Air Putih 
(Arita - Swiss)

Saya hari ini menulis tentang air putih yang segar. Bagi saya air putih
adalah sebuah idola. Kalau keadaan cuaca sedang panas terik dan menyengat,
maka yang pertama keluar dalam pikiran adalah segelas (kalau perlu sebotol)
air putih yang segar mengaliri kerongkongan. Kalau keadaan cuaca dingin dan
kering, lagi-lagi segelas air yang saya buru.

Saat saya bangun pada pagi hari (kadang-kadang kesiangan juga) hal pertama
yang saya lakukan adalah meminum segelas air putih (setelah itu ya kopi
kental...) mau tidur ya menyiapkan segelas air putih disamping ranjang,
kalau terbangun karena mimpi buruk ataupun mimpi indah ya segelas air putih
yang pertama kali saya gapai. Segelas air putih bisa meredakan kemarahan
saya, begitu juga saat saya sedang sedih pasti yang dicari segelas air
putih. 

Air putih bagi saya bagaikan sebuah idola. Artinya sangat besar sekali, jauh
lebih besar daripada dicampur dengan macam-macam. Memang enak sih kalau air
putih dicampur sirop, kopi, teh dll, tapi lagi yang paling menyegarkan ya
air putih tok.

Bagaimana kalau saya jadi air putih ya? Yang artinya bisa menyegarkan,
menenangkan, dan menyenangkan. Waduh kayaknya susah ya.

Susah karena jadi air putih berarti tidak pakai sirop, yang berarti saya
tidak terlihat "berwarna" dari luar. Berarti tidak pakai kopi, apalagi kopi
merk "x", yang berarti saya tidak "seterkenal" kopi merk X. Berarti tidak
pakai teh dengan berbagai macam rasa, yang berarti saya tidak akan mempunyai
"rasa" tertentu yang ngetop.

Jadi air putih itu seperti siapa ya? Menyenangkan, menyegarkan dan
menenangkan manusia tanpa manusianya sendiri ingat atau memperhatikan.
Menyenangkan, menyegarkan dan menenangkan tetapi tidak "ngetop". Jangan
dibandingkan air mineral dengan air putih karena disini yang saya bicarakan
ya air putih tok. 

Kalau menurut saya mungkin orang yang seperti air putih yang mengalir di
hati banyak manusia diantaranya adalah Ibu Teresa dan Romo Mangun dll.

Siapa lagi ya? Akhirnya saya bengang-bengong di depan monitor komputer,
sadar karena sebenarnya bagian yang "dan lain lain" itu buanyaaak sekali.
Ibu saya merupakan "air putih" bagi kami sekeluarga, karena dedikasinya yang
menyegarkan dan menenangkan kami, tetapi kadangkala kami lupa bahwa arti
sang Ibu sangat besar bagaikan segelas airputih yang tidak ada habisnya.
Juga Ibu-Ibunya para kokier yang juga merupakan "air putih" bagi para kokier
pasti banyak sekali. Bukan hanya ibu-ibu, bapak-bapak bahkan anak-anak pun
bisa menjadi air putih yang menyegarkan dan menenangkan, hanya ya itu, tidak
semua orang mampu menjadi air putih dan bening.

Contohnya ya tidak usah jauh-jauh, saya sendiri. Mau jadi air putih ya
kurang bening, masih ada butiran-butiran coklatnya. Mau menyegarkan tetapi
minta imbalan, mau menenangkan tapi milih-milih sama siapa. Mau jadi air
putih asal air mineral karena bisa menghasilkan uang, ya bukan air putih
lagi. Gamblangnya ya menjadi manusia yang bisa menyenangkan, menyegarkan dan
menenangkan tapi ya tidak usah neko-neko dan memikirkan imbalannya.
Mendedikasikan diri tanpa berpikir akan masuk ke layar kaca, layar televisi
ataupun layar monitor.

Kalau banyak manusia yang berbuat dan bertindak seperti air putih, pasti
Indonesia bisa terlihat kinclong karena bersih. 

Bisa tidak ya saya menjadi air putih? Kapan ya? Wuiss pokokke harus bisa
tenan gitu. Permisi, saya mau minum air putih dulu...

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke