DIA BUKAN SEORANG ARJUNA

 

Jun,

Aku tak mengerti mengapa malam ini sepi dan dingin. Angin seolah-olah
menusuk-nusuk, mencabik dinding yang beku dan bulanpun seolah enggan untuk
menampakkan wajahnya yang sendu, masih sendiri terpaku menatap kembali
lembaran-lembaran semu yang kerap muncul di hadapanku. Aku seperti menemukan
keteduhan di sana tapi aku sadar itu hanya ilusiku.

 

Jun,

Telah kurobek lukisan-lukisan abstrakmu dalam kamar pengapku. Tapi bayangmu
enggan jua berlalu. Telah kutarik semua tirai jendela rumahku agar kamar ini
tak lagi dingin dan beku.Tapi nyatanya mentaripun tak mampu melelehkan
hamparan salju hatiku. Aku sempat putus asa, bimbang antara ada dan tiada.
Coba mengungkap kebohongan yang masih tak kentara.

 

Jun,

Tlah kuputuskan untuk mengarungi samudera biru ini tanpamu,Karena kau
memutuskan untuk berlabuh di dermaga penuh permata dan nafsu dengan pilihan
hatimu, yang ternyata itu bukanlah aku. Dan aku sendiri di sini menyaksikan
kemenanganmu, mendengar gelak tawamu di ujung perihnya hatiku. Biarlah jika
itu mamumu, aku rela jika itu mampu memuaskan batinmu. Aku pasti menemukan
perahu yang membawaku berlayar kemanapun aku mau.

 

Sudahlah, Jun,

Lukisan yang robek itu tak mungkin lagi di satu. Kuyakinkan diriku jika
pelaminan biru itu bukanlah milikku dan milikmu. Aku tak mau lagi berdiri di
ujung waktu berharap kau juga di sana menemuiku. Aku tak mungkin menyembah
kakimu agar kau mau menyapaku atau sekedar menanyakan bagaimana keadaanku
karena aku sama sekali tak butuh itu.

 

Jun,

Kuakui sekarang aku benci kamu.

Aku benar-benar membencimu, rasanya tak ada lagi ruang kosong dalam hatiku
untukmu. Aku menyesal telah mengenal seorang Arjuna sepertimu, aku menyesal
pernah memberikan sejengkal hatiku untukmu, aku menyesal pernah melumat
bibirmu, aku menyesal pernah mengocok penismu, aku menyesal pernah bercinta
denganmu, aku menyesal pernah menyayangimu, aku menyesal atas semua yang
pernah kita jalani, aku menyesal atas apa yang terjadi di antara kita.

Tapi sudahlah, walaupun aku berteriak mengungkapkan penyesalanku, walaupun
aku bisa merobek mulutmu dengan kuku panjangku semua itu tak mampu
mengembalikan bentuk hatiku seperti dulu, semua itu tak mampu memulihkan
bekas luka yang kau torehkan dengan ujung lidahmu.

 

Jun,

Apa jadinya jika Shinta bercinta dengan Laksmana?

Akankah Rama marah dan membunuh Laksmana adiknya sendiri, atau mungkin Rama
akan membenci Shinta?

Terlalu sempit untuk di jabarkan karena dalam cerita Ramayana sesungguhnya
tak ada adegan seperti itu. Dalam keadaan apapun Shinta akan selalu setia
terhadap Rama, tapi yang aku tahu Rama dalam pewayangan Ramayana
sangat-sangat mencintai Shinta dan dia tidak akan menduakan cintanya,
perasaan bahkan tubuhnya. Tapi kau bukanlah seorang Rama yang penuh cinta
seperti dalam cerita Ramayana dan aku bukanlah seorang Shinta yang penuh
dengan kesetiaan. Sri Rama tidak mungkin menikah dengan dewi Durga.

Aku bisa saja membuat yang tak ada menjadi ada, aku bisa membuat yang tak
mungkin menjadi mungkin karena naluri kebencianku masih sangat kuat
terhadapmu.

 

Jun,

Kini aku bercinta dengan Laksmana, adikmu sendiri. Dosakah itu, Jun?
Salahkah itu, Jun? Aku hanya ingin menyakiti hatimu seperti kau menyakiti
hatiku. Dan aku tak ingin minta maaf karena hal itu. Mungkin kamu tak pernah
menyangka akan hal itu, tapi bukankah pernah ku katakan padamu jika aku bisa
membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Aku tahu, kau tak pernah menyangka
jika aku bisa bercinta dengan Laksmana, mungkin kau tak pernah menyangka
jika aku bisa berbuat sejahat itu. Tapi, bukankah kamu lebih jahat daripada
aku. 

 

Aku yakin kau sangat-sangat kecewa terhadapku, berkali-kali kau bertanya
mengapa harus Laksmana yang ada di pelukanku. Tahukah kamu jika aku sengaja
melakukan semua itu, mungkin kamu bahkan semua orang akan benci atau jijik
melihatku tapi aku akan berbuat apapun hanya untuk memuaskan batinku. Aku
tak ingin melewati malam yang dingin ini sendiri, aku tak ingin bayanganmu
selalu hadir dalam aquarium kacaku.

 

Tapi, Jun,

Aku enggan berbicara, aku hanya mampu mengungkapkan naluriku lewat air mata
karena lidahku tak mampu lagi menyusun kata dan aku tak sudi lagi bertatap
mata. Semua itu hanya akan mengingatkanku pada kenangan akan kamar pengapku
bersamamu. Saat raga kita menyatu dan seprei ini penuh dengan peluhku dan
peluhmu. Aku tak mau lagi mengingat lagi masa-masa itu, aku tak mau lagi
mengulanginya lagi denganmu. Biar kuteruskan cumbuan-cumbuan itu bersama
Laksmanaku. Tapi sejauh aku melakukan itu aku masih tak mampu membuang semua
lukisan abstrakmu. Tahukah kamu mengapa aku memilih adikmu? Karena dia
sungguh mirip kamu, aku cukup memandang wajahnya jika aku teringat kamu. Aku
sering menemukan keindahan di sana karena kadang berfikir jika itu adalah
kamu. Tuhan tolonglah aku, Arjun bukan lagi milikku. Buang jauh dia dari
ingatanku, buang jauh dia dari kehidupanku.

 

Jun,

Malam ini aku bercumbu dengan adikmu di kamar pengapku, dalam remangnya
malam aku kira itu adalah kamu. Tapi aku sepenuhnya sadar aku tak boleh
begitu. Aku telah bersumpah untuk membenci kamu dan ternyata aku lebih puas
bermain dengan Laksmanaku daripada dengan kamu, seorang yang Arjun yang
telah menanamkan rasa benci dalam hatiku, seorang arjun yang mengajariku
untuk balas dendam, seorang arjun yang mampu membekukan hatiku.

Apakah aku harus tenggelam karena amarah itu. Aku harus bangkit untuk
menunjukkan aku tak selemah yang kamu kira. Aku masih mampu berdiri di atas
aku, melakukan apapun yang aku mau atas mauku. Hidup memang tak seindah yang
aku mau tapi setidaknya aku mampu menjadikan hidupku seindah apa yang ada
dalam mimpiku, aku hanya mampu bermimpi tentang birunya dasar hatimu. Tuhan
maafkan aku jika aku membuat sakit hatinya, sebenarnya aku tak ingin
melakukan semua itu tapi kau yang memaksaku untuk berbuat seperti itu.

 

Selamat tinggal,Jun. Kamar pengap ini bukan lagi milikmu. Aku tak mau lagi
membagi secangkir kopi ini bersamamu apalagi menikmati orgasme denganmu.

 

 

Kamar pengap, 6 Agust 2006 

Aku adalah aku

Yang melakukan semua kehendakku atas mauku

Kamu tak bisa memaksaku melakukan apa yang kamu mau

 karena kamu bukan apa-apa bagiku.

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to