Santorini - Puisi Alam Nan Romantis

 

Atlantis, legenda benua yang hilang tenggelam ke dasar samudera, hingga kini
masih jadi misteri. 

Di mana letaknya, para peneliti mengarah ke lebih dari seratus lokasi, mulai
Mediterrania sampai 

ke Antartika. Termasuk Indonesia. 

 

Saat ini dugaan keberadaan Atlantis mengarah kuat ke Santorini, pulau paling
selatan dari 

Kepulauan Cyclades yang berada di Laut Aegean, Yunani. 

 

Dahulu kala Santorini merupakan sebuah pulau gunung berapi besar, tingginya
1.000 m 

dengan diameter 14 - 15 km. 

Sekitar tahun 1550 - 1500 SM, gunung berapi itu meledak dengan tak
terperikan dahsyatnya, 

sehingga dijuluki : The Most Violent Explosion in the History of the Earth. 

Kerucut gunung terlontar dan separuh gunung runtuh, lalu tenggelam,
menimbulkan tsunami 

maha dahsyat setinggi 210 m yang menyapu kawasan sekitar. 

Akibatnya, peradaban Minoan yang saat itu sedang berada di puncak kejayaan
musnahlah sudah. 

 

Kini, gunung berapi besar itu tersisa sebelah saja, bentuknya yang semula
bulat menjadi mirip bulan sabit. 

Tinggi tebingnya tinggal 150 - 300 m saja. 

Bekas kaldera sedalam 400 m sudah terisi air laut sehingga kapal ukuran
besar pun bisa leluasa 

keluar masuk ke dalamnya. 

 

Panoramanya yang begitu unik, musim panas yang nyaman berangin, ditambah
daya tarik legenda 

Atlantis, membuat Santorini menjadi tempat tujuan wisata musim panas yang
didambakan banyak orang. 

 

Keinginan saya menginjakkan kaki di pulau unik dan cantik itu akhirnya
terpenuhi pada 

Jumat sore, 7 Juli 2006. 

Pesawat B737-400 Aegean Airlines lepas landas dari Bandara El Venezuelo,
Athena. 

Penerbangan singkat hanya sekitar 30 menit, sehingga baru saja pramugari
membagikan minuman, 

mereka tergesa-gesa mengumpul- kan lagi gelas bekas pakai. 

Karena tiba di sana sudah menjelang malam, kami langsung menuju Greco Tavern
untuk bersantap. 

Makan malam terasa nikmat sekali, bukan saja karena makanannya enak, juga
karena rasa lega 

sudah berhasil tiba di pulau cantik itu. 

 

Kami bermalam di The Majestic, hotel berbintang lima yang berjarak hanya 500
m dari Fira, ibukota Santorini. 

Ternyata kaldera tepat berada di seberang hotel sehingga alih-alih masuk
kamar, 

kami semua malah menyeberang jalan menuju tepian kaldera. Dalam keremangan
malam, 

semua terpana melihat pemandangan yang spektakuler. 

Di depan kami membentang bekas kaldera, seakan sebuah circular lagoon yang
luas sekali. 

Pulau kecil Therasia dan Aspronisi tampak di kejauhan melatarbelakangi
kaldera. 

Air laut yang memenuhi bekas kaldera seluas 32 mil persegi itu berada jauh
di bawah kaki kami, 

karena tepian kaldera tempat kami berdiri tingginya sekitar 150 m dari
permukaan air laut. 

Sebuah kapal ferry meluncur pelan, lampunya gemerlapan, cantik sekali,
tampak kontras dengan 

kegelapan yang ditebar sang malam. 

 

Esok hari, setelah breakfast, kami check-out dari hotel, naik bus menuju
Ancient Thera, 

permukiman kuno di atas bukit yang sudah ada sejak abad ke-9 SM. 

Setelah 20 menit berkendara, tibalah kami di Kota Kamari. 

Kami turun untuk berganti mobil yang lebih kecil, agar bisa mendaki Gunung
Meso Vuono setinggi 369 m. 

Semua penumpang tampak tegang, bukan saja karena jalan sempit dan cukup
terjal, 

tapi terutama karena tepian jalan itu tidak dipagari pengaman. 

 

Setelah 20 menit mendaki, tibalah mobil di ujung jalan itu. 

Kami turun dari mobil dan ternyata sebagian besar teman mengurungkan niat
mengunjungi Ancient Thera. 

Mereka tak sanggup harus berjalan kaki mendaki bukit yang terlihat amat
curam itu. 

Dengan perlahan dan hati-hati sekali kami mendaki jalan setapak berbatu itu
agar 

tidak tergelincir, sambil repot menahan tiupan angin yang sangat keras. 

Tapi pemandangan ke arah bawah gunung sungguh cantik - tampak pantai Kamari
dengan 

payung pantainya yang berjejer indah sekali, dan sesekali tampak pesawat
terbang di 

kejauhan terbang melintas menuju bandara. 

Setelah mendaki dengan susah payah sekitar setengah jam, tibalah kami di
puncak gunung, 

tempat bertengger kota tua itu.

Ancient Thera tentu tinggal reruntuhan bebatuan saja, tapi beberapa relief
masih 

tampak jelas, seperti singa yang melambangkan Apollo, elang (Dewa Zeus), dan
lumba-lumba (Poseidon). 

 

Perjalanan kami berikutnya menuju Oia, untuk melihat kota kecil yang disebut


One of the Most Beautiful Places on the Island. 

Di kota ini rumah dibangun pada dinding tebing kaldera. 

Maka posisinya unik sekali, rapat bersisian dan susun menyusun – 

halaman depan rumah yang satu menjadi atap rumah berikutnya. 

Ada pula rumah yang berupa troglodyte karena dibangun dengan cara melubangi
dinding tebing volkano. 

Ini rumah kaum miskin yang bisa dibangun dengan biaya murah. 

Bahan bangunan pun diambil dari bebatuan vulkanik yang banyak tersedia di
sana seperti black stone, 

red stone, pumice, ash, dan puzzuolana (semen volcanic rock). 

 

Turun dari bus, kami menapaki jalan kecil yang beralaskan pecahan marmer, 

dan berjalan turun naik melewati rumah yang bentuknya sangat tidak
beraturan. 

Ada tangga yang begitu curam sehingga kalau dilihat dari bawah seakan menuju
ke langit saja. 

Di antara rumah-rumah, kami mendapatkan pemandangan ke arah kaldera yang
luar biasa indah, 

yang membuat napas terhenti sejenak. 

Di latar depan tampak atap rumah aneka bentuk berwarna putih diselingi kubah
bulat 

gereja berwarna biru, sedang di latar belakang menghampar permukaan air laut
kaldera 

yang berwarna biru gelap - sangat kontras dan menyihir mata - luar biasa
indahnya. 

 

Bersama begitu banyak turis, tak bosan-bosannya kami menyusup ke sana kemari
di antara 

rumah-rumah itu untuk mendapatkan berbagai sudut pandang ke arah kaldera, 

sambil sesekali mampir ke toko suvenir. 

Banyak pula turis duduk santai di berbagai kafé, sambil meresapi pemandangan


indah yang membuat mereka jadi malas beranjak. 

  

Di akhir perjalanan kami menyambangi Fira, ibukota Santorini yang dibangun
di 

atas bibir tebing kaldera, pada ketinggian sekitar 260 m dari permukaan
laut.  

Arsitektur spektakuler Kota Fira berupa rumah putih yang tampil mencolok
terhadap 

gelapnya kaldera, membuat Fira dipromosikan sebagai :

One of the Most Breathtakingly Beautiful Places on the Earth. 

 

Memang di sinilah tempat paling bagus untuk bisa memandang ke seluruh lebar
kaldera, 

dan di sini jugalah lokasi stasiun cable car yang bisa membawa pengunjung
turun ke 

dasar kaldera, yang tepat di tepiannya membentang Meso Yialos, pelabuhan
Kota Fira, 

yang terletak tepat di bibir laut. 

 

Saat gondola yang kami tumpangi perlahan-lahan menuruni lereng yang sangat
terjal itu, 

pemandangan sungguh sangat dramatis mempesona. 

Kalau pandangan ke samping tertumbuk pada dinding kaldera yang curam dan
berwarna warni, 

maka pandangan ke bawah menampakkan kapal-kapal besar dan kecil berseliweran
di atas laut. 

Keluar dari cable car, saya berada di atas dermaga sempit dan di depan mata
tampak air 

kebiruan dari laut luas sedalam 400 m yang sebenarnya bekas kaldera. 

Menengok ke atas tampak Kota Fira, kecil menyembul jauh di atas tebing,
sehingga sempat 

terbersit perasaan aneh bercampur seram berada di dasar sebuah kaldera dari
gunung yang 

pernah meletus demikian dahsyatnya. 

 

Sebenarnya, perjalanan kembali ke Kota Fira di atas tebing itu bisa dengan
cara menapaki 

tangga sebanyak 500 anak tangga atau naik keledai tunggang yang pasti akan
sangat berkesan. 

Tapi karena waktu terbatas kami, memilih naik cable car lagi. 

 

Menelusuri jalan-jalan di Kota Fira terasa sekali nuansa kosmopolitannya. 

Begitu banyak turis lalu lalang, sebagian memenuhi berbagai kafé, restoran,
diskotik, 

dan pub yang saling berlomba menawarkan pemandangan memukau ke arah kaldera.


 

Saat senja menjelang, kilau Matahari mulai redup, tapi keheningan awal malam
hanya 

bertahan sejenak, menyerah kepada suara musik atau tawa ceria yang menyeruak
dari 

berbagai taverna, kafe, dan diskotik. 

 

Santorini seolah tercipta untuk pasangan yang sedang dibakar asmara. 

Keindahan alam yang begitu menakjubkan, berpadu dengan keunikan bangunan
kota, sungguh amat romantis. 

 

Betul kata orang Yunani, berlibur di Yunani dengan teman bolehlah ke mana
saja, 

tapi kalau berdua dengan pasangan, sudah pasti ke Santorini !  

 

Note :

 

Cerita ini telah dimuat di kolom LangLang majalah Intisari, edisi Nopember
2006.

http://www.intisari-online.com/majalah.asp?

 

Foto lengkap Santorini di :  http://smulya.multiply.com
<http://smulya.multiply.com/> 

 

Greco Tavern : http://smulya.multiply.com/photos/album/136

The Majestic Hotel : http://smulya.multiply.com/photos/album/137

Ancient Thera : http://smulya.multiply.com/photos/album/138

Kamari Beach : http://smulya.multiply.com/photos/album/139

Oia : http://smulya.multiply.com/photos/album/140

Fira :  http://smulya.multiply.com/photos/album/142 

  

salam

sindhiarta - tangerang

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke