Karena isi diluar tanggung jawab penerbit... :)
Seringkali dalam banyak momen dalam kehidupan ini, akan lebih baik kalau kita tidak tahu dan berlagak bodoh dari pada kita mengetahui kejadian dan latar belakang sesungguhnya atau fakta yang ada dari sesuatu itu. Dengan tidak tahu atau berlagak bodoh saja, kita akan bisa menerima dengan tulus dan ikhlas serta tidak merusak suasana atau mungkin saja, kebaikan yang ingin disajikan di hadapan kita, dan mengetahui kebenaran dibalik itu, akan sangat mungkin menyebabkan kita jadi bereaksi emosional dan merasa dilecehkan atau perasaan semacam itu. Atau singkatnya, mengetahui fakta dibelakang sebentuk ke indahan yang tersaji di depan kita, seringkali memicu emosi kita dan menyebabkan kita jadi memberikan respon yang salah dan lalu merusak segalanya, yang terlihat indah itu. Sangat sedikit orang yang mengetahui bahwa ada kepahitan dibalik keindahan yang tersaji itu lalu tetap bisa berlaku dengan wajar, bertindak dengan tenang atau istilah kerennya ,"Tidak mengaduk danau dan sungai, mengeruhkan air, mengusir ikan", istilah lainnya,"Tidak menggebah rumput, mengusir ular", walaupun yang terakhir ini lebih ketika kita mengetahui adanya maling atau garong yang berkeliaran. Dalam salah satu film serial tiongkok klasik yang diputarkan di salah satu tivi satelit, ada satu kisah yang bisa mewakili kondisi ini, walaupun tentu anda juga bisa menemukan kisah-kisah yang lain. Kisah di film itu menggambarkan sepasang suami istri yang punya anak yang boleh dikatakan indigo karena bisa melihat dewa wanita yang sering menggodanya dan mengajaknya bermain dan bercanda, dan oleh orang tuannya, si anak ini dianggap mengalami gangguan jiwa, juga oleh kakeknya si anak yang adalah ayah dari si Ibu. Si ayah masih keturunan orang kaya, yang karena kebodohan dan kemalasannya telah menghabiskan harta warisan dari ayahnya, salah satunya dengan berjudi dan bersenang-senang. Namun, mereka tetap berupaya untuk mengobati si anak yang dianggap mengalami gangguan kejiwaan atau semacam itulah. Di kisahkan, si istri ini pergi ke kota untuk membeli obat dengan berusaha menjual apa yang masih mereka punya dan ternyata dia gagal untuk mendapatkan uang yang cukup, lalu tidak disangka, di tengah jalan dia bertemu dengan pria, bekas anak buah suaminya yang pernah juga menyelamatkannya dari kejadian tenggelam di sungai di mana mereka bertemu kembali, dan si istri atau ibu si anak ini lalu terkenang juga dengan kejadian itu, namun, sebagai insan yang bermoral baik, mereka tidak lebih dari berbicara dan bersopansantun antar dua sahabat baik. Si pria bekas anak buah ini menyayangi si ibu ini dengan tulus dan membelikan obat buat anaknya yang tentu saja di terima oleh si iIbu dengan penuh sukur, dan tidak di nyana, si suami melihat dari kejauhan. Karena jauh dan tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, ditambah juga kejadian keributan antar si pria dengan mertuanya yang mengatakannya manusia tidak berguna karena telah menghabiskan harta warisannya, dan plus dengan dasar pemikiran yang memang sudah tidak bijaksana, si suami ini malah jadi cemburu buta dan lalu menghabiskan sisa hari itu dengan bermabuk-mabukan. Malamnya, ketika si suami pulang ke rumah dan mendapati istrinya memasak obat untuk si anak, terjadilah keributan yang didasari oleh kecemburuan dan juga kedangkalan berpikir si suami, ya sisanya anda bisa menduga sendiri, hanya lalu entah si sutradara mau mengarahkan cerita pada bunuh dirinya si suami atau malah makin menjadi kebodohannya dan upaya penyiksaannya kepada si istri, atau dia malah menjadi malu dan melarikan diri, itu tergantung sutradaranya, dan tentu ini akan dikaitkan dengan lakon yang ingin ditunjukkan oleh si istri, apakah dia akan dijadikan istri yang setia dan kukuh pada martabatnya sebagai istri atau sebaliknya, dan seterusnya. Dari sisi ini, memang kalau itu terjadi pada diri kita, katakan anda sebagai si pria, akan sulit bagi si pria ini untuk bisa menyadari kesalahnya dan lalu membulatkan tekad untuk lebih rajin dan giat berusaha, entah itu berdagang atau berusaha menafkahi keluarganya karena kebiasaannya yang cuma bisa bermalas-malasan dari sejak muda, akan sangat sulit juga baginya untuk bersikap wajar dan lalu menganggap kejadian si istrinya bertemu dengan mantan idola lama sebagai sesuatu yang tidak perlu dipikirkan, dan kembali ke sikap batin yang mau berubah dan menjadi suami yang rajin, baik dan giat mencari nafkah untuk membiayai hidup keluarga. Kondisi inilah yang sering disebut dengan kegelapan batin atau kebuntuan pemikiran, gelap mata. Kadang-kadang memang kondisi gelap mata ini ditimbulkan oleh banyak hal, salah satu adalah didikan orang tua yang salah, lingkungan yang kurang mendidik dan banyak faktor eksternal lainnya, walaupun memang kepribadian si anak atau si manusia itu juga berperan cukup penting dalam hal ini, namun tentu tanpa kondisi yang memungkinkan, akan sangat sulit bagi si anak untuk menjadi pria dan wanita yang berkepribadian baik, bisa berpikir positif dan cerah, tidak gelap. Dalam perusahaan, hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana managemen perusahaan mengelola sumberdaya manusianya dengan baik, dengan adil dan objektif, memberikan reward dan punishment dengan baik dan proporsional. Coba anda bayangkan jika kesenjangan antara karyawan yang satu dengan yang lain itu terlalu jauh tentu ini akan merusak motivasi kerja dari karyawan tersebut. Coba saja jika pada suatu hari anda kebetulan tahu bahwa anda itu ternyata dibayar jauh lebih rendah dari karyawan yang selevel dengan anda, dan perusahaan dengan berbagai alasan mencoba memberikan suatu pembenaran akan hal tersebut, tentu anda akan sangat terdemotivasi dan sangat mungkin anda akan terarah untuk gelap mata atau berpikir pendek, paling tidak motivasi kerja anda sudah berkurang jauh, semoga masih ada sisanya. Jika perusahaan memang mau mengosongkan perusahaan, mau merampingkan perusahaannya dengan cara yang murah alias tanpa banyak biaya, salah satu cara yang paling ampuh memang dengan cara membuat kondisi yang itdak menyenangkan dan salah satu yang paling efektif adalah dengan memelihara kesenjangan ini secara konsisten dan berkelanjutan, nah, tentu sisanya anda bisa amati sendiri. Dan kalau anda mempraktekkan hal ini, tolong jangan bilang ide ini dari saya loh..... :) Karena isi diluar tanggung jawab penerbit... :)IVAN DS [Non-text portions of this message have been removed]