Selamat mensyukuri Hari Pernikahan yang ke 41 buat Bapak Darwin dan Ibu Kur.
Pola dan tatanan hidup berkeluarga, bermasyarakat dan beragama seperti ini sudah sangat sulit ditemui saat ini. Setelah Lima Windu Plus Satu Ditulis oleh : Darwin Bahar - [EMAIL PROTECTED] "Jadi sekarang nak Darwin suami siapa?" tanya Pak Penghulu selesai ijab Kabul. "Suami saya," jawab Kur mantap Kalender di dinding saat itu menunjukkan tanggal 30 bulan Juni tahun 1966. Dan jam di dinding baru saja berdentang lima kali. Kur ketika itu baru tiga bulan lewat 17 tahun, dan saya dua bulan lagi genap 23 tahun. Ada ungkapan Minang, "nyawa serasa tidak di badan", itulah yang saya rasakan ketika itu. Ya, seperti umumnya mempelai pria saya rasa, nyawa saya berada di saat-saat yang saya bayangkan ketika menghitung hari. Tetapi apa hendak dikata, perkara yang saya kira mudah, karena ketololan saya ternyata "susah", sehingga "malam pengantin" berubah menjadi "pekan pengantin" :D Sudah tidak terhitung kalender di dinding dirobek dan diganti, hari ini kembali kembali menunjukkan tanggal 30 bulan Juni, tetapi tahunnya sudah 2007, artinya sudah lima windu plus satu tahun kami berdua "sekasur seselimut", dalam arti maknawiyah maupun harafiyah. Walaupun kami dari dulu hidup tidak pernah berlebihan, dan sampai saat ini masih tinggal di rumah Perumnas tipe 42 di atas tanah seluas 115 meter persegi yang sudah diperluas sedikit di sana sini, yang jauh dari mewah------dan tanpa bermaksud mendahului takdir atau menyombongkan diri---sukar bagi saya mencari lobang untuk mengatakan bahwa bahwa perkawinan kami yang sudah memberi kami 5 orang anak dan 4 orang cucu bukan keluarga yang bahagia. Dan tentu saja itu dicapai dengan jatuh bangun dan bayak belajar dari kesalahan dan kekeliruan, bahkan sampai hari ini dan sepanjang hayat kami. Banyak penyebab atau resep disampaikan orang bijak dan para pakar agar rumah tangga bahagia, termasuk kesesuaian horoskop. Semuanya benar, walaupun akhirnya tidak akan terlepas dari komitmen, kesadaran bahwa pasangan kita, sebagaimana diri kita sendiri bukan malaikat. Menyadari kekurangan diri dan memperbaikannya harus lebih didahulukan bersamaan dengan lebih memperhatikan kebaikan pasangan hidup, serta selalu memelihara komunikasi. Anak-anak harus dibiarkan menjadi diri mereka sendiri, membiarkan mereka jatuh dan berbuat kesalahan dan memperbaiki diri mereka dengan cara mereka sendiri, selalu mendukung, memberikan arahan dan menunjukkan cinta kita kepada mereka. Kedua anak gadis kami kadang-kadang ingin tidur dekat mama mereka, dan saya mengalah dengan menggelar kasur di bawah. Saya selalu berusaha untuk memelihara hubungan dengan tetangga dan mendidik keluarga saya sesuai dengan nilai-nilai Islam yang saya pahami, dengan menghindarkan diri dari sikap yang merasa lebih baik dari penganut agama lain atau sesama muslim dari mahzab yang berbeda, utamanya Syiah dan Ahmadiyah. Dan dalam hal-hal yang saya anggap prinsip saya siap melawan arus. Di lingkungan tempat tinggal saya, tetangga dan kenalan kami selalu menyapa kami dengan Pak Haji dan Bu Haji. Beberapa orang tetangga kalau bersalaman malah ada yang berusaha mencium tangan saya, yang membuat saya sangat risih. Sekitar hari Natal tahun lalu anak kami nomor empat Meila masuk rumah lalu berucap: "Subhanallah!-" "Kenapa sayang?" tanya saya. "Neng, tadi lupa mengucapkan Selamat Natal sama mbak Netty," ujarnya dengan wajah menyesal. Netty adalah putri keluarga Sormen yang terpisah tiga rumah dari rumah kami. Jawaban yang membuat perasaan saya lapang karena Meila sudah melakukan apa yang saya tanamkan untuk memulyakan tetangga, tanpa memandang ras dan agama. Kalender di dinding masih dirobek dan diganti. Tentu saja saya tidak tahu pasti, apakah 30 Juni tahun depan saya masih bersama Kur, atau Kur masih akan bersama saya, atau bahkan kami berdua sudah berada di tempat peristirahatan yang terakhir. Yang pasti adalah alangkah tidak mudah bagi saya untuk hidup tanpa Kur . Yang pasti, semua itu merupakan keniscayaan Tetapi kami berdua selalu berkeinginan dan berdoa, agar kami bisa bertemu dan berkumpul kembali di alam sana. Dan kami percaya bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang akan mengabulkannya. Depok, 30 Juni 2007 Wassalam, Darwin [lm: Happy Wedding Anniversary, Pak. Semoga tetap bahagia sampai pernikahan emas] [