PESAWAT TERBANG INDONESIA MASA DEPAN - TERAMAN, TERNYAMAN dan TERBERSIH 
(WES-Australia)

Sebelum melanjutkan, aku hendak beri sedikit penjelasan kepada Bpk Djoko S.
Paisan yang ternyata pernah sekolah Penerbangan, jadi pastinya lebih tahu
seluk beluk Dunia Penerbangan Indonesia ketimbang aku.

Hanya saja barangkali Bpk Djoko terlewat baca sehingga mempertanyakan apa
mungkin Pilot pesawat komersial hanya dilatih DUA BULAN saja. Yang aku kutip
dari pernyataan Pengamat Penerbangan Bambang Kismono Hadi adalah
keprihatinannya mengenai "PETUGAS (FOO) YANG MENYATAKAN PESAWAT LAIK TERBANG
ATAU TIDAK HANYALAH LULUSAN SMA YANG DILATIH SELAMA DUA BULAN", bukan Pilot.

Oleh karena yang ngomong adalah Pakarnya dan didepan wartawan Harian Suara
Pembaruan, aku yakin dia bicara objektif tentang suatu kesalahan/kealpaan
yang selama ini dibiarkan.
 
Tentang Pilot Garuda seperti yang kuceritakan dalam Tulisan Bagian ke satu
"Pesawat Terbang Indonesia Masa Lalu - Yang enak-enak dan bagus" bahwasanya
mereka jago mengemudikan pesawat maupun saat lepas landas/mendarat. Terutama
sekali pengalamanku tempo doeloe dengan pilot-pilotnya yang kebanyakan orang
Menado (bukan berarti yang non-Menado tidak terampil. Harap jangan salah
paham) membawa pesawatnya terasa "smooth" (halus dan nyaman).

Sekarangpun pilot Garuda masih banyak yang bagus - kalau tidak kan tidak
bakal laku kerja di Maskapai asing. Kehebatan pilot-pilot Indonesia, mereka
piawai dalam mengemudi pesawat-pesawat yang agak tua dan kondisinya
terkadang memprihatinkan, belum lagi landas pacu di banyak bandara domestik
kurang memenuhi syarat.
 
SOLUSI untuk MEMBENAHI dan MEMPERBAIKI CITRA PENERBANGAN INDONESIA serta
MENEKAN KECELAKAAN AKIBAT 'HUMAN ERROR' SEKECIL MUNGKIN ADALAH DENGAN CARA
YANG SERENTAK, SEMUA PIHAK DAN SEGERA ! 

Para pimpinan yang bertanggung jawab (baik itu, Menteri, Direktur/ Pemilik
Maskapai, Kepala Bagian Maintenance, dsb. yang sudah beberapa kali nahas
terlanda musibah 'human error' semestinya mengundurkan diri. Masih untung
tidak dituntut. Soalnya, percaya atau tidak, jika seorang pimpinan berulang
kali ketiban sial (walau mungkin tidak 100% kesalahannya) - dia akan
'grogi', kehilangan rasa percaya diri dan seakan-akan
mengundang...................kecelakaan berikutnya.
 
Para Petugas FOO, Maintenance Pesawat, Bandara, Pilot maupun Pramugari/a
harus ditatar ulang agar mendahulukan Keselamatan (SAFETY FIRST), budaya
malu dan MOTIVASI untuk maju. Tentu juga kesejahteraan mereka perlu
diperhatikan dan ditingkatkan agar pikiran mereka tidak kacau dan bercabang.
Dananya ? Naikkan saja taripnya, buat apa bersaing tidak sehat yang
mencelakakan.

Aku rasa penumpang Indonesia juga sekarang sadar dan kapok. Penumpang yang
masih 'menuntut' naik pesawat Jakarta-Yogyakarta bertarip $ 20, ya
dipersilahkan naik pesawat layang yang tidak bermesin saja !
 
Para Penumpang juga perlu dididik, diajar dan diberi tahu. Maaf. Terus
terang penumpang Indonesia juga turut andil 'mendorong' terjadinya
kecelakaan, dengan 'tidak disiplin' saat berada diudara, banyak membawa
barang berat yang tidak perlu.
Aku perhatikan di Airport Australia, Singapore & Malaysia kalau ada pesawat
dari Indonesia mendarat, wah bawaannya ribet banget (Maaf) - banyak dus-dus
karton bekas Indomie atau Gudang Garam berisikan barang-barang tetek bengek
(dari botol kecap, pigura sampai sabun mandi/odol) yang sebetulnya beli di
negara-negara tersebut ada tersedia dan harganya terjangkau. 

Maka jangan heran rombongan beginian bikin macet pemeriksaan di Custom,
banyak yang didenda atau dibuang barangnya.
 
Ada banyak problem yang harus diselesaikan, ada banyak krisis yang harus
diatasi - memang segalanya sudah merupakan 'multi dimensi' dan 'multi
crisis', sehingga untuk membenahinya sudah bingung harus dimulai dari mana.
 
NAH, MARI KITA FOKUSKAN SAJA SEBAGAI LANGKAH PERTAMA YAITU MEMPERBAIKI
MASALAH KESELAMATAN, KEAMANAN, KENYAMANAN DAN KEBERSIHAN PESAWAT KITA ! 

Mengapa Pesawat ? Ya, karena bila terjadi kecelakaan Pesawat maka kabarnya
menyebar kemana-mana seantero peloksok dunia dan betul-betul mencoreng citra
Indonesia. Selain itu jumlah pesawat dan frekuensi penerbangannya kan jauh
lebih sedikit ketimbang bus atau mobil, jadi penanganannya juga lebih
gampang dan terfokus. Kita mulailah dengan yang kecil-kecil dan sederhana
dulu.
 
Badan luar pesawat harus nampak bersih dan tidak tampak ada cat mengelupas,
didalam pesawat harus benar-benar bersih dan semua tempat duduk, seat belt,
meja lipat, peralatan elektronik (TV, pengeras suara, dsb) berfungsi benar.
Waktu memperagakan alat-alat penyelamatan harap lebih jelas dan lebih
perlahan ketimbang untuk penumpang internasional agar dipahami betul-betul
bahwa itu untuk kepentingan penumpang sendiri. 

Saat menjelang lepas landas, pramugari/a perlu memeriksa teliti setiap
penumpang apakah sudah memakai seat belt dengan benar (penumpang Indonesia
suka meremehkan peranan seat belt) dan pastikan Handphone sudah di off. Cek
berulang-ulang kayak dipesawat domestik Virgin Blue dan Qantas Australia.
Tidak boleh menaruh dus/koper/tas dibawah kaki atau kursi.
 
Seandainya segalanya tampak rapih, bersih, teratur dan berfungsi maksimal
maka dalam hati penumpang ada rasa tenteram dan aman - mereka juga bakal
lebih tertib dan ikut aturan. Buat Pilot dan Pramugari/a juga timbul rasa
percaya diri yang tinggi dan serasa nyaman mengemudikan pesawat yang nampak
bagus-bagus.
 
Pengalamanku sendiri, jika rumah dan mobil kita bersih, rapih dan semua
peralatan berfungsi baik - wah bikin betah dan dirumah tidak bakal
sembarangan buang sampah, buka tutup pintu pun hati-hati, lalu mengendarai
mobil juga 'mood'nya enak dan tidak sembarangan. Kalau meja kerja
berantakan, kamar tidur awut-awutan, dapur kotor, mobil kotor dan barang
berserakan kayak gerobak - maka bawaan kita juga maunya marah saja dan kalut
pikirannya.
 
Apa sih kelebihannya SQ & JAL ? Pesawatnya juga sama dengan kita, dapat beli
dari Boeing atau Airbus - cuma yang beda adalah perawatan, penampilan dan
ketepatan waktu saja kok. Mereka bisa pasang tarip lebih mahal, tetap laku !
 
Buat apa bikin proyek-proyek Mercu Suar ? Menara tertinggi di dunia, kolam
renang terbesar di Asia, bikin Pesawat Terbang sendiri, bikin Mobil sendiri,
bikin senjata dan Nuclear, dst ??? Kolam renang terbesar "Karangsetra",
Bandung akhirnya airnya hijau kayak cendol. Entah sekarang. Industri
Dirgantara yang memboroskan anggaran belanja negara akhirnya dijadikan
cemoohan "Tetuko" = "Sing tuku ora teko-teko" (Yang beli tidak
datang-datang) atau "Sing teko ora tuku-tuku" (Yang datang tidak beli-beli)
dan beberapa laku dijual barter dengan beras ketan.

Mobil nasional entah bagaimana juntrungnya. Ya jangankan kita, Mobil
Nasional-nya Mahathir saja "Proton" sekarang dicemooh "Protol" (pada lepas,
ambrol) dan orangpun tahu itu kan bikinan Mitsubishi. Bikin Nuclear seperti
Korea Utara dan Iran ya cuma bikin rakyatnya yang miskin tambah miskin -
wong teknologinya juga dari negara Barat, Russia dan China kok.
 
Kita sih tidak usah muluk-muluk, produksi beras ketan saja banyak-banyak
agar bisa beli pesawat yang bagus, bikin lemper dan combro saja yang terenak
di Asia agar bisa buka outlet disetiap sudut jalan besar kayak sushi, bikin
nasi goreng & sate tersedap didunia kayak McDonald, teh tubruk terenak kayak
Starbuck, produksi mangga gincu Indramayu (konon sudah masuk ke meja makan
Presiden USA), bikin pacul unggul (masak pacul saja import dari China),
karung goni (tak perlu import dari India), dst.

Jepang, Korea,Taiwan, China, Vietnam dan Thailand juga mulainya dari membuat
barang-barang kecil dan sepele. Grup ABC, Grup Wing, Indomie sekarang
produknya mulai tersebar dimana-mana dunia - padahal cuma bikin barang remeh
dan murahan saja. Siapa yang bilang mereka perusahaan kecil dan industri
lemah ? Perusahaan asing Unilever saja sangat memperhitungkan langkah
mereka, selalu waspada.
 
Ah, Kapan ya kita mendengar "FLY GARUDA" - TERAMAN, TERNYAMAN dan TERBERSIH
SEDUNIA ! Travel Destination : INDONESIA, Untaian jamrud di Khatulistiwa.
Multikultural, Plural............Teraman, ternyaman dan terbersih didunia.
 





[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke