Republik Suporter Sepakbola

“Sepakbola merupakan salah satu aktivitas yang paling
mampu mempersatukan umat manusia,” demikian pendapat
Nelson Mandela. Di tengah mabuk dan demam Piala Dunia
2006 saat ini, tentulah pendapat pejuang kemanusiaan
asal Afrika Selatan yang sering berpakaian batik itu
tentu tak bisa dipungkiri kebenarannya.

Tetapi di Indonesia, muncul gambar lain. Setiap kali
mengamati siaran langsung pertandingan sepakbola lokal
melalui televisi, saya mencatat spanduk-spanduk
suporter sepakbola yang “memproklamasikan” kelompok
mereka dengan sebutan republik. Hitung saja berapa
banyak “negara suporter” yang mendukung timnya di
divisi utama, divisi satu dan dua, yang ada di negara
kesatuan RI ini.

Memproklamasikan kelompok suporternya dengan sebutan
semacam itu mungkin bermaksud sebagai lelucon. Tetapi
mungkin juga tidak. Apalagi bila dikaitkan dengan
militansi buta kelompok-kelompok suporter di Tanah Air
selama ini, terutama fenomena tawuran antarmereka,
yang selalu merambah fihak-fihak lain di luar stadion
pertandingan. Baik sebagai pelaku kerusuhan atau pun
sebagai korban. Betapa mengerikan bahwa tawuran
antarmereka kini telah diberi label baru, ibaratnya
sebagai perang antar negara !

Fenomena maraknya label republik suporter dan
potensinya yang semakin memicu sengitnya perang
antarmereka, mengingatkan saya akan tesisnya Nicholas
Negroponte tentang negara bangsa. Menurutnya, negara
bangsa itu ibarat kapur barus, dari benda padat yang
segera tergerus habis menjadi gas. Timor Leste yang
kecil itu saja kini terbelah menjadi dua.

Lalu, bagaimana Indonesia kita ? Terserah kita.
Melalui sepakbola kita bisa meneladani ucapan Nelson
Mandela atau melalui sepakbola pula bisa kita tanamkan
embrio militansi sampai fanatisme buta sehingga mampu
menjurus kepada terpecah-belahnya bangsa ini pula.


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke