Wokeh, tema hari ini tentang media. Menonton TV Indonesia, katanya jauh dari
filsafat hidup, sebab dipenuhi tayangan kekerasan, gosip, makian, tangisan,
tampar menampar, cerita setan, vulgar, olok-olokan, bla bla bla yang membuat
penonton terpana, terpengaruh, atau malah tersesat, hehe (merujuk "kacaunya"
pemberitaan soal lokasi jatuhnya pesawat AdamAir, yang kemudian diralat,
karena hingga hari posisi pesawat belum diketahui). Dalam era persaingan
media elektronik, radio, televisi, internet, seperti sekarang, muncul pula
pertanyaan dari KOKIERS, "Mengapa surat kabar perlu libur, ya?" Ada satu dua
surat kabar yang terus terbit tanpa libur, tapi beberapa belum menganut
semboyan,""tiada hari tanpa surat kabar". Apakah ini tanda kita belum
menghargai waktu?
 
Sinetron(Baso - Batam, Kepri)
 
Hai, salam kenal dari Batam. Nama saya Baso. Aneh memang. Tapi itulah
nama saya. Yang Bahasa Indonesianya merah, mungkin akan membacanya ba'so
atau bakso. Sudah jelas 'kan? Kalau tidak ada k atau ' di dalam nama saya.
 
Saya ingin mengenai tayangan sinetron Indonesia di Malaysia dan Singapura.
Saya sependapat dengannya kalau kebanyakan sinetron di Indonesia saat ini
adalah junk. Things that are considered to be of no use or value, or of low
quality. Tema sinetron  yang saya lihat sekilas hanya itu-itu saja, pasti
masalah cinta. Sekarang ini, banyak juga sinetron bertema religi. Tapi tetap
saja banyak yang tidak berkualitas dan menurut saya tidak layak diberi
predikat sinetron religi. Habis, isinya juga mengajarkan religi yang benar
tapi gerigi yang tidak sehat dan terawat.
 
Saya juga sangat setuju kalau sinetron Indonesia yang ditayangkan di
Malaysia atau Singapura, dikatakan untuk mencuci otak. Tapi bukan orang
Indonesia yang mau mencuci otak mereka. Tapi yang bikin sinetron itu.
Kebetulan lagi, kebanyakan sinetron junk itu diproduksi oleh keluarga
Punjabi. Kalau dari namanya, pasti tidak salah, mereka dari India. Makanya,
semua sinetron junk itu pasti mirip film India. Lihat saja actionnya
artisnya. Kalau "terheran-heran", "sinis", "marah", dll., pasti
diperlihatkan raut wajah artisnya yang sangat dilebih-lebihkan. Belum lagi
kalau diambilnya gambarnya jauh-dekat-jauh. Bukannya seru. Tapi lucu. Bukan
hanya itu, kebanyakan yang dipertontonkan kehidupan kelas atas.
Kadang-kadang juga, ada cerita masyarakat kelas bawah, tapi tetap saja pasti
ada kelas atasnya. Pantas saja dikatakan kalau Punjabi yang dulu penjual
lingerie itu dikatakan Penjual Mimpi. Yang dijual hanya mimpi-mimpi. Cuci
otak. Pemainnya pun pasti the bold & the beautiful. Itu sudah pasti, karena
diakui sendiri sama Punjabi. Walapun dia artisnya berakting sebagai
pemulung, dia harus tampan atau cantik. Dasar penjual mimpi. Sedihnya, yang
duci otaknya itu kebanyakan ibu-ibu rumah tangga atau gadis remaja yang
menjadikan TV sebagai entertaint utama. Padahal tinag utama bangsa kita
adalah perempuan.
 
Jadi, yang mencuci otak itu bukan Indonesia, tapi keluarga Punjabi itu.
Bangsa kita dicuci otaknya supaya jadi pemimpi. Bagaimana mau jadi
menjadikan mimpi itu kenyataan, kerjanya pasti menunggu episode selanjutnya.
Saya jadi kasihan sama bangsa saya sendiri yang tidak sadar sedang dicuci
otaknya. Bukan cuma itu, isi sinetronnya juga banyak yang tidak sesuai
dengan budaya orang Indonesia. Ciuman di depan umumlah. Pelukanlah. Dan yang
pasti, kekerasan selalu ada jadi bumbu ceritanya. Apalagi yang namanya KDRT,
itu sarapan pagi sinetron. Jadi sebenarnya, bangsa kita yang sedang bekarja
di luar negeri pun (Malaysia dan Singapura) dikejar untuk dicuci otaknya.
Sekalian cuci otak orang Melayu di sana.
 
Makanya, saya selalu mengingatkan keluarga dan teman-teman saya, supaya
jangan menonton sinetron. Pokonya sinteron. Jadi bukan hanya sinetron junk
itu. Karena sekarang ini sukar memilahnya. Saya juga tidak punya waktu untuk
memilah dan menunjukkan mana sinetron yang bagus mana yang tidak bagus. LSF
sekarang tidak bias dijadikan tumpuan lagi. Ada satu stasiun TV swasta di
Indonesia yang selalu menayangkan sinetron junk ini. Stasiun ini saya
tonton, hanya liputan beritanya yang lumayan bagus... 
 
Validasi info, PENTING sekali (Begining of 2007)(Ion)
 
Awal tahun yang ... Tahun 2007 barulah bergulir 3 hari, namun sudah
banyak kehebohan terjadi. Pesawat yang hilang, lokasi ditemukan, kemudian
info simpang  siur. Yeah semula berawal dari info. Kumpulan berita fakta
yang harus diberitakan ke seluruh penjuru. Namun apa jadinya bila info
tersebut tidak valid dan tidak divalidasi tetapi sudah dibroadcast ke
khalayak banyak? Kebohongan publik, tidak becus bekerja, pemanfaatan
situasi, dll terjadi. Info yang tidak valid namun tetap diboradcast tiada
bedanya dengan info yang dilontarkan infotainment. Apakah elemen indonesia
ini sudah terasuki oleh infotainment? ee tanya keuunapa?
 
Sungguh tega, di satu sisi para keluarga korban merundungi nasib rekan2
mereka yang terkena musibah, di lain sisi pihak lainnya tidak cepat tanggap
dalam menangani info, di lain sisi lagi pihak yang lain sangat senang
menunggangi info simpang siur. Bila sekedar meneruskan info tanpa validasi,
bukankah seperti seekor burung yang hinggap ke pohon lalu mencritakan segala
yg dia dengar di udara, kemudian si pohon menruskan ke burung2 lain.
'katanya'... kata si anu begini, kata si anu begitu, cappee d. Dunia yang
sudah sarat dengan kecanggihan teknologi segala lini dengan mudah
mempercayai+membroadcast info yang belum [bahkan tidak] valid dengan cepat
(mungkin karena takut dibilang ketinggal berita kli y 
 
Demikian parahkah dunia informasi ini? Pemvalidasian info memang tidak
semudah membalik telapak tangan, namun pasti menghasilkan buah yang matang
dan mantap. Namun tidak sulit2 sekali koq, walau membutuhkan tenaga, biaya
dan waktu extra. Sekarang waktunya berbenah diri, buang jauh2 info simpang
siur, segera validasi info yang baru diterima, bangun kepercayaan publik,
jauhkan sifat 'memamcing di air keruh', berserah padaNya, dll. Btw untuk
kata-kata yang terpampang pasti tidak ada kembali tanpa hasil. Semua tulisan
pasti menyiratkan suatu berkas di memori pembaca, semoga para penulis dapat
mengaplikasikan tulisannya =D. tull gak jeng Zev? so smoga jgn hanya ngumung
duanks 
 
MENGHARGAI WAKTU....... (Bagong Julianto-Teluk Siak)
 
saya ada kerisauan tentang: "MENGHARGAI WAKTU"...mumpung masih dalam suasana
Kalender baru.....
 
1. KORAN 'GAK TERBIT SELAMA HARI LIBUR.....
Saya setuju dengan satu artikel di Kompas (lupa sudah...bila tanggal dan
harinya) yang menyebutkan anggapan bahwa kita termasuk golongan yang
illiterate dan sekaligus gak menghargai waktu manakala setiap libur
(apapun...). Media cetak (koran) juga pada gak terbit..... Apa salahnya
tetap terbit dengan muatan yang khusus/special membahas sebanyak mungkin
aspek tentang hari libur tersebut, misal pas tahun baru 01 Januari 2007:
porsi terbesar artikel adalah tentang penanggalan, pernak- pernik tempat
wisata, perbandingan penanggalan Masehi (samsiah), penanggalan Arab
(komariah), penanggalan Cina, India.dst dsb. Etc..Soal jumlah
halaman.terserah saja...     Bagaimana jika Kompas jadi pelopor dalam hal
ini? Hari libur 'kan tidak berarti kita juga libur membaca?! Memang hari
libur itu untuk berhenti sejenak bekerja....lhah tapi kan bisa diatur siapa
yang mesti tetap kerja, yang berarti lembur...atau ada pengaturan internal
giliran. Kerja dsb dst etc. Jika ditimbang (ini pasti debatable) manfaat &
mudaratnya saya ikutan kelompok yang setuju koran tetap terbit di hari
libur, alasannya:
- media cetak, secara mendasar, gak beda dengan media elektronik (tivi,
televisi) dalam melaksanakan fungsi pemberitaannya..
- tetap mempertahankan momentum ekonomi pasar.....tetap ada iklan, tetap ada
loper koran atau anak putus sekolah yang berpenghidupan....
- tidak ada hubungan yang nyata antara menghargai/memaknai hari libur/hari
raya dengan tidak bekerja menerbitkan koran atau jika membaca koran edisi
hari raya bukan bisa diartikan kita tidak menghargai hari raya tersebut....
 
2. TAYANGAN TELEVISI SELALU (SERING) DIRIBUTKAN......
Menurut saya, yang sering meributkan tayangan televisi adalah dominan
golongan yang tidak selalu menghargai waktu.  Ini bisa saja golongan yang
terlalu sibuk (bekerja, beraktivitas, ber-ber yang lain), golongan yang
tidak terlalu sibuk dan juga golongan yang terlalu tidak sibuk..'gak bingung
'kan?!.. Wuakehhhh. Maksudnya gini: mereka atau sesiapa yang meributkan itu
biasanya juga langsung menyebutkan bahwa media tv mengumbar kekerasan,
budaya konsumtif-hedonis, porno-vulgarisme, dsb dst etc.Nah lucu 'kan.sudah
tahu banyak mudaratnya tapi tetap menonton.., sudah tahu banyak resikonya
tapi tetap "mempercayakan" tv mendidik anak-anaknya..Ambil remote, pindah
chanel atau matikan itu tv.gitu aja kok reppuooot. Maunya mereka ngebaca
pernyataan GENE RODDENBERY pencipta STAR TREK ( KCM, Kesehatan, Kamis 12
Oktober 2006) : "TV ada untuk satu alasan, dan itu satu-satunya alasan.
Untuk hiburan? Untuk informasi? Untuk mendidik? BUKAN!! Untuk jualan!!!".
Atau pernyataan JIM ROME : " Orang miskin punya TV besar, orang kaya punya
perpustakaan besar", nah hayo siapa yang tersinggung.....Atau pernyataan ZIG
ZIGLAR : "TV adalah pemangkas nafkah dan perusak moralitas".  Kali ini telak
betul....Jadi kalau kita punya banyak waktu ayo belanjakan waktu kita dengan
menonton TV, kalau kita mau "miskin" ayo wujudkan dengan memiliki TV yang
gede, kalau kita mau bokek dan sekaligus bobrok secara moral...ayo
tongkrongin tv 24 jam sehari...... Wuakehhhhh..... INTINYA ADALAH PENGUASAAN
DIRI....
 
Mak! plagiarism di RCTI tentang serian terkenal di Jepang
(Itam, Harrisonburg, Virginia)
 
Topik saya kali ini (kayak yang udah sering aja, baru juga
pertama gmn sih gw...) saya ingin menunjukkan kekecewaan saya yang sangat
mendalam terhadap pihak RCTI,saya ingin menjelaskan
bahwa ini sangat kuat sangkut pautnya dengan kode etis masyarakat indonesia,
dan juga bagaimana masyarakat luar negeri akan melihat moral bangsa kita,
mengingat besarnya peran stasiun tv seperti RCTI. Dan dari sini mungkin ada
sedikit food for thought yang bisa kita dapatkan.
 
Bagi para saudara2 yang berdomisili di Jepang mungkin mengenal akan drama
yang berjudul "1 litre of tears" bukan? Orang2 yg tinggal di Indo pun
mungkin cukup banyak yg tahu mengingat popularitas drama itu sendiri di
Jepang. Bagi yg tidak tahu, saya jelaskan sedikit, yg sudah tahu lewat saja
ke paragraf berikutnya (tenang, bukan spoiler koq, ini dari episode pertama
juga udah diceritain). Drama ini menceritakan tentang seorang anak yang
menderita suatu penyakit khusus bernama spinocereberal degeneration
syndrome, & maksudnya penyakit itu melumpuhkan daya kerja otak sedikit demi
sedikit sampai akhirnya tak ada lagi yang tersisa dan penderitanya
meninggal, begitu.
 
Serian ini sangat populer di Jepang, apalagi di kalangan remaja terlebih
karena kepositifannya dalam hal wisdom dan juga morality... Dan mungkin juga
karena aktrisnya imut dan menarik.. Dan lagu OST nya dari Remioromen, band
pop terkenal juga di Jepang, dengan judul "Konayuki" dan "Sangatsu
Kokonoka", wuih nikmat banget itu musik 2 biji.... Saya yang aliran musiknya
industrial seperti Marilyn Manson dan Rammstein juga bisa terlena
mendengarnya... (ngomong2 saya kuliah di amrik tapi koq ceritanya tentang
jepang yah? oh well...)
 
Anyway, baru-baru ini RCTI mengeluarkan serian berjudul "Buku Harian Nayla".
Pertama saya sih tidak tahu, maklum di tempat kuliah saya dari 16000 murid
cuma saya satu2nya orang Indonesia, jadi bener2 ga up-to-date sama hal2
terbaru dari Indo... Tapi suatu ketika teman saya di Bandung mengatakan
bahwa isinya benar2 sama dengan serian Jepang itu. Setelah saya lihat,
ternyata memang benar2 sama, bahkan sampai ke nama penyakitnya, skrip nya,
dan juga gaya rambut aktrisnya! (kenapa ga sekalian aja sama juga aktor2nya,
bahasanya, judulnya, setting nya semua di jepang, dll, biar jadi bener2 sama
persis sekalian, itu baru bingung saya juga)
 
Lebih tak tahu malu lagi, di lagu endingnya ditulis "cerita ini hanya fiktif
belaka" padahal aslinya cerita itu berdasarkan cerita nyata. Lalu, penulis
skrip nya dicantumkan Serena Luna. Well, saya tak bisa membayangkan
bagaimana perasaan sang penulis buku harian aslinya bila masih hidup, yang
sudah melewati sangat banyak tahun dalam hidupnya untuk menyebarkan pesan
positifnya... Spontan saya malu benar, tak bisa saya bayangkan bagaimana
pandangan orang Jepang bila tahu akan hal ini.... Hancur sudah impian saya
mencari istri orang Jepang untuk dibawa kabur pulang Bandung dan hidup
bahagia forever after! (berlebihan banget sih gw) (peduli)
 
Sekarang pertanyaan saya cuma satu, apa sih yang ada di pikiran produsernya?
Kalau memplagiat drama yang sama sekali tidak populer, itu sih saya bisa
saya nalar, tapi niru drama yg amat sangat terkenal? Memang dia kira
masyarakat kita se ignorant itu sampai tidak akan mengetahuinya? Aduh....
Saya jadi juga terpikir, jangan-jangan selama ini banyak juga drama yang
diplagiat dari negara lain, mengingat bahwa plagiat drama yang populer saja
bisa tembus dilayangkan di RCTI (btw masih lho sampai sekarang juga) apalagi
plagiat drama yang tidak populer di negara asalnya?
 
Hmm, udah sih sepertinya cuma itu yg ingin saya komat-kamitkan... 
[EMAIL PROTECTED]
<http://groups.yahoo.com/group/idaarimurticlub/post?postID=vGXfDDMltkRFvMwAt
nR3Kwh2LMfqx2oN65e9aAMHJ-4RC5bpIyG6_Fpqvrd46X097_kn59nguJa1h6c>  / Peace
out.
 
Dari KoKi sampai Infotainment .(Lya - Belanda)
 
Tayangan vulgar TV(Anisa)
 
Menurut John C.Maxel penulis terkemuka di bidang kepemimpinan dan
keefektifan pribadi 90%
orang belajar dari apa yang dilihat dan didengar (visual & audio) termasuk
dari media TV. Idealnya media TV sebagai media audio visual tidak hanya
menjadi media yang menyajikan sumber hiburan dan informasi tapi juga
mengemban tugas mulia untuk memberikan/menjadi saran pendidikan
bangsa/masyarakat, khususnya generasi muda. Tapi realitasnya yang terjadi
saat ini media televisi mulai marak menyajikan tayangan yang mengumbar
erotisme fisik wanita baik dikemas secara komedi maupun berupa investigasi
atau laporan perjalanan atau sinetron sebut saja misalnya komedi tengah
malam atau fenomena atau sinetron ABG. Stasiun televisi sepertinya tidak
mempedulikan dampak penayangan program erotis tersebut terhadap moral bangsa
khususnya generasi muda. Sungguh ironi. Ketika anak SD mulai ada yang berani
mencabuli teman wanita satu sekelasnya bahkan anak remaja memperkosa gadis
kecil akibat menyaksikan film/tayangan porno. Ketika perilaku seks bebas
marak dikalangan anak remaja, dan orang dewasa media televisi seperti
enggan/ tidak peduli dan tanpa merasa bersalah menyajikan tayangan vulgar
erotisme tubuh wanita dan sex bebas/ hubungan bebas pria wanita tanpa ikatan
pernikahan. Sehingga disadari atau tidak televisi telah ikut mempromosikan
sex bebas dalam masyarakt indonesia.Entah apa yang terjadi dengan moral
bangsa di negeri ini. Nilai agama sudah semakin tersingkir dan diabaikan.
 
Bahaya TV pd anak (Bawa - Kuching)
 
Dear Zeverina dan pembaca, saya setuju pada pendapat bapak, bahwa Tv lebih
banyak pengaruh negatifnya dari positifnya, tapi saya rasa jika menonton TV
tidak dilakukan dengan cermat. Cermat disini, ya sesuai dengan kebutuhannya
usia si anak yang akan nonton TV, bila anak saya masih kecil, dia tentunya
senangnya nonton film kartun, atau film2 anak2, dia tidak akan nonton berita
. Sedangkan kalau anak sudah menginjak remaja, dewasa tentunya dia ingin
menonton film2 yang sudah mulai berat, entah itu drama atau action, atau
juga dia perlu nonton berita, karena dia perlu tahu perkembangan kota yang
dia tinggali atau bahkan perkembangan dunia.
 
Anak saya yang pertama, pada waktu kecil, sebelum usia sekolah, dia sangat
senang film2 kartun, dahulu seingat saya film2 kartun tersebut masih dengan
bahasa inggris, karena dia tidak mengerti bahasa inggris, jadi dia terpaksa
harus dapat membaca title bahasa indonesia, dengan keinginan mengetahui
cerita-cerita dalam film kartun yang dia nonton setiap hari, sebelum lulus
taman kanak2nya, dia sudah bisa membaca dengan lancar. Jadi justru anak saya
lancar membaca karena dorongan dari TV. Walau pengaruh TV ternyata lumayan
baik untuk anak saya, tetapi jam untuk nonton Tv ya tetap terbatas, tapi
mengenai materi yang dia lihat di TV ya hanya film2 kartun saja, karena usia
pada waktu itu hanya film2 kartun yang menarik bagi dia. Begitu dia
menginjak remaja, maka yang ditonton tentunya berubah, dia lebih senang
nonton film2 dokumentari, seperti film tentang segala macam binatang, segala
macam ilmu pengetahuan dll yang lebih berguna bagi dirinya yang haus
informasi tentunya. Jadi kalau adiknya ada tugas dari sekolah tentang salah
satu jenis binatang, tentunya kakaknya akan dengan senang hati membantuya.
Kalau saya ingin tahu tentang sesuatu, biasanya saya langsung tanya anak
sulung saya, dan anak saya akan dapat menjawabnya bila memang dia sudah
pernah melihatnya, mendengarnya dari TV.
 
Anak sulung saya bukanlah penggemar olah raga sepak bola, justru dia paling
tidak bisa nendang bola, tapi akhir2 ini saya sampai heran, karena hampir
tiap hari dia bangun tengah malam atau pagi untuk mengilkuti siaran langsung
salah satu pertandingan bola dunia yang sedang berlangsung. Saya heran dan
bertanya buat apa sih bangun pagi2 buat nonton bola, emang nggak ada kerjaan
lagi, eh dia bilang guru2 disekolah semua suka nonton bola, kalau kita
diajak ngomong nggak tahu kan gak lucu, ya ampun jadi tengah malam atau
pagi2 buta nonton bola cuman buat biar bisa ngobrol ama gurunya.
 
Yang lebih lucu lagi, saya juga baru tahu bahwa anak sulung saya cepat
mengejar ketinggalan dalam bahasa inggrisnya, sewaktu dia baru pindah ke
Kuching ini, ya karena film anak2 di malaysia khan semua pake bahasa
inggris, jadi kalau nggak ngerti bahasanya ya nggak bisa ngikuti ceritanya.
Jadi yang mendorong dia buat cepat lancar bahasa inggrisnya ya kerena nonton
TV itu. Jadi menurut saya pengaruh TV akan baik atau tidak mungkin
tergantung bagaimana kita memanfaatkan apa yang ada di TV tersebut sepanjang
hari itu , ya kalau kita mau ambil yang bagus2 juga ternyata bisa, tapi
kalau mau ambil yang jelek2 juga mungkin ya dapat, semua tergantung kita
yang pandai memanfaatkannya. Ternyata anak kecil saya pandai membaca dan
bahasa inggris ya justru dari TV. Waktu dia kecil tentunya dia tidak akan
ikut nonton berita , tapi sekarang kalau saya lagi malas nonton berita,
justru dia duduk manis untuk khusus mendengar berita hari ini ada apa.
Demikian pengalaman saya tentang pengaruh TV, semoga apa yang sudah ada di
dunia ini selalu membawa manfaat yang baik pada semua manusianya.
 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke