Ampuhnya spirulina atasi penyakit 
http://www.trubus-online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&artid=365
 

Pekerjaan Liana Wati sehari-hari mengunjungi dan menghibur para pasien di 
sebuah panti. Namun, pada penghujung 2000, jangankan menghibur mereka, 
menghibur diri sendiri pun tak mampu. Ia mengurung diri di kamar sejak dokter 
mendiagnosis ia mengidap hepatitis C. Penyakit maut itu ketahuan bercokol di 
hatinya ketika ia mengecek kondisi kesehatan untuk memperoleh polis asuransi. 
Ibu 2 putri itu pun menolak dijenguk lantaran ia enggan mendengar lagi ucapan: 
hepatitis C tak dapat disembuhkan. 

Liana Wati ingin mengelak dari diagnosis itu. Sayang, ketika mengecek ke 
laboratorium lain, hasilnya sama: hepatitis C. Sepekan setelah diagnosis itu, 
perempuan kelahiran Padang 18 Maret 1935 itu ambruk. Ia tak bertenaga seolah 
tubuh tanpa tulang-belulang. Seluruh aktivitas dilangsungkan di atas 
pembaringan. Seorang dokter dan 3 sinse menangani kesehatannya. 

Namun, kondisinya kian memburuk, tubuhnya kurus kering. Sebulan berselang atas 
saran kerabat, nenek 4 cucu itu mencoba spirulina cair. Dosisnya 2 
sachet-masing-masing 14,8 ml-3 kali sehari. Keesokan harinya ia menghentikan 
konsumsi seluruh obat dokter. Pada hari kedua, ia merasa amat bertenaga. Enam 
bulan berselang, Liana mengecek kondisi lever. Hasilnya, virus mematikan 
penyebab hepatitis C itu enyah. Liana sembuh. 

Ir Badriatur Rahmaniah (43 tahun) juga merasakan faedah spirulina. Alumnus 
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor itu menderita kanker payudara 
stadium II B. Operasi yang disarankan dokter ditolak. Beruntung seorang dokter 
memperkenalkan spirulina. Ia mengkonsumsi 1 sachet spirulina sehari. Rasanya 
tubuh lebih segar. Mulai Februari 2005, dua sachet spirulina diminum setiap 
hari. Dua pekan berselang, benjolan mengecil. 

Hasil pemeriksaan di RSAD Gatot Subroto, sel kanker mengecil, dari 2,5 x 1,5 x 
1,0 cm3 menjadi 1 x 0,62 x 0,62 cm3. Bobot tubuh meningkat dari 45 kg menjadi 
50 kg. Dalam waktu dekat, ia berencana memeriksakan diri ke dokter. Yang 
merasakan manfaat spirulina tak hanya Liana Wati. Kusnadi Prawira yang mengidap 
jantung koroner, Tri Ayurina (kanker payudara), Andreana Subiyati (stroke) 
hanya beberapa pasien sembuh setelah mengkonsumsi spirulina. 
Supermini 

Di tengah maraknya penggunaan bahan alam, spirulina salah satu pilihan untuk 
pengobatan penyakit maut. Sebetulnya spirulina bukan barang baru di dunia 
pengobatan. Sejak 400 tahun lampau, herbal itu merupakan makanan tradisional 
suku Aztek dan Maya di semenanjung Yucatan, Meksiko. 

Wajar jika keamanan mengkonsumsi spirulina terjamin. Pun bagi anak-anak dan 
perempuan hamil. "Spirulina makanan yang mempunyai sejarah panjang dari segi 
keamanannya. Namun, mutunya tergantung tempat tumbuh. Spirulina tercemar tentu 
berbahaya," ujar Prof Dr Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor. Dosis 
anjuran 1-5 gram per hari. Efek samping bila berlebih? "Karena berfungsi 
sebagai makanan, tak ada efek samping yang membahayakan, walau diberikan dalam 
dosis tinggi," katanya. 

Kini popularitas tumbuhan bersel satu itu melambung. Banyak dokter di Indonesia 
yang menyarankan-jika tak boleh disebut meresepkan-tanaman obat itu. Spirulina 
merupakan ganggang hijau-biru berukuran amat mini, 1 mm. Sebutan spirulina 
mengacu pada bentuknya yang spiral. 

Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan 
Bioteknologi, terdapat banyak spesies spirulina yang hidup di air laut, payau, 
dan tawar. Spirulina yang hidup di laut mampu tumbuh pada kedalaman hingga 600 
m. Dibandingkan dengan sinar matahari yang diterima tumbuhan darat, intensitas 
sinar matahari yang menembus air dan diterima spirulina jauh lebih sedikit. 

"Kalau makhluk bisa hidup dengan sumber energi amat minim, maka ia mempunyai 
kemampuan hidup yang kuat. Ia mempunyai cadangan energi tinggi. Oleh karena itu 
spirulina banyak dimanfaatkan untuk mengembalikan kesehatan," ujar Wahyu 
Suprapto, herbalis di Batu, Jawa Timur. 
Terlengkap 

Spirulina itulah yang kini banyak diharapkan mencegah dan menyembuhkan beragam 
penyakit maut. Bagaimana duduk perkara tumbuhan itu mampu menjadi panasea-obat 
mujarab beragam penyakit? Ketika diwawancarai Trubus, Bob Capelli, vice 
president Cyanotech-produsen terbesar spirulina di dunia-mengungkapkan, 
"Spirulina pangan terbaik di antara pangan lain karena mengandung nutrisi 
paling lengkap." 

Capelli yang memproduksi 30 ton spirulina per bulan di Kailua, Hawaii, tak 
berlebihan. Sekadar menyebut beberapa nutrisi spirulina adalah betakaroten, 
zeasantin, dan pikosyanin. Kandungan ke-3 senyawa aktif itu masing-masing 
23.000 IU, 8 mg, dan 1.500 mg. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai 
antioksidan sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. "Spirulina mempunyai 
kekayaan antioksidan yang luar biasa untuk menetralisir radikal bebas," ujar 
ahli herba alumnus Rutgers Uniersity itu. 

Menurut Dr Komari MSc, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan 
Makanan, antioksidan memperkuat sistem imun. Sel imun terdiri atas sel 
berukuran besar dan kecil. Peran antioksidan menjembatani kedua sel itu 
sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi kuat. Itu persis hasil riset Hayashi 
dari Fakultas Farmasi, Toyama Medical & Pharmaceutical University, Jepang. 

Ia membuktikan tingkat kekebalan tubuh mencit yang diberi Spirulina platensis 
lebih tinggi. Musababnya produksi antibodi satwa pengerat itu meningkat. Selain 
itu jumlah sel fagosit juga melambung. 
Membangun sel 

Menurut Dr Mangestuti Agil, farmakolog Universitas Airlangga, orang sakit 
karena kekurangan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk metabolisme sel. "Kerja sel 
ngga benar sehingga terjadi ketidakseimbangan," ujarnya. Oleh karena itu setiap 
sel harus mendapat nutrisi yang lengkap agar dapat bekerja dengan baik. Kata dr 
Oetjoeng Handajanto, ahli terapi kolon, salah satu sumber nutrisi terbaik bagi 
sel adalah spirulina. 

Kandungan gizi spirulina lengkap dan mudah diserap tubuh sehingga melancarkan 
pencernaan. Dengan kandungan gizi lengkap, tubuh memperbaiki sel-sel rusak. Hal 
senada diungkapkan dr Zen Djaja MD, di Malang, Jawa Timur. Menurut alumnus 
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya itu spirulina memulihkan 
penyakit degeneratif alias menurunnya fungsi-fungsi sel. 

"Protein yang lengkap dengan asam amino esensial berfungsi membangun sel-sel 
tubuh. Pada kasus stroke, spirulina membantu mengarahkan sel-sel otak sehingga 
mencegah stroke ulangan sekaligus mendorong regenerasi sel," katanya. Namun, 
menurut Dr Komari tingginya kandungan protein pada spirulina-mencapai 70%, 
tidak serta-merta meregenerasi sel. "Tergantung bagaimana tubuh mencerna zat 
itu. Oleh tubuh protein bisa dicerna menjadi asam amino, hormon, atau hanya 
menjadi energi. Protein adalah salah satu sumber energi," ujarnya. 

Komari, doktor gizi, mengatakan kelebihan lain spirulina adalah kandungan 
vitamin A dan D sangat baik bagi kesehatan mata dan tulang. Kadar vitamin K 
mencapai 2,5 kali lipat dari kebutuhan dan zat besi yang memenuhi 80% kebutuhan 
tubuh melancarkan peredaran darah. Kandungan kromium pada spirulina mencapai 
21% dari kebutuhan tubuh juga baik bagi penderita diabetes untuk merangsang 
kinerja pankreas memproduksi insulin. 

Masih ada faedah lain spirulina. "Klorofil yang tinggi berguna sebagai 
detoksifi kasi atau mengeluarkan racun termasuk radikal bebas dalam tubuh. 
Radikal bebas memicu beragam penyakit seperti kanker," ujar dr Maria Theresia 
Karnadi di Cilandak, Jakarta Selatan. Spirulina juga kaya enzim superoksida 
dismutase (SOD), mencapai 332-647. Peran SOD juga mengikat radikal bebas. 

Radikal bebas merupakan atom yang tak memiliki pasangan sehingga reaktif 
merusak jaringan. Disebut radikal bebas karena mempunyai kebebasan untuk 
melakukan pengikatan-pengikatan dengan senyawa-senyawa sekitar. "Stres dan 
pancaran sinar matahari menimbulkan radikal bebas," ujar dr Oetjoeng Handajanto 
lulusan Fakultas Kedokteran Universität Bochum Jerman. Nah, SOD mampu mengikat 
radikal bebas sehingga menjadi sesuatu yang tidak lagi mampu mengikat. 

Singkat kata thallophyta-tumbuhan tanpa akar, batang, dan daun sejati-itu mampu 
mendongkrak kekebalan tubuh. "Jika daya tahan tubuh meningkat, mengurangi 
serangan penyakit. Bila daya tahan tubuh rendah, sel darah putih tak mampu 
melawan penyebab penyakit," ujar dr Oetjoeng Handajanto. 
Banyak cara 

Selain bersifat preventif, spirulina pun dapat digunakan sebagai terapi kuratif 
untuk mengatasi beragam penyakit. Menurut Yana Maolana Syah MS PhD, peneliti 
bahan alam Institut Teknologi Bandung, spirulina mempunyai komponen yang khas 
bernama oligosakarida. "Ternyata oligosakarida menjadi antivirus, antitumor, 
dan mencegah penyebaran kanker," ujar doktor Kimia alumnus University of 
Western Australia itu. 

Bagaimana spirulina mengatasi sel kanker? Itu lantaran spirulina mampu 
menghasilkan faktor alfa seperti disampaikan Ali Khomsan. Alfa zat kimia yang 
tokcer menggempur sel tumor. Mekanisme lain, lantaran tumbuhan itu mengandung 
polisakarida yang mampu memperbaiki sintesis kode gen deoxynucleutide acid 
(DNA). Spirulina juga meningkatkan aktivitas enzim inti sel sehingga membuat 
DNA dalam kondisi baik dan sehat. 

Dokter Oetjoeng menuturkan pada kasus kanker, spirulina berperan mengatrol pH 
darah. Harap mafhum, tingkat keasaman darah penderita kanker amat rendah 
5,7-6,5. Padahal, idealnya pH darah 7,3. "Bila pH darah turun terus, darah 
kehabisan oksigen dan berakibat kematian," ujar dokter berusia 55 tahun itu. 
Spirulina dapat meningkatkan pH darah lantaran bersifat basa. 

Sel kanker memang dipicu oleh makanan yang bersifat asam seperti daging, telur, 
dan soda. Konsumsi berlebihan makanan bersifat asam menyebabkan oksigenasi 
darah menurun. Akibatnya, tubuh lemas, lesu, dan capai. Tubuh cuma memerlukan 
makanan asam 20%; basa, 80%. Keistimewaan spirulina tak cuma itu. 

Dalam khazanah pengobatan cina, hai zao alias spirulina segar bersifat dingin 
dan asin. Bahan bersifat asin berfungsi melunakkan atau menghancurkan. "Oleh 
karena itu bagus diberikan untuk penyakit yang mengalami pembengkakan atau 
benjolan di tubuh, termasuk tumor dan kanker. Bengkak itu biasanya panas 
sehingga diobati dengan bahan yang bersifat dingin," ujar William Aditeja, 
dokter alumnus Beijing University of Traditional Chinese Medicine. 

Menurut Wahyu Suprapto, herbalis sekaligus dosen Fakultas Kedokteran 
Universitas Airlangga, dalam pengobatan cina ada 2 gejala penyakit: yin dan 
yang. Jika seseorang dalam kondisi yang diberi obat bersifat yang dan kondisi 
yin diberi obat yin, justru makin sakit. "Spirulina itu mempunyai karakteristik 
yin, jadi cocok untuk orang dengan gejala yang," ujarnya. 

Penyakit dengan gejala yang-cenderung ingin sesuatu yang dingin-contohnya 
diabetes. Namun, ada pula kencing manis bertipe yin ditandai dengan kerap 
berurine. 
Makanan 

Spirulina kini banyak dikonsumsi dalam bentuk bubuk, cair, dan tablet. Itu 
hasil olahan beberapa spesies spirulina yang telah diteliti khasiatnya oleh 
berbagai perusahaan. Sekadar menyebut contoh PT Diamond Interest merilis merek 
Spirulina, PT Elken Internasional Indonesia (Elken Spirulina), PT K-Link 
Indonesia (Larutan Organik Spirulina), PT Luxor Inma (Spirulina Pasifica), PT 
Pentamas Adhika Lestari (Spirumate), PT Surya Pagoda Mas (Revita), dan PT 
Ultratrend Biotech (Spiruplus). 

Hingga saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan spirulina. Menurut 
Prof I Nyoman Kabinawa, periset spirulina, perairan Indonesia-tawar, payau, dan 
laut-potensial untuk pengembangan ganggang hijau-biru. Syaratnya antara lain pH 
8, 5-11, bersih, dan bebas polusi. Lagi pula tumbuhan itu amat adaptif di 
berbagai kondisi perairan. 

Lokasi budidaya spirulina umumnya di mancanegara seperti Amerika Serikat dan 
Cina. Hasil panen berupa spirulina cair diolah dengan teknologi pengeringan 
beku untuk mencegah oksidasi terhadap betakaroten dan asam lemak lain. Bahan 
bubuk itulah yang diolah menjadi kapsul, serbuk, atau cairan spirulina. Produk 
mereka itu kini merambah pasar dan menjadi harapan kesembuhan bagi para pasien. 

Memang banyak bukti empiris khasiat spirulina mengatasi beragam penyakit. Meski 
begitu, produsen dan para dokter tetap mengklaim spirulina bukan obat, tapi 
makanan fungsional. "Spirulina memang tidak mengobati, tubuh memperbaiki diri 
sendiri," ujar dokter Oetjoeng. Ia menganalogikan montir bila gagal menemukan 
onderdil, mobil tetap rusak dan tak dapat berjalan. Onderdil bagi tubuh adalah 
makanan, spirulina "onderdil" yang amat lengkap lantaran memberikan semua yang 
dibutuhkan tubuh. 

Namun, menurut dr Dadang Arief Primana SpKO, SpGK konsumsi suplemen tak perlu 
bila makanan sehari-hari memenuhi kategori gizi seimbang sesuai kebutuhan. 
"Zat-zat yang terkandung dalam spirulina sama dengan zat dalam makanan lain," 
ujar dokter spesialis gizi klinis itu. Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi 
spirulina ketika sakit mereka tak kunjung sembuh, meski berbagai pengobatan 
ditempuh seperti dialami Anthony Fu yang 4 tahun mengidap lupus. Sebulan 
setelah rutin mengkonsumsi spirulina, kadar hemoglobin meningkat menjadi 13 
gram per dl dari sebelumnya 7 gram per dl. 

Ahli gizi seperti Prof Dr Ali Khomsan menuturkan, suplemen tetap diperlukan 
untuk menopang kecukupan nutrisi. Itu lantaran kadar nutrisi spirulina lengkap 
dan lebih tinggi ketimbang makanan biasa. Contoh, protein spirulina 3 kali 
lebih tinggi daripada daging sapi, kalsium 6 kali lebih tinggi ketimbang susu, 
dan zat besi 100 kali lebih tinggi daripada bayam. Kandungan senyawa aktif 
itulah yang membantu mewujudkan harapan kesembuhan banyak pasien. (Sardi 
Duryatmo/Peliput: Destika Cahyana, Hermansyah, Imam Wiguna, Kiki Rizkika, Rosy 
Nur Apriyanti, & Vina Fitriani)

www.k-link.co.id 

Regards,
M Tri Agus 
http://agusklink.multiply.com


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke