Dear milist IKS,
   
  Saya sih setuju dengan larangan ini, walaupun sebenarnya menyakitkan. Apa 
boleh buat saya sudah sering dirugikan dengan pelayanan maskapai penerbangan 
kita. Dengan begini barulah para pelaku penerbangan kita sadar betapa 
keselamatan penerbangan itu adalah suatu hal yang wajib dijaga, tidak seperti 
selama ini. Semoga dengan Travel Warning ini menjadikan pemerintah dan para 
pelaku penerbangan bertindak lebih baik demi keselamatan penumpang, tidak hanya 
memikirkan keuntungan semata.
   
  Salam,
   
  Huda Mahardika 

FreeThinker <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          mungkin sedikit keluar dari Topic tp hubungannya lebih mengarah ke 
Maskapai penerbangannya, dulu Garuda Indonesia Airways terbang jalur 
Amsterdam,Tapi image Garuda sendiri jelek di mata orang2 Indonesia kebanyakan, 
mereka rata2 bilang pramugari Garuda pilih pulih dalam pelayanan melayani 
passangers, kalau bule pasti di layanin bener2 super, coba kalo lokalan ? ini 
yang saya denger dari beberapa orang, saya sendiri jujur belum pernah naik 
Garuda setiap kali ke Indonesia dulu jaman Garuda masih line Eropa, lebih baik 
naik KLM atau Singapore Airlines yg mutu pelayanannya jauh lebih baik dan ramah 
!
Lagipula di mata Eropa khususnya Belanda sudah jatuh Image'nya dengan adanya 
peristiwa
kematian Alm Munir dan adanya juga kaitan mengenai drugs selundupan yg pernah 
di ramaikan dulu antara Zarima dan cabin crew garuda yg terlibat !

Larangan Maskapai Indonesia ke Eropa 
Bisa Pengaruhi Pariwisata Indonesia

Jakarta-RoL--Larangan terbang bagi 51 maskapai penerbangan Indonesia diwilayah 
negara-negara Uni Eropa karena alasan keselamatan dapat mempengaruhi tingkat 
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. 

"Saat ini memang belum ada pengaruhnya, karena pesawat kita tidak ada yang 
terbang kesana, tapi lama kelamaan orang Eropa akan khawatir dan enggan datang 
ke Indonesia karena citra penerbangan kita tidak aman," kata Direktur Pemasaran 
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) Thamrin B Bachri yang 
dihubungi Antara di Jakarta, Jumat malam. 

Bila orang Eropa sudah enggan datang ke Indonesia, lanjut Thamrin, maka akan 
dapat menurunkan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia yang berkisar 600 ribu 
sampai 800 ribu orang wisman per tahunnya. 

"Eropa daerah pemasaran yang cukup penting karena Eropa termasuk Eropa Timur 
dan sebagainya sudah menghasilkan antara 600 ribu sampai 800 ribu jumlah 
wisatawan dari seluruh Eropa termasuk Eropa Timur per tahun," lanjut Thamrin. 

Dia mengatakan bila satu orang bisa membelanjakan 1.000 dolar Amerika untuk
berpariwisata di Indonesia, maka dari 600 ribu sampai 800 ribu wisman Eropa
menghasilkan devisa sekitar 800 juta dolar Amerika. 

Informasi cepat

Untuk mengantisipasi kemungkinan turunnya jumlah wisman Eropa ke Indonesia
terkait larangan terbang maskapai Indonesia, Thamrin mengatakan Indonesia
harus memberikan informasi secepatnya mengenai kondisi maskapai penerbangan
dan moda transportasi Indonesia. 

"Yang harus kita lakukan secara cepat adalah memberikan informasi mengenai
upaya-upaya kita meningkatkan kualitas maskapai penerbangan kita," kata 
Thamrin. 

Sedangkan pihaknya, lanjut Direktur Pemasaran Depbudpar itu, akan tetap
terus melakukan promosi pariwisata di pasar-pasar potensial Indonesia di
luar negeri, termasuk di Eropa. 

"Promosi akan tetap jalan terus, tidak pernah berhenti, apalagi kalau ada
peristiwa seperti ini, kalau kita berhenti promosi, maka akan habis
pariwisata kita. Kita akan terus berpromosi mencitrakan negara kita yang
aman dan nyaman untuk dikunjungi," tegas Thamrin. 

Thamrin menambahkan Depbudpar menargetkan jumlah kunjungan wisatawan Eropa
seperti dari Jerman, Inggris, Italia dan Belanda termasuk negara Eropa Timur
seperti Rusia akan mencapai satu juta wisman sampai 2008 mendatang.
antara/pur
++++

http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=298376

Jumat, 29 Juni 2007 20:33:00

Larangan yang Dikeluarkan UE tidak Pengaruhi Maskapai Indonesia

Medan-RoL-- Larangan yang dikeluarkan komite ahli Uni Eropa (UE) terhadap
maskapai Indonesia melintasi wilayah negara-negara UE dinilai tidak memiliki
dampak secara langsung bagi dunia penerbangan tanah air.
Tidak berpengaruhnya larangan itu karena hingga kini belum ada satupun
maskapai tanah air yang menuju langsung ke negara Eropa, kata Presiden
Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia (ASITA), Ben Sukma, kepada ANTARA di
Medan, Jumat.

Seperti diberitakan sebelumnya, Komite ahli UE menempatkan semua atau 51
maskapai penerbangan Indonesia masuk dalam daftar hitam atau maskapai yang
dilarang terbang di wilayah UE karena alasan keselamatan.

Sukma mengatakan, larangan itu akan memiliki dampak jika Indonesia melarang
pesawat dari Eropa terbang lansung ke tanah air sebagai balasan dari
larangan yang dikeluarkan itu.

Sedangkan kekhawatiran warga Eropa di tanah air yang terpengaruh dengan
larangan yang mengakibatkan mereka takut menggunakan jasa penerbangan
domestik antar kota di Indonesia sangat kecil sekali kemungkinannya.

Kendati demikian larangan itu hendaknya dijadikan cambuk bagi regulator
penerbangan atau Departemen Perhubungan, karena selama ini terlalu longgar
dalam melakukan pengawasan.

"Regulator kita selama ini terlalu longgar bahkan sampai memberi waktu
beberapa bulan untuk memperbaiki kinerja suatu maskapai, padahal yang
menyangkut keselamatan dalam penerbangan tidak ada toleransi," katanya.
antara

Kirim email ke