fyi aja...

Alhamdulillah....Kita masih bersyukur bisa mandi 2 sampai 3 kali....
Nyuci motor semau-maunya...nyuci mobil semau-maunya.....

Sebelum terlambat...

Mari Kita syukuri karunia Tuhan ini dengan sebaik-baiknya dengan cara 
menggunakannya sebijak-bijaknya.

Seandainya saja seperti ini..................

Ndak bisa membayangkan seperti apa Jabodetabek

Om Gen...mohon maaf tulisannya saya kutip ke milis tanpa minta ijin 
dulu....semata-mata buat pembelajaran bersama siapa tahu bermanfaat

salam prihatin,
bapakeghozan


Krisis Air
Friday, June 15, 2007


Assalamu'alaikum wr.wb.,


Hari ini saya telfon orang tua di Australia karena Bapak saya ulang tahun. Di 
kota Brisbane sedang krisis air. Selama 5 tahun terakhir ini, hujan hanya 
sedikit, dan jauh di bawah jatah yang biasa. Waduk di sana habis airnya. Ada 
waduk dekat rumah orang tua di Brisbane utara, dan sekarang tinggal 15% dari 
kapasitas totalnya. Pemda Brisbane sudah mengeluarkan banyak Perda baru untuk 
mengatasi krisis ini. Yang terbaru: orang hanya boleh mandi (shower) selama 4 
minit. Dan Pemda membagikan jam pasir gratis sehingga warga bisa mengukur 
waktunya. Setiap sekian minggu ada petugas Pemda yang datang untuk memeriksa 
meter air di depan rumah (di sana semua orang pakai PAM).


Orang dilarang mencucui mobil kecuali dia menggunakan air bekas. Jadi banyak 
orang malah tidak pernah mencuci mobil.

Dan warga disuruh mandi dengan berdiri di dalam ember besar untuk menangkap air 
bekasnya. Air itu kemudian dituangkan ke bunga di depan rumah (kalau masih ada 
yang hidup) karena rumput dan bunga dilarang disiram pakai selang (air PAM). 
Hanya boleh dengan air bekas.


Bagi yang punya kolam renang, tidak boleh diisi dengan air PAM. Harus pesan 
truk tangki air yang akan antarkan air ke rumah. (Saya tidak diberitahu air itu 
dari mana: bekas dari industri barangkali). Dan kalau air di kolam renang surut 
karena menguap, tetap tidak boleh ditambahkan dengan PAM. Harus membuat bak air 
sendiri yang bisa menangkap air hujan dari atap rumah (walaupun air hujan 
sedikit), atau biarkan kolam renang setengah kosong.


Betapa nikmatnya tinggal di Indonesia ya? Ibu sering suruh saya pulang dan 
tinggal di Australia lagi. Sekarang saya malah mengajak orang tua pindah ke 
sini. biar bisa mandi!! Hahahaha. Kasihan deh lhu.


Krisis ini melanda seluruh Australia, tetapi masalahnya berbeda di setiap kota, 
tergantung persediaan air yang ada. Industri perkebunan di Australia selatan 
bakalan hancur sejak Perdana Menteri memutuskan untuk menghentikan persediaan 
air buat perkebunan dan industri lainnya. Katanya biar air yang masih tersisa 
di sungai bisa disalurkan ke kota Sydney.


Enakan di sini ya? Saya berfikir, kalau banjir lagi tahun depan, gubernur baru 
bisa mengekspor air banjir itu ke Australia. Siapa tahu mereka mau beli. Haha.

Ketika anda mandi nanti, jangan lupa bersyukur kepada Allah swt. yang Maha 
Kuasa atas persediaan air di dunia ini. 


Wassalamu'alaikum wr.wb.,

sumber: http://genenetto.blogspot.com/2007/06/krisis-air.html



Diambang Krisis Air Sehat 

Akses air bersih baru dimiliki 40 persen warga kelas menengah di perkotaan 


Air merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mengkonsumsi 
air layak minum merupakan syarat mutlak seorang manusia bisa melanjutkan hidup. 
Tapi, pernahkah terpikirkan bahwa kita akan kesulitan bisa mendapatkan air 
bersih dan air layak minum? Air bersih dan air layak minum merupakan dua hal 
yang berbeda. Tidak semua air bersih layak untuk diminum. Tapi, air yang layak 
minum bisa dipastikan merupakan air bersih. 

Mendapatkan air bersih di kota besar bukan hal mudah. Sebagian besar sumber air 
telah terkontaminasi bakteri. Sedangkan, masyarakat miskin hanya mampu 
menggunakan air sungai yang kotor dan berbau. Buruknya kondisi air di kota 
besar dibuktikan dari hasil penelitian Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), pada 
2004. Aktivis Walhi, Dinar Rani Setiawan, menyebut pemantauan terhadap 48 sumur 
di Jakarta menunjukkan, hampir sebagian besar telah mengandung bakteri coliform 
dan fecal coli. Persentase sumur yang telah melebihi baku mutu untuk parameter 
Coliform di seluruh Jakarta cukup tinggi, yaitu 63 persen pada bulan Juni dan 
67 persen pada bulan Oktober. 

Selain bakteri Coliform, kandungan besi (Fe) di sejumlah sumur (27 persen) juga 
melebihi baku mutu. Pada Oktober persentasenya naik lagi jadi 33 persen. Untuk 
parameter detergen (MBAS), persentase jumlah sumur yang melebihi baku mutu di 
DKI Jakarta sebesar 29 persen, pada Juni dan meningkat menjadi 46 persen pada 
Oktober 2004. Selain itu, berdasar laporan perkembangan pencapaian MDG 
Indonesia, pada Februari 2004, disebutkan, hampir 80 persen masyarakat 
Indonesia menggunakan sumber air yang kemungkinan besar telah terkontaminasi 
oleh bakteri. Hal ini disebabkan lokasi sumber air tidak memperhitungkan jarak 
dari tempat pembuangan tinja. 

Sejauh ini, ada pandangan bahwa air perpipaan dianggap masih belum terlalu 
parah terkontaminasi. Sayangnya, hanya sekitar 40 persen rumah tangga yang 
mendapat suplai dari PDAM. Ini pun didominasi masyarakat kelas menengah ke 
atas, serta tinggal di wilayah perkotaan. Di daerah pedesaan, PDAM hanya 
melayani sekitar 10 persen saja. Padahal, kualitas air PDAM juga belum memenuhi 
standar kualitas air minum. Jaringan perpipaan yang kurang baik mengakibatkan 
air PDAM juga telah terkontaminasi bakteri dan kotoran.

Menurunnya kualitas air tanah di perkotaan tidak lepas dari belum baiknya aspek 
sanitasi. Laporan perkembangan pencapaian MDG Indonesia, pada Februari 2004, 
menyebutkan akses ke fasilitas sanitasi dasar yang dimiliki masyarakat 
Indonesia hanya 64 persen. Data inipun tidak mengindikasikan kepemilikan, 
melainkan hanya menggambarkan penggunaan fasilitas umum maupun pribadi. Selain 
itu, data tidak menjelaskan kondisi fasilitas sanitasi. Apa masih dalam kondisi 
baik atau buruk. 

Sebagian besar fasilitas sanitasi belum dilengkapi pengolahan yang memadai, 
untuk mencegah tercemarnya air tanah. Semestinya sanitasi tidak sekedar sarana 
melepas hajat. Fasilitas sanitasi yang baik dan aman harus melibatkan upaya 
drainase, pengumpulan tinja, maupun pembuangan dan pengelolaan dengan teknis 
tertentu.

Menurut Walhi, pada 2004, hanya 400 dari sekitar 4 ribu industri di Jakarta 
yang mengelola limbahnya. Selain itu, tidak ada sistem sanitasi di Jakarta, 
yang membuat air limbah seluruhnya dibuang ke sungai. Hanya sekitar 2 persen 
air limbah di Jakarta mengalir ke instalasi pengolah air limbah, yang umumnya 
hanya melayani gedung perkantoran dan sejumlah perumahan. 

Sekitar 39 persen warga Jakarta memiliki septic tank, dan 20 persen menggunakan 
lubang WC biasa (pit latrines). Investasi pemerintah dalah hal sanitasi juga 
minim. Catatan World Bank, Water and Sanitation Program menyebutkan, hingga 
2006, investasi yang diberikan pemerintah hanya Rp 200 /orang/tahun. Padahal 
jika investasi untuk infrastruktur sanitasi sebesar Rp 51.254/orang/tahun, 
diperkirakan akan mengurangi biaya kesehatan antar 6-19 persen. Termasuk biaya 
pengobatan sebesar 2-5 persen.

Kondisi air dan sanitasi yang buruk, berdasar pengukuran Disability Adjusted 
Life Years (DALY), menyumbang 5,7 persen dari total beban penyakit. Diare yang 
disebabkan buruknya kndisi air dan sanitasi, menjadi penyebab kematian yang 
cukup besar. 

Catatan WHO 2001, menyebut kematian di seluruh dunia mencapai 2,1 juta. Dari 
jumlah itu, 90 persen di antaranya adalah anak-anak. Dengan adanya gejala 
pemanasan global, krisis air sehat kemungkinan akan bertambah parah. Tidak 
sekadar kualitas air yang sudah tercemar bakteri dan kotoran, kemarau panjang 
diperkirakan akan mengancam sejumlah wilayah Indonesia. Laporan kelompok kerja 
II dibawah IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menyebutkan 
Indonesia akan mengalami penurunan curah hujan di kawasan selatan. 

Artinya wilayah Jawa, Sumatra, diperkirakan akan mengalami musim kemarau yang 
panjang. Dengan kondisi saat ini, perlu dicarikan solusi terbaik agar kualitas 
air tetap bisa terjaga dengan baik. Kesadaran akan makin minimnya air sehat 
selayaknya menjadi perhatian semua pihak. Langkah yang dibutuhkan sekarang 
bukan lagi kampanye tapi harus ada kebijakan yang sungguh-sungguh soal 
pengelolaan air, limbah, dan sanitasi. dwo/berbagai sumber

Fakta Angka

Rp 51.254
biaya investasi infrastruktur sanitasi per orang per tahun.

sumber: http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=298012&kat_id=13




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke