker payudara?"
Kami memutuskan untuk menggunakan latar belakang ilmu kami bersama-sama dan melakukan pendekatan dengan logika.

Kami memeriksa data ilmiah yang mengarahkan kami pada kandungan lemak dalam makanan. Para peneliti pada tahun 1980-an telah menemukan bahwa hanya 14% kalori di hidangan Cina terdiri atas lemak, dibandingkan dengan hampir 36%  di Barat.

Tetapi makanan yang telah saya santap selama bertahun-tahun sebelum terkena kanker payudara ini sangat rendah lemak dan berserat tinggi. Selain
itu,  sebagai ilmuwan saya tahu bahwa asupan lemak pada orang dewasa tidak  menunjukkan peningkatan resiko kanker payudara dalam sebagian besar  investigasi yang telah dilakukan pada kelompok-kelompok besar wanita selama dua belas tahun.

Lalu pada suatu hari sesuatu yang agak istimewa terjadi. Peter dan saya telah bekerja sama begitu erat selama bertahun-tahun lamanya sehingga
saya  tidak yakin siapa di antara kami berdua yang berkata terlebih dahulu:  "Orang-orang Cina tidak makan produk dari susu!"

Sulit untuk menjelaskan kepada orang yang bukan ilmuwan terjadinya  'dentingan' pikiran dan perasaan yang mendadak ketika menyadari bahwa
pikiran kita terbuka pada sesuatu hal yang penting. Rasanya seperti ada banyak potongan gambar di dalam otak kita dan tiba-tiba, dalam beberapa
detik, semua teka-teki ini terangkai dengan baik sehingga membentuk gambar  yang jelas.

Tiba-tiba saya teringat kembali betapa banyak orang Cina yang tidak dapat mencernakan susu dengan baik, betapa orang-orang Cina yang bekerja dengan  saya selalu berkata bahwa susu hanya untuk bayi, dan bagaimana salah  seorang sahabat karib saya, yang keturunan Cina, dengan sopan selalu  menolak keju pada saat jamuan malam.

Saya tahu bahwa tak ada orang Cina yang hidup secara tradisional, yang  menggunakan susu sapi atau produk dari susu untuk memberi makan kepada bayinya. Dalam adat istiadat mereka, mereka menggunakan inang penyusu tetapi tidak pernah produk dari susu.

Secara budaya, orang-orang Cina menganggap gaya Barat kita yang sangat  menyukai susu dan produk dari susu sebagai sesuatu yang sangat aneh.
Saya  teringat ketika menjamu sebuah delegasi besar ilmuwan Cina tidak lama setelah berakhirnya Revolusi Budaya di Cina pada tahun 1980-an.

Atas nasihat Biro Luar Negeri, kami telah meminta kepada perusahaan jasa  boga untuk menyediakan puding yang mengandung banyak es krim. Setelah menanyakan dari apa puding itu dibuat, semua ilmuwan Cina itu,  termasuk  penerjemahnya, dengan sopan namun tegas menolak untuk menyantapnya, dan  mereka tidak dapat dibujuk untuk mengubah pikiran mereka.
  Pada waktu itu kami semua senang dan menikmati porsi tambahan!

Saya menemukan bahwa susu adalah salah satu penyebab umum alergi makanan.
 
Sekitar 70% penduduk dunia tidak dapat mencernakan gula susu, laktosa, sehingga para ahli gizi berpendapat bahwa kondisi ini normal bagi orang
dewasa, dan bukan merupakan sebuah defisiensi (kekurangan).

Mungkin alam berusaha mengatakan kepada kita bahwa kita telah mengkonsumsi  makanan yang salah.

Sebelum saya terkena kanker payudara untuk pertama kali, saya telah makan  banyak produk dari susu, seperti susu tanpa lemak, keju rendah lemak dan   yoghurt. Saya menggunakannya sebagai sumber protein saya yang utama.
 
Saya  juga makan daging cincang sapi yang tidak berlemak, yang sekarang baru saya sadari mungkin sering berasal dari sapi perahan.

Agar dapat mengatasi kemoterapi untuk benjolan kanker saya yang kelima ini, saya telah makan yoghurt organik agar alat-alat pencernaan saya dapat
pulih kembali dan mengembalikan bakteri-bakteri 'yang baik' ke dalam usus saya.

Baru-baru ini, saya menemukan bahwa pada tahun 1989 yang lalu, yoghurt telah terlibat dalam kanker ovarium (indung telur). Dr Daniel Cramer dari
Unversitas Harvard telah meneliti ratusan wanita penderita kanker indung telur dan telah mencatat dengan rinci apa yang biasa mereka makan.
Coba saya tahu tentang hal ini ketika ia pertama kali menemukannya.

Mengikuti nasihat Peter dan pendapat saya tentang makanan Cina, saya memutuskan untuk tidak saja menghentikan yoghurt tetapi semua produk
dari susu, saat ini juga. Keju, mentega dan yoghurt serta semua makanan yang  mengandung susu saya buang ke sampah.

Betapa mengherankan bahwa begitu banyak produk termasuk sup buatan, biskuit  dan kue mengandung susu. Bahkan banyak merek margarin yang dijual dengan  bahan dari minyak kedelai, minyak bunga matahari atau minyak zaitun dapat  mengandung produk susu.

Oleh karena itu saya kemudian membaca semua kandungan yang tercetak di label-label makanan.

Sampai saat itu, saya setia mengukur perkembangan benjolan kanker saya yang  kelima ini dengan alat pengukur dan mencatat kasilnya. Meskipun para dokter  dan suster banyak memberi semangat dan berkata positif kepada saya,  pengamatan saya sendiri mengungkapkan kenyataan yang pahit.
 
Seri kemoterapi saya yang pertama untuk benjolan kelima ini tidak berhasil   - benjolan itu tetap sama.
   Kemudian saya menghapuskan produk-produk dari susu. Beberapa hari kemudian  benjolan itu mulai mengecil.

Sekitar dua minggu setelah seri kemoterapi saya yang kedua dan seminggu setelah tidak mengkonsumsi produk dari susu, benjolan di leher saya mulai
terasa gatal. Kemudian benjolan itu melunak dan mengecil. Garis di alat pengukur, yang tadinya tidak menunjukkan perubahan, sekarang menunjuk
ke  bawah setelah tumor itu menjadi kecil dan mengecil lagi.

Dan secara signifikan, saya mencatat bahwa daripada menurun secara  perlahan-lahan (membentuk kurva yang halus) seperti biasanya terjadi
pada kanker, tumor yang mengecil ini digambarkan seperti garis lurus yang menuju ke bagian bawah alat pengukur, yang menggambarkan penyembuhan, bukan pembasmian (atau pengurangan) tumor.

Pada hari Sabtu siang sekitar enam minggu setelah tidak mengkonsumsi produk-produk susu ini, saya melakukan meditasi selama sejam kemudian
meraba apa yang yang masih tersisa dari benjolan saya. Saya tidak  menemukannya lagi. Padahal saya sangat berpengalaman dalam mendeteksi   benjolan kanker, karena saya menemukan kelima benjolan kanker saja itu  sendiri. Saya turun ke tingkat bawah rumah dan meminta suami saya meraba  leher saya. Ia pun tidak menemukan benjolan apapun juga.

Hari Kamis berikutnya saja harus memeriksakan diri saya pada dokter spesialis kanker saya di Cross Hospital London. Ia memeriksa saya dengan
teliti, terutama leher saya di mana sebelumnya ada tumor. Tadinya ia   tercengang dan kemudian gembira ketika berkata, "Saya tidak menemukannya."

Ternyata tidak seorangpun dari dokter-dokter saya yang memperkirakan bahwa  seseorang dengan jenis dan stadium kanker saya (yang jelas-jelas sudah  menyebar ke sistem getah bening) dapat bertahan hidup, apalagi begitu sehat dan gembira.

Dokter spesialis saya merasa sangat bahagia seperti saya. Tadinya ketika  saya membicarakan gagasan saya dengannya, ia dapat memahami tetapi
bersikap skeptis. Tetapi saya tahu bahwa sekarang ia menggunakan peta yang  menunjukkan persentase kanker di Cina di dalam kuliah-kuliah yang
diberikannya, dan menganjurkan makanan tanpa produk susu bagi pasien-pasien kankernya.

Saya sekarang meyakini adanya kesamaan dalam pertalian antara produk dari susu dan kanker payudara dengan merokok dan kanker paru-paru. Saya
percaya bahwa dengan mengidentifikasi pertalian antara kanker payudara dan produk  susu dan kemudian mengembangkan makanan yang khusus ditujukan untuk mempertahankan kesehatan dari payudara dan sistem hormon saya, telah menyembuhkan saya.

Sangat sulit bagi saya, dan mungkin juga bagi anda, untuk menerima bahwa sebuah zat yang begitu 'alami' seperti susu dapat berdampak begitu
mencelakakan bagi kesehatan. Tetapi saya merupakan bukti hidup bahwa  hal  itu benar-benar terjadi dan mulai besok saya akan mengungkapkan
rahasia kegiatan saya yang mengubah semuanya ini.


  Disarikan dari buku "Your Life in Your Hands" karangan Professor Jane
  Plant, PhD, CBE.



   
---------------------------------
  Blab-away for as little as 1ยข/min. Make PC-to-Phone Calls using Yahoo! Messenger with Voice.


           
---------------------------------
Apakah Anda Yahoo!?
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]






=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================




SPONSORED LINKS
Radio stations Station


YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to