Assalamualaikum bapak Herman,
   
  bukan maksud saya membela mbak Ida, tutur yang tertera dalam surat terbuka 
tersebut merupakan luapan perasaan seorang perempuan yang mana juga mempunyai 
hak sama seperti hak AG membeberkan hal intern keluarga mereka pada media masa, 
dan semua itu tersiar meluas se antero Indonesia Raya.
   
  mohon dimaklum dan diterima dengan arif segala ungkapan perasaan yang timbul, 
hal tersebut juga dalam waktu tidak lama juga akan reda dengan sendiri.
  sebaliknya saya sempat beranggapan bahwa berita tersebut telah membuat banyak 
perempuan/ wanita Indonesia berdosa.... astaghfurullah wa'atubu Illahi...

  Salam perdamaian....
  Melanie Sadono
Herman Dias <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Mbak Ida, 

Mohon maaf, saya ingin konfirmasi, apakah benar mbak ida menulis surat
kepada AA Gym seperti yg dibawah ini.

Apabila benar, sekali lagi mohon maaf, saya seperti sedang mendengarkan
cerita gossip di infotaiment.

Isi surat paragraph 1 sampai 5 saya sungguh terkesan, tapi mulai paragraph
selanjutnya saya melihat mabk ida mulai spertinya membuka cerita yg
semestinya bukan menjadi konsumsi public.

Mbak ida boleh kecewa an marah kepada AA, seperti saya juga kecewa (apalagi
istri saya), tapi janganlah cerita yg sangat dramatis (walaupun itu benar)
diumbar dalam media yg terbuka seperti ini. Biarlah aib seseorang hanya
milik mereka dan Allah. Saya juga bukan orang yg sempurna, tapi adalah
kewajiban saya demi kasih sayang saya sama mbak Ida untuk mengingatkan.

Sukses ya Mbak. Mohon maaf bila nggak berkenan.

Ini lho, tulisan mbak ida yang beredar dikantor saya :

Surat Untuk Aa' Gym

Aa Gym yang baik, ketika mendapat kabar kalau Aa menikah lagi, saya tertawa.
Geli sekali rasanya mendengar kabar itu. Setelah Dhani Dewa, kini Aa yang
dikatakan beristri dua. Gosip memang makin aneh saja ya, Aa... Saya tidak
percaya. Saya tahu, Aa begitu mencintai Teh Ninih. Di mata Aa, Teh Ninih
begitu sempurna.

Setiap melihat foto keluarga Aa, dengan tujuh anak dan Teh Ninih yang
tersenyum bahagia, selalu ada airmata yang bergulir di sudut mata saya. Aa
membuat saya begitu bangga. Teh Ninih memberikan saya ilham tentang
bagaimana mencinta. Melahirkan tujuh anak di zaman ketika memiliki banyak
anak telah menjadi semacam "aib", tak ada kata lain untuk menjelaskannya,
kecuali pengabdian cinta. Maka, saya tidak percaya gosip itu. Tidak mungkin
Aa akan begitu. Aa itu kiai saya, guru saya, kakak, ayah, dan teladan saya.
Aa pasti tidak akan mengecewakan saya.

Ketika Aa menggelar jumpa pers di kantor Daarut Tauhid, di Jakarta, Sabtu
lalu, saya bersorak gembira. Akan terjawab semuanya, batin saya. Akan terang
betapa bodohnya pembuat gosip itu. Saya bayangkan, Aa akan tertawa, Teh
Ninih akan terkikik manja, dan memeluk Aa. Ketika melihat Aa dan Teh Ninih
muncul, dengan busana satu warna, wajah yang bercahaya, hati saya makin
bahagia. Sungguh Aa, tiap kali melihat Aa dan Teh Ninih tampil bersama,
saling mengerling dan tersenyum, selalu ada haru dan tangis di mata saya. Aa
membuat saya begitu bersyukur dan bahagia. Saya tidak percaya, kerling dan
senyum itu akan Aa berikan juga untuk Teteh yang lain....

Aa terlihat lebih muda. Apa karena tanpa sorban ya, Aa? Dan Teh Ninih,
kenapa jadi tampak lebih tua. Mata Teh Ninih berkerjapan, tapi dia
menyunggingkan senyuman. Aa tahu, saya mulai was-was saat itu. Melihat
sorban yang lepas, hati saya cemas. Melihat banyaknya senyum Teh Ninih, dada
saya berbuih. Saya mulai menduga, ya Tuhan... apakah kabar itu benar?
Apakah benar Aa telah menduakan Teh Ninih, Mbak dan Ibu saya? Tolong Tuhan,
tulikan aku sementara... Aku tak sanggup mendengarnya...

Dan airmata saya berloncatan. Saya sesenggukan. Wajah Aa yang cerah di teve
dikaburkan airmata saya. Sungguh Aa, saya tidak bisa menerima. Saya sakit,
sakit... Setiap melihat Teh Ninih, airmata saya langsung berloncatan. Saya
tajamkan pendengaran, saya ingin tahu, apa alasan Aa, apa kekurangan Teh
Ninih? Tapi sampai akhir jumpa pers itu, tak ada satu pun dalih yang bisa
mengeringkan airmata saya. Aa menyebutkan TTM, teman tapi mesum, dan seks
bebas, yang kini jadi dianggap biasa. Aa, saya kaget. Dari Aa-lah saya tahu
TTM itu teman tapi mesum. Sebelumnya saya kira hanya teman tapi mesra.
Apakah Aa menilai kemesraan sama dengan kemesuman? Aa juga menyebut,
keputusan itu lahir dari keprihatinan karena poligami dianggap sebagai
perbuatan tidak benar, sering dicemooh, bahkan diperlakukan tidak
sebagaimana mestinya. Istri kedua dianggap sebagai perebut suami orang. Aa
tampaknya ingin mendudukkan posisi poligami, ingin menunjukkan bahwa istri
kedua tidak selamanya buruk. Maaf Aa, saya tidak terharu dengan penjelasan
itu.

Aa yang baik, saya lalu mencari tahu siapa Rini, Alfarini Eridani itu. Maaf
Aa, saya tidak bisa menyebut Rni dengan panggilan Teteh. Bagi saya, hanya
ada satu Teteh untuk Aa, Teh Ninih. Saya lalu tercengang. Bukan Aa, bukan
karena dia mantan model. Bagi saya, tidak penting latar belakang seseorang.
Bukankah Aa dulu juga bukan seorang kiai? Bukankah pernikahan Aa dengan Teh
Ninihlah, yang merupakan anak kiai pondok, yang mengubah hidup Aa? Saya
hanya takjub pada kesaksian banyak pihak bahwa sudah sejak awal Rini itu Aa
istimewakan. Rini bebas di MQ, dengan status tidak jelas. Bisa jadi
marketing, sekretaris, atau kerja serabutan. Pengistimewaan Rini oleh Aa dan
adik Aa, Abdurrahman Yuri (Aa Deda) itu terbaca sesama pengurus MQ, dan
mereka mengira Aa dekat karena ingin mencarikan jodoh untuk Rini. Mereka
juga tidak merasa aneh, ketika Juli lalu, Aa pun meminta Rini jadi "pejabat"
saat membentuk unit pelayanan terpadu bank syariah di ponpes Daarut Tauhiid.
Tapi, sebagaimana terungkap di banyak media, akhirnya semua kaget, ketika Aa
memilihkan diri Aa sendiri sebagai jodoh untuk Rini.

Aa yang baik, maaf jika saya berburuk sangka. Ketika Aa mengatakan telah
lima tahun mempersiapkan dan mendiskusikan dengan Teh Ninih untuk
berpoligamami, apakah Rini yang Aa persiapkan? Apakah masuknya Rini ke MQ
beberapa tahun lalu bagian dari persiapan itu? KH Miftah Farid mengatakan,
Aa menikahi Rini untuk menyelamatkannya dari rerebutan pengurus Daarut
Tauhiid. Kenapa harus diselamatkan, Aa? Apakah kalau Rini dinikahi karyawan
Aa, hidupnya berada dalam bahaya? Atau, apakah Aa merasa dapat berlaku lebih
adil daripada mereka yang memperebutkan Rini?

Aa yang baik, maaf jika saya masih bertanya-tanya. Benarkah Teh Ninih sudah
memberi izin dan ikhlas? Kalau begitu, mengapa sewaktu menikahinya Aa tidak
mengikutkan Teh Ninih? Mengapa tidak ada satu pun keluarga Aa yang datang?
Juga adik Aa, Abdurahman Yuri (Aa Deda) yang dekat dengan Rini, kemana?
Kata KH Miftah, setelah ijab itulah baru Aa memberitahu Teh Ninih, benarkah?
KH Miftah juga mengatakan, saat itu Aa hanya nikah agama, dan perlu waktu
untuk dicatatkan ke KUA, menunggu izin tertulis dari Teh Ninih, begitukah
Aa? Jadi Aa, benarkah Teh Ninih memberi izin dan ikhlas karena pernikahan
itu telah terjadi? Izin dan keikhlasan yang datang karena tak lagi dapat
berbuat apa-apa?

Aa yang baik, benarkah ketika Senin (4/12) di saat Aa memberikan tausyiah
untuk pengurus MQ Coorporation, Teh Ninih dan Rini duduk berdampingan, dan
keduanya tidak bercakapan juga bersalam? Juga, kenapa ketika acara usai,
Rini ingin segera berlalu, sampai Aa memanggilnya, "Ibu Rini..." agar dia
mau bergabung? Sungguhkah Teh Ninih belum dapat menerima Rini, Aa? Sekali
lagi maaf jika saya berburuk sangka. Saya hanya ingin menumpahkan isi hati
saya, jutaan pertanyaan yang membebani, biar saya dapat menerima Aa, dengan
ringan, dengan enteng, seperti Aa yang ringan, riang, ketika menjelaskan
pernikahan itu.

Aa yang dirahmati Allah, di telinga saya saat ini, masih terdengar pengakuan
Teh Ninih, Minggu, usai tausyiah itu. Teteh mengaku klenger saat tahu Aa
telah menikah. Tiga bulan setelah pernikahan itu, Teteh juga mengaku belum
kenal Rini ...

Aa, entah kenapa, saya selalu menangis melihat ketabahan Teh Ninih. Teteh
saya itu, yang juga saya anggap Mbak dan Ibu saya, demikian kuat menahan
perasaannya. Ia hanya tersenyum, dan menjawab dengan persetujuan Aa. Teteh
mengajarkan kepada saya, tentang cinta seorang wanita, yang tak terbagi, tak
berpamrih. Dan saya kian menangis, saat melihat Aa acap sekali memeluknya,
menciumnya, merangkulnya, lebih sering dari apa yang biasa Aa tunjukkan.
Pikiran naif saya selalu berkata, "kenapa bisa lelaki yang demikian sayang
dan cintanya, tapi memadu istrinya..." Maaf Aa, sekali lagi maaf, saya tidak
bisa berbicara halus seperti Aa, tidak bisa sesabar seperti Aa. Itulah
sebabnya, ketika Teh Ninih berkata, "Saya berkeyakinan, apa yang tampaknya
menyakitkan belum tentu seburuk yang terlihat.." saya tambah menangis. Saya
membaca, Teh Ninih telah mengatakan isi hatinya kepada saya. Karena apa yang
dikatakan Teh Ninih bisa dibaca sebaliknya, "apa yang tampak menyenangkan,
mengikhlaskan, berpelukan, bahagia, belum tentu seindah yang terlihat...."

Aa yang baik, maaf kalau saya tampak kecewa. Maaf kalau saya tidak bisa
mengerti, saya hanya tahu, betapa kian kuat cinta saya kepada Teh Ninih...

Best Regards,


         

 
---------------------------------
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke