MALANG ATAU BERUNTUNG? AKU TIDAK TAHU...
 
Dari tetangga... lumayan untuk renungan ci yeee...


------------------------------------------------------------------------
----------

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan

seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang

sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak

seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu2 nya tersebut

menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

 

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: "Wahai Pak

tani, sungguh malang nasibmu!".

 

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ..."

 

Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya,

dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang

tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah

perkasa. Orang2 dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni

"koleksi" kuda2 yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang2

kuda segera menawar kuda2 tersebut dengan harga tinggi, untuk

dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak,

dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.

 

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak

tani, sungguh beruntung nasibmu!".

 

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ..."

 

Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha

menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat,

sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.

 

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak

tani, sungguh malang nasibmu!".

 

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ..."

 

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah

kaki nya. Perlu waktu lama hingga tulang nya yang patah akan baik

kembali. Keesokan hari nya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa

itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan

raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda

pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun

tidak harus berperang karena dia cacat.

 

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya

bertempur, dan berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".

 

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ..."

 

Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut:

non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk

memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara.

Apa2 yang kita sebut hari ini sebagai "kesialan", barangkali di masa

depan baru ketahuan adalah jalan menuju "keberuntungan" . Maka orang2

seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk "menghakimi" kejadian dengan

label2 "beruntung", "sial", dan sebagainya.

 

Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak

tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat

perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu "kesialan", manakala ternyata

status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya

untuk menjadi boss besar di perusahaan lain.

 

Maka berhentilah menghakimi apa -apa yang terjadi hari ini, kejadian

-kejadian PHK , Paket Hengkang , Mutasi tugas dan apapun namanya . . 

.

.yang selama ini kita sebut dengan "kesialan" , "musibah " dll ,

karena .. sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik

peristiwa itu (di).

 

"Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan

kemampuan kita. Kapal hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di

dermaga saja."



[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to