Membaca dan Buku
(Tri Benaran)
 
Sekarang saya ingin menceritakan pengalaman mengenai hal yang berhubungan
dengan membaca
atau hobi membaca. Pada suatu hari ada seorang teman yang menanyakan,
bagaimana caranya anak - anak saya mempunyai minat membaca. O ya, sebelumnya
dia pernah menginap dirumah, dan melihat keseharian kami, sehingga tahu,
kalau anak saya yang perempuan ( sekarang kelas 4 SD ) waktu makanpun sambil
membaca komik untuk anak - anak.
 
Saya memberikan analogi begini, waktu itu di acara televisi kita ( swasta )
banyak sekali film - film kartun yang diputar, yang kemudian sangat diminati
oleh anak - anak seusia saat itu, seperti halnya ; Dragon Ball, Hatori,
Doraemon, dll. Anak saya yang pertama laki - laki waktu itu baru sekitar
kelas 1 SD sangat menggemari film - film kartun tersebut, dan kalau sudah
pada saat jam tayangnya, jangan coba - coba untuk menggantinya dengan acara
yang lainnya, bisa terjadi "kehebohan", kecuali kalau mempunyai televisi
lebih dari satu. Mungkin ini naluri bisnis ya, sehingga ada saja
penerbit yang mencium adanya peluang, apabila mencetak cerita - cerita di
film kartun kedalam komik ( sebenarnya komik dulu atau film dulu ya ?), dan
jadilah komik - komik berdasarkan yang ada di film kartunnya menyerbu dan
bertebaran di toko - toko buku.
 
Karena waktu kecil bapaknya hobi membaca komik ( ingat nggak Zev, jaman dulu
banyak komik - komik local yang terbit seperti : Godam, Gundala, Kelelawar,
Jaka Sembung, Mandala, Manggala, Si Buta Dari Gua Hantu , dll ), dan
sekarangpun kadang masih sering membaca cerita Doraemon, Donald Bebek, dll,
maka ingin supaya anak - anakpun bisa menikmati membaca, ya sepantarannya,
dibelikanlah komik - komik tersebut. Tapi Zev, sampai sekarang kelas 9 ( 3
SMP ) saya bersyukur hobi membacanya masih tetap saja ada, walaupun masih
sekitar komik - komik, sehingga menular kepada adiknya yang perempuan
seperti yang telah saya sebut diatas, semoga sih, bisa menular juga ke yang
paling kecil. Bahkan kadang - kadang kita dorong anak - anak untuk mencari
tahu sendiri mengenai apa yang mereka ingin tahu, entah dari kamus, Koran
ataupun majalah ataupun internet. Jadi intinya, saat awal supaya anak - anak
senang membaca, maka kita sediakan bacaan yang menjadi minat mereka saat
itu, dan dorong supaya mau membaca ( Lagi, ini menurut yang saya ceritakan
kepada teman tadi, jadi boleh setuju ataupun tidak setuju, pokoknya setuju
saja ya ).
 
Kembali ke toko buku. Kalau kita lihat hal yang sangat menggembirakan,
adalah bahwa banyak sekali judul, topik ataupun cerita, baik untuk umum,
dewasa ataupun untuk anak - anak yang dipajang. Bahkan, banyak sekali
pengarang - pengarang baru yang telah menerbitkan ataupun mencoba "survive"
dibidang tulis - menulis, bersaing dengan pengarang - pengarang dari luar
negeri ( sebab banyak terjemahan ). Tapi sejujurnya kadang kalau ke
toko buku, aku berpikir, berapa persentase penjualan buku dari jumlah (
eksemplar ) yang diterbitkan? Kalau harga yang dipasang kadang juga untuk
merogohnya sangat berat hati bagi kebanyakan orang yang beranggapan membeli
buku bukan suatu hal yang sangat penting dibandingkan dengan membeli
sembako.Tapi yah, memang hobi membaca itu mahal ya, paling tidak di
negeri kita ini, sehingga walaupun pemerintah gembar - gembor supaya
memasyarakatkan hobi membaca, tapi tanpa tindakan yang nyata untuk bagaimana
supaya para penerbit bisa mencetak buku dengan harga murah, ya masih sulit
untuk kearah sana.
 
Kadang saya membuka situs penjualan buku online ( e.g : amazone.com ),
duh begitu banyak ragam buku yang dijual, dari harga yang murah sampai yang
mahal ada semua, tergantung kantongnya ( kantong disana , bukan disini, ha
.ha.ha ). Yang saya iri itu ya Zev, banyak sekali penulis,bahkan para ahli
yang menuangkan ide ataupun ilmunya lewat tulisan yang kemudian bisa
diketahui oleh masyarakat umum yang tentu saja mau membacanya. Sehingga
apabila seseorang ingin mengetahui tentang sesuatu atau mencari referensi
mengenai sesuatu akan menjadi lebih mudah, tentu saja dalam bahasanya
sendiri.
 
Jadi tulisan ini yang mulai melantur mengenai membaca, kemudian buku
saya maksudkan untuk entah suatu saat kapan atau mungkin jaman anak atau
cucu kita, dimana buku terjangkau dan bisa dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat dan kita bisa membaca buku apapun dalam bahasa kita sendiri.
 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke