Ti Kuan Yin, teh hadiah dari Dewi Kuan Yin
Beberapa tahun yang lalu setiap makan di restoran China saya selalu memesan teh China sebagai minuman pendampingnya. Banyak orang mengatakan teh China sangat baik untuk melarutkan lemak. Teh China biasanya disajikan dalam satu teko China dan cangkir teh china. Pada waktu itu, Oolong saya kira adalah merk sebuah teh yang diimpor dari China. Jadi setiap disajikan teh China, dengan gaya sok tahu, saya suka bertanya, "Tehnya Oolong bukan?" Belakangan saya baru tahu kalau Oolong adalah salah satu jenis teh berdasarkan prosesnya. Teh Oolong adalah salah satu jenis teh yang sedikit merupakan perpaduan antara teh hijau dan teh hitam. Teh ini dipermentasi seperti halnya teh hitam, tetapi hanya sebentar saja. Ada banyak jenis teh Oolong. Salah satunya yang saya coba kali ini adalah teh Ti Kuan Yin oleh-oleh dari Ole. Kuan Yin adalah sebutan untuk Dewi yang murah hati, yang sering disebut sebagai Godess of Mercy. Teh ini disebut sebagai Ti Kuan Yin atau Iron Godess of Mercy karena dianggap sebagai hadiah dari patung Dewi tersebut. Berikut salah satu legenda ceritanya. Jauh di dalam jantung kota Anxi, provinsi Fujian China, berdiri sebuah kuil dimana di dalamnya tersimpan sebuah patung besi Dewi Kuan Yin. Kuil tersebut tampak bobrok dan tidak terpelihara. Wei, adalah seorang petani yang cukup prihatin melihat kondisi kuil tersebut. Tetapi karena kemiskinannya, dia tidak mampu memperbaik kuil yang rusak tersebut. Kemudian Wei membawa sapu dan dupa ke kuil tersebut. Setelah dibersihkan, wei menyalakan dupa untuk persembahan kepada Dewi Kuan Yin. Paling tidak ini yang bisa saya lakukan, begitu pikir Wei. Dia lakukan kegiatan tersebut secara rutin. Beberapa bulan berselang, Dewi Kuan Yin datang dalam mimpinya dan menyuruh Wei datang ke dalam gua di sebelah Kuil. "Saya sediakan harta karun sebagai hadiah dariku", kata Dewi Kuan Yin dalam mimpinya. (Dalam versi lain diceritakan, patung Dewi Kuan Yin hidup dan berkata langsung kepada Wei. Karena rasa takut dan Shock, Wei sendiri bingung apakah itu hanya mimpi atau nyata). Ketika Wei mendatangi gua tersebut, dia menemukan sebuah tunas bibit teh. Kemudian tunas tersebut dia tanam dan dipelihara dengan baik hingga besar. Ketika sudah besar, dia mulai potong dan dibagikan ke tetangganya untuk dikembangkan bersama-sama. Kemudian dia dan tetangganya menjual teh tersebut dengan nama Ti Kuan Yin. Dengan berlalunya waktu, dari hasil penjualan teh Wei dan tetangganya hidup makmur dan berkecukupan. Mereka bisa memperbaiki kuil yang rusak tersebut menjadi sebuah kuil yang indah. Sekarang teh Ti Kuan Yin menjadi salah satu teh Oolong saya terkenal dan banyak digemari orang. Teh ini memiliki dua varietas. Pertama disebut sebagai Jade Ti Kuan Yin. Varietias ini dipanen sekitar tanggal 5-10 Mei. Varietas kedua disebut dengan Autum Ti Kuan Yin, karena dipanen semasa musim gugur. Teh Ti Kuan Yin dari Ole dikemas dalam satu bungkus kecil yang menarik. Ketika dibuka bungkusnya tampak butiran gulungan daun teh yang masih berwarna hijau gelap, sebagian tampak sedikit menghitam. Saya siapkan teko penyeduh saya. Semenjak ikut Gong Fu cha beberapa waktu yang lalu, saya mencoba menyeduh teh dengan cara seperti yang diajarkan dalam Gong Fu Cha. Saya memiliki dua buah teko keramik, kapasitas 300 ml. Satu teko untuk menyeduh, teko lain untuk menuang hasil seduhan. Suhu air yang dibutuhkan sekitar 85-90 C. Aroma samar harum mirip harumnya anggrek mengindera hidung. Rasa manis yang juga samar, serta rasa buah yang juga samar, menandakan kualitas teh ini patut dipercaya. Ampas bekas seduhan, yang pada awalnya Cuma sekitar dua sendok teh, tampak hijau mengembang memenuhi hampir separuh teko. Dan dahsyatnya, hingga seduhan ke tujuh rasa dan aroma tidak berubah menunjukkan bahwa teh ini benar-benar berkualitas prima. Bahkan disebuah situs, saya baca Ti Kuan Yin bisa diseduh hingga seduhan ke sepuluh. Sayangnya karena mau pergi dan perut keburu kembung kebanyak minum teh, saya tidak berhenti hanya pada seduhan ke tujuh. Teh Ti kuan yin menjadi teh favorite lain setelah teh Yin Zhen. Salam,Bambang From: Bambang [mailto:[EMAIL PROTECTED] [Non-text portions of this message have been removed]