Ayo Bangun Kembali Sistem Transportasi yang Manusiawi
Zulkarnaen-Jakarta

Sungguh menyedihkan bagi Bangsa Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1997,
hari demi hari menyaksikan proses runtuhnya bangunan kedaulatan ekonomi kita
dan kebangkrutan perusahaan-perusahaan papan atas dari kekuatan ekonomi
global. Kalau dikaitkan dengan carut marutnya industri transportasi udara,
ini bukti relevan dari proses kebangkrutan kedaulatan ekonomi tadi. 

Meningkatnya kecelakaan transportasi manusia di Indonesia akhir-akhir ini
memang banyak disorot dari berbagai teori. Namun secara keseluruhan memang
harus kita akui bahwa Sistem Transportasi kita masih rentan terhadap ancaman
marabahaya entah karena unsur-unsur kesalahan manusia akibat kelalaian atau
pelanggaran prosedur, kondisi kahar (badai topan, angin puting beliung, dan
lain sebagainya) atau ancaman terorisme.

Lantas kita lalu menuding siapa yang salah? Tidak ada yang secara jujur
mengakui kesalahan. Menteri Hatta Rajasa bahkan masih "punya muka" untuk
mempertahankan kursinya. Juga jajaran KNKT bahkan masih "bisa tertawa" saat
diwawancara oleh RRI beberapa hari yang lalu. Lalu mulai dari mana kita
harus memperbaiki sistem transportasi yang sudah menjadi "Pencabut Nyawa"
manusia ini?

Kalau mau jujur, sebenarnya sistem transportasi nasional kita itu sudah ada
dan telah terbukti "pernah" berjalan dengan cukup baik. Undang-Undang,
peraturan keselamatan penerbangan atau kereta api atau moda transportasi
lainnyasemua lengkap kita sudah punya. Namun yang menyedihkan adalah
pelaksana sistem ini mulai "tak perduli" terhadap pelanggaran-pelanggaran
baik yang nyata-nyata dilakukan oleh orang transportasi kita. Tidak pernah
kita melakukan penegakan hukum secara tegas terhadap pelanggar hukum
transportasi Indonesia.

Kalau dilihat dari teori konspirasi atau teori keamanan, sabotase terhadap
sistem transportasi memang adalah salah satu cara ampuh untuk menciptakan
teror karena setiap kejadiannya akan mengakibatkan situasi yang "mencekam".
Oleh karena itu aspek keamanan dari unsur-unsur sabotase, teror, persaingan
usaha tidak sehat juga seharusnya menjadi perhatian dari Pemerintah.

Masing-masing perusahaan transportasi seharusnya tidak saja menyadari
pentingnya peningkatan mutu bukan setelah terjadinya musibah, melainkan
berangkat dari filosofi bahwa mereka harus memiliki kehati-hatian yang
sangat tinggi membawa "nyawa" ratusan bahkan ribuan manusia ke tempat
tujuan. Jangan perbaikan mutu pelayanan karena "takut" akan ketatnya
penegakan hukum, melainkan lebih dari itu, karena berangkat dari filosofi
bahwa "nyawa" orang-orang yang diangkutnya harus diselamatkan. Bahkan lebih
daripada itu, mereka harus menyadari betapa pentingnya para pelanggan untuk
diperlakukan secara manusiawi sehingga nantinya akan membuat perusahaan
mereka menjadi bertumbuh menjadi perusahaan nasional yang kuat bahkan
perusahaan multinasional yang hebat.

Jadi tolonglah Menteri Perhubungan, KNKT, Dirut Garuda, Dirut PTKA, Dirut
Merpati, Dirut Kapal Penumpang Pelni dan lain sebagainya, cobalah memulai
kembali untuk merancangulang filosofi usaha kalian untuk memanusiakan rakyat
kalian, karyawan kalian, penumpang kalian, pemasok kalian, petugas
perusahaan pendukung kalian. 

Menteri Perhubungan cobalah tengok sudahkan gaji pegawai perhubungan itu
cukup untuk hidup secara manusiawi. Pak Dirut Garuda cobalah tengok sudahkan
pegawai anda diperlakukan secara manusiawi sehingga tidak ada pilot yang
sakit hati, pramugari yang cemberut dan ketus, pegawai perawatan dan
penggantian sukucadang yang merasa tidak bahagia? 

Cobalah tengok negeri seberang apa yang membedakan kalian dengan mereka koq
mereka bisa jauh lebih baik dari anda? Kalau anda memang tidak becus ya
sebaiknya mundur saja daripada dipermalukan oleh kejadian-kejadian yang
memilukan ini? Atau memang kalian ini tidak tahu malu?

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke