Menyambut datangnya tahun baru Imlek, Direktorat Jendral Pos &
Telekomunikasi Indonesia menerbitkan perangko seri "12 Lambang Shio".
Perangko khusus Hari Raya Imlek ini merupakan pertama kalinya
diterbitkan setelah dikeluarkannya ketetapan tahun baru imlek menjadi
hari raya nasional di Indonesia.

Malam (14/2) bertempat di kator pos taman museum Fatahilah, PT. Pos
Indonesia melakukan Peluncuran perangko seri "12 Lambang Shio". Acara
ini dimeriahkan dengan aksi dari grup marching band, pertunjukkan
barongsai, tarian anak-anak serta ondel-ondel sebagai ciri khas kota
Jakarta. Hadir pula dalam acara ini, Kepala Wilayah Kantor Pos IV -
Arnefia Yusar, Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta -
Aurora Tambunan, serta ketua perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) -
Dr. Li A. Dharmawan. Penerbitan perangko seri "12 Lambang Shio" ini
awalnya sempat menjadi isu kontroversial, hal ini berkaitan dengan
gambar utama shio babi yang merupakan hewan sensitif bagi kaum muslim.
Isu kontroversial ini menyebabkan Direktorat Jendral Pos &
Telekomunikasi Indonesia melakukan 7 kali perubahan nama dan desain
perangko agar dapat diterima seluruh lapisan masyarakat.


Ketua perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) - Dr. Li A. Dharmawan

Peluncuran perangko ini diresmikan secara simbolis dengan
pengguntingan pita dan penandatanganan perangko seri "12 Lambang
Shio". Menanggapi pelucuran ini,  Kepala Dinas Kebudayaan dan
Permuseuman DKI Jakarta berpendapat, "Hal ini membuktikan bahwa budaya
Tionghoa adalah bagian dari budaya Indonesia secara keseluruhan. "
Perangko seri "12 Lambang Shio" yang hanya diterbitkan sebanyak
200.000,- lembar ini, juga disambut baik oleh ketua INTI, "Kami dari
perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI), berterima kasih sekali dan
merasa bangga, dan merasa bersyukur dengan adanya pelucuran perangko
seri Imlek 2007 ini. Ini adalah bukti nyata, bahwa kami masyarakat
Tionghoa di Indonesia ini benar-benar telah diterima sebagai bagian
integral bangsa Indonesia ini."

Selain penerbitan perangko, Direktorat Jendral Pos & Telekomunikasi
Indonesia juga menerbitkan souvenir sheet (lembar kenangan), mini
sheet, dan presentation pack yang berupa buku eksklusif yang berisi
semua materi penerbitan disertai dengan uraian sejarah ke-12 lambang
Shio dalam tiga bahasa, yakni Indonesia, Inggris dan Mandarin. Menurut
Kepala Wilayah Kantor Pos IV, pencetakan perangko yang melambangkan 12
shio ini sangat penting, "Ini sebagai wujud perhatian kita bahwa
bangsa Tionghoa ini bagian anak bangsa kita, yang harus kita rangkul,
supaya negara kesatuan kita ini juga kuat kokoh, jadi kita tidak
mengenal diskriminasi. "

Asal Mula Perayaan Tahun Baru Imlek

(Erabaru.or. id) Ada sebuah legenda kuno yang mengisahkan asal usul
tradisi perayaan Imlek di Tiongkok, begini ceritanya :

Dahulu kala ada seekor monster jahat yang memiliki kepala panjang dan
tanduk yang tajam. Monster yang bernama nian ini sangat ganas, dia
berdiam didasar lautan, namun setiap tahun baru dia muncul kedarat
untuk menyerang penduduk desa dan menelan hewan ternak. Oleh karena
itu setiap menjelang tahun baru, seluruh penduduk desa selalu
bersembunyi dibalik pegunungan untuk menghindari serangan monster nian
ini.

Pada suatu hari saat menjelang pergantian tahun, semua penduduk desa
sedang sibuk mengemasi barang-barang mereka untuk mengungsi ke
pegunungan, datanglah seorang lelaki tua berambut abu-abu ke desa itu.
Dia memohon ijin menginap semalam pada seorang wanita tua dan
meyakinkannya bahwa dia dapat mengusir pergi monster nian ini. Tak ada
satupun yang mempercayainya. Wanita tua ini memperingatkan dia untuk
ikut bersembunyi bersama penduduk desa lainnya, tetapi lelaki tua ini
bersikukuh menolaknya. Akhirnya penduduk desa meninggalkan dia
sendirian di desa itu.

Ketika monster nian mendatangi desa ini untuk membuat kekacauan,
tiba-tiba dia dikejutkan suara ledakan petasan. Nian menjadi sangat
ketakutan melihat warna merah, kobaran api dan mendengar suara petasan
itu. Pada saat bersamaan pintu rumah  terbuka lebar lalu muncullah
lelaki tua itu dengan mengenakan baju berwarna merah sambil tertawa
keras. Nian terkejut dan menjadi pucat pasi, dan segera angkat kaki
dari tempat itu.

Hari berikutnya, penduduk desa pulang dari tempat persembunyiannya,
mereka terkejut melihat seluruh desa utuh dan aman. Sesaat mereka baru
menyadari atas peristiwa yang terjadi. Lelaki tua itu sebenarnya
adalah Dewata yang datang untuk menolong penduduk desa mengusir
monster nian ini. Mereka juga menemukan 3 peralatan yang digunakan
lelaki tua itu untuk mengusir nian. Mulai dari itu, setiap perayaan
Tahun Baru Imlek mereka memasang kain merah, menyalakan petasan dan
menyalakan lentera sepanjang malam, menunggu datangnya Tahun Baru.
Adat istiadat ini akhirnya menyebar luar dan menjadi sebuah perayaan
tradisional orang Tionghoa yang megah dalam menyambut "berlalunya
nian" (dalam bahasa Tionghoa, nian berarti tahun)   

Orang Tionghoa selalu mengkaitkan periode waktu dari hari ke 23 hingga
ke 30 dalam 12 belas bulan tahun lunar tepat sebelum Hari Raya Imlek
sebagai "nian kecil".

Setiap keluarga Tionghoa diharuskan membersihkan lingkungan tempat
tinggal mereka untuk menyambut datangnya tahun baru. Disamping
membersihkan lingkungan sekitar, setiap keluarga Tionghoa membuat
berbagai hidangan menyambut Imlek yang terbuat dari daging ayam,
bebek, ikan dan sapi / babi, serta manisan dan buah-buahan. Tak
ketinggalan pula para orang tua membelikan baju baru untuk
anak-anaknya dan mempersiapkan bingkisan angpao saat mengunjungi
kerabat dan keluarga.

Ketika malam Tahun Baru tiba, seluruh keluarga berkumpul bersama. Di
wilayah utara Tiongkok, setiap keluarga memiliki tradisi makan kue
bola apel, yang dalam bahasa Tionghoa-nya disebut Jiao, pelafalannya
sama dengan kata bersama dalam bahasa Tionghoa, sehingga kue bola apel
sebagai symbol kebersamaan dan kebahagiaan keluarga. Selain itu jiao
juga bermakna datangnya tahun baru. Diwilayah selatan Tiongkok,
masyarakatnya suka sekali memakan kue manisan Tahun Baru (yang terbuat
dari tepung beras lengket), yang melambangkan manisnya kehidupan dan
membuat kemajuan dalam Tahun Baru ini (dalam bahasa Tionghoa kata
"kue" dan "membuat kemajuan" memiliki pelafalan yang sama dengan kata
gao)  Menjelang jam 12 malam, setiap keluarga akan menyalakan petasan.

Hari pertama Tahun Baru Imlek, orang Tionghoa menggunakan baju baru
dan mengucapkan selamat kepada orang yang lebih tua. Anak-anak yang
mengucapkan tahun baru kepada yang lebih tua, akan mendapatkan angpao
uang. Sedangkan pada hari kedua dan ketiga, mereka saling mengunjungi
teman dan kerabat dekatnya.

Selama masa perayaan Tahun Baru Imlek, pada umumnya jalan-jalan diarea
perdagangan penuh sesak dengan keluarga Tionghoa yang berbelanja untuk
keperluan Imlek. Dibeberapa tempat diluar negeri biasanya diadakan
berbagai acara hiburan menyambut Imlek seperti pertunjukkan Barongsai
dan Naga, pasar bunga dan pameran klenteng.

Setelah hari ke 15 bulan pertama dalam kalender Lunar, adalah waktu
diadakannya Festival Lentera, yang menandakan berakhirnya perayaan
Tahun Baru Imlek.


Ngeblog Belajar Hipnotis --> http://pengobatan-alternatif.blogspot.com
Ngebahas Pengobatan Alternatif -->
http://groups.yahoo.com/group/pengobatan-alternatif 

Kirim email ke