Memotivasi Lewat Corporate Story Legenda, mitos, cerita, dan tokoh yang dianggap sebagai pahlawan selalu menjadi bagian dalam perjalanan suatu organisasi. Walaupun hanya cerita masa lalu, namun cerita ini dapat memberikan warna tersendiri bagi perkembangan organisasi.
Menurut Simmons, cerita seputar perusahaan dapat lebih membantu para manajer dan juga karyawan memperoleh inspirasi, informasi, dan menentukan arah organisasi dibandingkan dengan argumentasi dan analisis logis dan rasional, sebuah kekuatan (power) yang diperlukan pada saat pengelolaan inovasi dan perubahan menjadi kunci sukses perusahaan. Dengan kata lain, cerita, legenda, dan mitos dapat lebih efektif dalam memengaruhi orang lain, karena sifatnya yang lebih persuasif dan tidak memaksa, sedangkan pendekatan ilmiah yang rasional dan logis cenderung lebih bersifat memaksa. Disamping itu, cerita yang disampaikan dengan baik akan selalu diingat oleh banyak orang dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Ini bukan berarti bahwa perusahaan menolak pendekatan yang bersifat ilmiah dan logis. Bagaimanapun, pendekatan ilmiah dan logis tetap diperlukan, namun hal ini saja tidak cukup karena memiliki keterbatasan, misalnya, dalam membangkitkan motivasi dan sisi emosional karyawan. Penyampaian cerita (storytelling) mengenai legenda, mitos, dan cerita kepahlawanan kepada para anggota organisasi dapat memberikan pemahaman makna dan penyampaian pesan secara lebih baik karena si pendengar cerita dapat merasakan keterlibatan yang lebih mendalam dan mengajak pendengarnya untuk seolah-olah mengalami sendiri dan menjadi bagian dari sebuah peristiwa, sehingga mereka dapat belajar dari cerita yang disampaikan, yang pada gilirannya dapat memberi inspirasi bagi seluruh anggota organisasi untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Menurut Denning, storytelling akan melibatkan pendengar, dalam hal ini karyawan perusahaan, sebagai partisipan atau peserta, sedangkan argumentasi ilmiah menempatkan karyawan seolah-olah hanya sebagai penonton. Jadi fungsi storytelling dan argumentasi ilmiah sebenarnya saling melengkapi. Argumentasi rasional berfungsi sebagai dasar penentuan berbagai macam strategi dan kebijakan, sedangkan storytelling berfungsi sebagai motivator agar para anggota karyawan bersedia memberikan kontribusi, dengan berbuat yang terbaik bagi organisasi. Dalam prakteknya storytelling dalam perusahaan digunakan dalam berbagai macam hal yang berkaitan dengan komunikasi, misalnya untuk memberikan penjelasan, inspirasi, pelatihan, meyakinkan, mentoring, coaching, dan juga menghibur. Dalam konteks bisnis, storytelling banyak digunakan sebagai usaha mempertahankan budaya organisasi. Budaya organisasi berakar pada keyakinan yang dalam, yang merefleksikan keberhasilan yang dicapai pada masa lalu, seperti kemampuan perusahaan dalam mempertahankan integritasnya dalam menghadapi dilema etis, produk dan pelayanan yang memuaskan pelanggan, serta empati dan perhatian yang ditunjukkan oleh pemimpin kepada bawahannya. Ia merupakan pola dari keyakinan, perilaku, asumsi, dan nilai yang dimiliki bersama. Budaya organisasi membentuk cara berperilaku dan berinteraksi anggota organisasi dan mempengaruhi cara kerja mereka. Pada gilirannya budaya organisasi ini diharapkan akan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perbaikan kinerja individu dan organisasi. Dengan menyampaikan cerita mengenai legenda, mitos, dan kepahlawanan dalam sebuah perusahaan, maka banyak permasalahan dapat didudukkan kembali pada tempat yang sebenarnya sehingga mampu menghindarkan atau meminimalkan kesulitan yang mungkin dihadapi perusahaan. Membina hubungan Storytelling juga akan mendorong perusahaan membuat dokumentasi, baik itu berupa buku atau publikasi yang lain untuk menunjang citranya di masa mendatang. Hal ini pada gilirannya akan sangat membantu perusahaan dalam membina hubungan yang baik dan saling menguntungkan dengan para stakeholder-nya sehingga dapat meningkatkan citra yang baik dan kepercayaan bagi perusahaan. Agar cerita yang disampaikan mampu mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mampu menjadi alat pembelajaran, inspirasi, dan motivasi bagi seluruh anggota organisasi, maka cerita yang disampaikan harus mampu dijadikan anggota organisasi lebih baik, seperti motivasi yang meningkat dan kemampuan menarik pelajaran dari cerita yang disampaikan. Atau seperti yang diistilahkan oleh Neuhauser, sampaikanlah cerita yang positif, bukan yang negatif, yang membuat anggota organisasi menjadi berpikiran buruk atau mendapat akibat buruk dari cerita yang disampaikan berulang-ulang. Jadi, pembagian cerita positif dan negatif tidak didasarkan pada gaya bercerita dan topik cerita, namun pada hasil atau pesan di balik cerita tersebut. Lebih lanjut menurut Neuhauser, terdapat enam jenis cerita positif dalam organisasi. Pertama, cerita mengenai orang dalam organisasi yang berprestasi dan berkontribusi luar biasa bagi organisasi. Kedua, cerita mengenai organisasi yang mampu melepaskan diri dari berbagai kesulitan karena ketahanan dan kebanggaan yang dimiliki para karyawannya. Ketiga, cerita yang dapat membangkitkan rasa kebersamaan dan kesetiaan diantara para anggota organisasi. Keempat, cerita mengenai karyawan yang dengan penuh semangat dan rasa bangga menjelaskan kontribusinya serta kehebatan perusahaan tempatnya bekerja. Kelima, cerita mengenai kelompok atau orang-orang dalam organisasi yang dikenal dapat menyelesaikan tugas khusus, dengan tokoh utamanya yang sangat cerdas disertai dengan pengetahuan politik organisasi yang hebat. Mereka mampu untuk mengetahui gagasan dan perubahan- perubahan melalui birokrasi dan orang-orang di perusahaan itu. Dan keenam, cerita mengenai bahaya, kesalahan, dan kelemahan. Pesan dari cerita ini adalah kesulitan yang akan dihadapi manakala organisasi tidak menjalankan perubahan yang diperlukan. Apapun legenda, mitos, dan cerita kepahlawanan yang dimiliki oleh sebuah organisasi, pada akhirnya yang paling penting adalah kemampuan para anggota organisasi dalam mengambil pelajaran dari storytelling yang disampaikan, yang pada gilirannya akan menentukan nasib perusahaan di masa yang akan datang. Sumber: Memotivasi Lewat Corporate Story oleh A.B. Susanto, Managing Partner The Jakarta Consulting Group. Dimuat di milis resonansi tanggal 17 Maret 2007 [Non-text portions of this message have been removed]