Koran Tempo Kamis, 07 Juni 2007 Gaya Hidup Kikis Lemak Setelah Makan
Berolahraga lebih tepat dilakukan setelah makan, bukan sebaliknya. Desi tampak gelisah di meja kerjanya. Sembari menengok ke kanan dan kiri, ia kemudian secara sembunyi-sembunyi mengeluarkan sebungkus kudapan dari laci mejanya. Hmmm... sedap. Bila seorang rekan kerjanya menegur, ia menjawab dengan roman seperti orang yang tertangkap basah melakukan sebuah kesalahan. "Sehabis olahraga tadi pagi, perutku keroncongan terus," ujarnya. Apa yang dialami Desi jamak terjadi di sekitar kita. Maksud hati ingin menurunkan berat badan dengan berolahraga, justru rasa lapar semakin menggelora setelah melakukan aktivitas tersebut. Hal ini muncul karena sebelum berolahraga, kebanyakan orang belum makan. Seharusnya, menurut para ilmuwan, olahraga yang tepat justru dilakukan setelah makan. Kesimpulan itu telah dibuktikan melalui penelitian tim dari Surrey University dan Imperial College London, Inggris. Mereka menemukan bahwa orang-orang yang berolahraga setengah jam setelah makan justru membakar lemak lebih banyak ketimbang mereka yang duduk-duduk saja setelah makan. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Endocrinology ini juga menemukan bahwa meski orang-orang yang berolahraga tersebut kembali makan setelah melakukan latihan dan asupannya dalam kalori yang lebih besar ketimbang mereka yang tak beraktivitas, total kalori yang dibakar tetap lebih banyak. "Di masa silam, kami memperhatikan bahwa meski berolahraga memang membakar energi, orang cenderung kelaparan sesudahnya. Hal ini tentu saja mengurangi efek penurunan berat badan yang diharapkan. Tapi penelitian kami menunjukkan bahwa berolahraga setelah makan justru dapat membantu program penurunan berat badan serta kesehatan jangka panjang," ungkap ketua peneliti, Dr Denise Robertson. Kunci penelitian ini terletak pada hormon PYY, GLP-1, dan PP, yang dihasilkan oleh otak pada saat ataupun sesudah berolahraga. Hormon-hormon tersebut berfungsi mengingatkan otak kapan perut terasa kenyang. Nah, yang menarik, hormon ini baru bekerja dengan baik manakala perut telah diisi terlebih dulu sebelum berolahraga. Dengan demikian, setelah berolahraga, bukannya merasa kenyang, orang-orang justru akan merasa tidak terlalu lapar hingga waktu makan selanjutnya. Hasil penelitian ini disambut baik banyak pihak. Seperti diungkapkan Direktur Medik Yayasan Weight Concern, Inggris, Dr Ian Campbell, bahwa pasien yang ia tangani banyak mengeluhkan hal serupa. "Mereka justru merasa sangat lapar sesudah berolahraga sehingga makan lebih banyak setelah itu," ia menuturkan. Berdasarkan penelitian ini, kata dia, terbukti bahwa walaupun total pemasukan kalori justru semakin besar, dengan adanya olahraga di antara makan, total energi yang dibakar pun lebih besar. Diet, kata Campbell, memang bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Peningkatan aktivitas fisik juga menjadi salah satu bagian paling penting dalam program penurunan berat badan. "Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa olahraga tak hanya berfungsi membakar kalori, tapi juga mengelola nafsu makan," ia menambahkan. Dr John McAvoy asal Inggris, yang berkecimpung dalam penanganan obesitas, menilai hasil penelitian ini memberikan kontribusi besar agar orang memahami mekanisme kompleks dari penyeimbangan energi dalam tubuh. "Memang masyarakat akan merasa aneh dengan pola olahraga setelah makan. Bagi kebanyakan orang, tindakan ini malah memicu rasa sakit pada perut, bahkan juga rasa mual," paparnya. Tapi manfaatnya tentu tak membuat mual! SITA PLANASARI | PELBAGAI SUMBER H E R M A N http://serunai.blogspot.com