Macet 

 

Hallooo orang Jakarta ... tolong tunjuk tangan, siapa yang tidak pernah
ketemu kata ini alias macet? Hehehe ... aku yakin sekali, bagi orang
Jakarta, entah yang domisili tetap atau sekadar jalan-jalan atau yang
tersesat alias lost in Jakarta, pasti gerah dan geleng-geleng kepala melihat
ruwet dan hebatnya kemacetan kota Jakarta. Tidak pagi, siang, sore, bahkan
malam hari kemacetan dengan mudah dijumpai di tempat-tempat tertentu.

Macet sudah seperti makanan sehari-hari ... tinggal tambah bumbu ekstra,
seperti banjir atau jalan berlobang, dijamin deh kemacetan yang ada tambah
nikmat alias panjangggggg. Tahu tempat-tempat strategis untuk bermacet ria?
Nih ... aku coba daftarin, siapa tahu penasaran untuk mencoba mencicipi
lezatnya bermacet ria :)

Tempat pertama adalah dekat pasar tradisional. Hmmm ... tidak percaya? Lihat
saja di pasar Palmerah atau yang dekat rumahku Pasar Mitra daerah Jembatan
Lima, macetnya minta ampun. Pedagang-pedagang yang seenaknya memajang jualan
mereka yang kadang sampai pinggir jalan, yang diperparah dengan para pejual
di kaki lima, plus angkot yang ngetem cari penumpang ... komplit deh
macetnya.

Keadaaan tambah parah kalo lagi malam minggu, kita yang naik kendaraan
benar-benar deh merasakan yang namanya parkir di tengah jalan alias ndak
maju-maju. Kenapa? Karena selain jalanan dipenuhi oleh pedagang kaki lima,
juga karena dikuasai oleh pejalan kaki atau ABG --umumnya kelas tertentu--
yang lagi menghabiskan malam panjang mereka alias pacaran.

Lokasi kedua, jalan yang ada rel kereta apinya. Ini juga salah satu sumber
utama kemacetan di Jakarta. Sekali ada sirene tanda kereta api lewat, yang
kadang-kadang memakan waktu hampir 5-10 menit, dalam sekejap jalan yang
semula lenggang menjadi penuh dengan kendaraan persis orang lagi antri BBM.
Tidak apa-apa sih kalo udah tunggu lama yang lewat kereta api lengkap dengan
rombongannya alias gerbongnya, seringnya yang lewat cuma kepalanya doang
alias lokomotifnya. Sebel khan ...

Selanjutnya perempatan lampu merah yang tidak ada polisinya. Hayooo ...
sering khan lihat orang-orang seenaknya nyelonong aja padahal seharusnya
dari arah mereka lampu sedang merah? Atau jangan-jangan teman-teman salah
satu dari yang sering langgar itu hehehe ... Ndak tahu ini kebiasaan atau
apalah, tapi inilah fakta sesungguhnya: jika melihat arah lain lagi kosong
meskipun arah tersebut masih hijau, hal itu sering dianggap sudah merah
alias arah lain yang merah boleh langsung jalan. Hasilnya, kalau tidak
kecelakaan pasti pada rame-rame ngumpul di tengah perempatan tanpa ada yang
mau ngalah. Selanjutnya ... bisa tebak deh hehehe ...

Tempat lain adalah dekat stasiun atau terminal. Kalau yang satu ini jangan
dibicarakan deh. Coba aja iseng siang-siang lewat stasiun Kota atau
Jatinegara atau Manggarai ... apa yang bisa ditemukan di sana? Yap ...
kemacetan. Kenapa? Karena angkot pada ngetem. So ... sebuah wejangan bijak
singkat dari Om Hendri: kalo tidak terpaksa banget, janganlah pernah
klinteran [jalan-jalan sore] lewat stasiun atau terminal ... kagak seru!!!

Hmm ... daerah yang sedang ada galian kabel, entah gaweannya penguasa air
minum atau komunikasi atau listrik, juga berpotensi besar menyebabkan macet.
Perbaikan jalan atau penambahan sarana lalu lintas juga punya andil. Tidak
percaya? Tanya saja pengguna jalan yang kebagian jatah pembangunan fly over
atau underpass atau yang sekarang lagi gencar-gencar digalakkan pemprov DKI:
jalur busway. Siap-siap aja sediain kantong plastik untuk pipis kala
terjebak macet hehehe ...

Masih adakah tempat lain? Kayaknya masih yah. Misalnya dekat pusat
perbelanjaan modern alias mal, daerah perkantoran, dekat sekolahan atau
kampus, jalan alternatif alias jalan tikus, jalan yang kebetulan ada mobil
mogok, dan satu lagi yang harus dicatat jelas: JALAN TOL :)) *ndak habis
pikir aku, kok jalan tol bisa macet juga hahaha*

* * *

Kalau iseng mau melontarkan sebuah pertanyaan, siapa sih yang punya andil
paling besar dalam menciptakan kemacetan di kota tercinta ini? Mungkin
jawabannya berbeda-beda yah. Semuanya tergantung penuh sama kepentingan
masing-masing. Maksudnya?

Gini ... Kalau kita tanyakan sama pemilik kendaraan pribadi, maka mereka
akan menjawab karena jumlah kendaraan roda dua alias motor yang sudah
terlalu banyak. Sebaliknya kalau kita tanyakan sama pengendara motor, mereka
akan menyalahkan angkot yang secara sembarangan dan seenaknya berhenti,
entah sekadar ngetem atau menaik-turunkan penumpang.

Demikian juga kalau ditanya sama sopir angkot, mereka akan berdalih kalau
tidak begitu maka para penumpang yang akan protes, bukankah selama ini
pengguna jasa angkot juga seenaknya naik dan turun semau mereka? Trus kalo
kita tanya pada pengguna angkot, maka dengan dikit sinis mereka akan
menuding jumlah kendaraan pribadi yang terlalu banyak.

Jadi manakah yang benar dan manakah yang salah? Aku tidak tahuuuu ... yang
jelas perdebatan ini sudah seperti lingkaran setan yang tidak ketahuan mana
ujung mana pangkalnya. Yang jelas ketahuan adalah: JAKARTA MAKIN HARI MAKIN
MACET ...

* * *

Waktu pertama kali aku ke Jakarta, saat itu sore-sore di sebuah wiken, aku
jalan-jalan keliling kota Jakarta. Ruteku saat itu sepanjang Hayam Wuruk
sampai perempatan Harmoni belok ke Juanda, belok lagi ke Gunung Sahari
hingga tembus Mangga Dua. Pikiranku saat itu membatin, Jakarta memang kota
yang hebat. Jalannya panjang, besar dan lebar. Beda dengan kampungku yang
sempit alias cuma ada 2 jalur.

Sempat heran juga aku, kok jalan segitu lebar bisa macet juga? Dan setelah
'menjajah' Jakarta selama hampir 4 tahun, baru aku mangut-mangut alias
ngerti, kenapa Jakarta bisa macet seperti ini. Ternyata oh ternyata ...

Btw, ada juga saatnya Jakarta bisa bernafas lega alias tidak macet. Saking
sepinya, kita bisa berkemah di sepanjang jalan Sudirman Thamrin. Tahukah
teman-teman kapankah saat yang berbahagia itu :)

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke