Jangan hanya melihat ke atas 
(Yuli-Solo)

Dear all,

Yang ingin saya coba sampaikan di sini adalah, sebetulnya di manapun kita
hidup, selalu ada perjuangan dan buah manis dari perjuangan itu. Hanya saja
memang kalau hidup di luar negeri kesejahteraan sepertinya lebih terjamin :
sekolah murah, pengobatan hampir semuanya gratis, transportasi murah, dan
sebagainya, yang mana mustahil kita dapatkan di Indonesia. Namun perlu
diingat bahwa untuk bisa mendapatkan hak untuk semua fasilitas itu tak
semudah membalikkan telapak tangan. Perlu perjuangan yang tak mudah dan
perlu waktu yang tak singkat (mohon dikoreksi bila salah).

Kita merasakan hidup di Indonesia amatlah susah di masa-masa sekarang.
Kebutuhan pokok mahal, biaya sekolah masih tinggi (meskipun ada subsidi
pemerintah), pengobatan juga mahal, transportasi pun tak bisa dibilang
murah. Apalagi dengan mutu pelayanan yang masih jauh dari memuaskan. Semua
kondisi itu sedikit banyak menyumbang kenyataan semakin banyaknya orang
Indonesia yang pengen hijrah dan mengadu untung hidup di negara lain.

Namun demikian, ada pula beberapa keluarga (orang) Indonesia yang telah
hidup di luar negeri masih merasakan dan membandingkan enaknya hidup di
Indonesia : rasa kekeluargaan yang tinggi, biaya pengasuhan anak yang murah
(apalagi kalau anak kita titipkan pada orang tua sementara kita bekerja) dan
lain-lain. Ternyata masih juga mereka merasakan ada kekurangan pada cara
hidup mereka di luar negeri. Masih ada minusnya di luar segala hal-hal plus
yang mereka dapatkan di sana.

Kesimpulan yang bisa saya tarik dari semua cerita yang saya baca di rubrik
ini adalah : di manapun kita berada, sebetulnya sama saja keadaannya. Selalu
ada kekurangan yang kita rasakan, namun juga tak sedikit kelebihan yang kita
dapatkan. Permasalahan hidup selalu ada, meski dengan kadar dan frekuensi
yang berbeda-beda. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menghadapinya. Kunci
yang bisa kita coba untuk aplikasikan untuk semua permasalahan itu adalah
keikhlasan dan selalu melihat sisi baik darinya. 

Jika kita ikhlas menghadapi kesusahan, niscaya tak akan terasa terlalu berat
kita melaluinya. Dan selalu lihatlah sisi baiknya : bila kita harus bekerja
keras secara fisik, anggap saja itu sebagai bentuk lain dari berolah raga.
Bila kita menghadapi masalah yang melelahkan secara mental, anggap itu
sebagai ujian spiritual kita. Selalu ingatlah bahwa masih banyak orang yang
tak seberuntung kita. Di kala kita masih bisa makan secara teratur, banyak
saudara kita yang kadang tak makan seharian, bahkan berhari-hari. Masih
banyak hal-hal yang bisa kita kontradiksikan, namun saya percaya pembaca
bisa menjawabnya sendiri.

Memang sedikit klise apa yang saya sampaikan di sini, namun saya harap
esensinya bisa ditangkap : jangan hanya melihat ke atas (karena hanya akan
membuat leher pegel dan kaku), sering-seringlah juga melihat ke bawah,
supaya kita jangan tersandung batu yang ada di jalan kita.

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to