Pola Makan Anak Adopsi Kebiasaan Orangtua 

Pola makan teratur dengan gizi seimbang menunjang stamina dan kesehatan tubuh. 
Terutama bagi anak-anak, kebiasaan ini mendukung pertumbuhan fisik dan mental. 
Membiasakan anak memiliki pola makan sehat bukanlah perkara mudah. 
Banyak terdengar keluhan para orangtua mengenai kebiasaan makan anak-anaknya 
yang kurang baik, seperti menolak makan nasi lengkap dengan lauk pauk,  hanya 
memilih makanan manis atau menolak makan sama sekali dengan berbagai alasan. 

Tentu saja, itu membuat orangtua khawatir dengan perkembangan sang buah hati. 
Ternyata salah satu kunci keberhasilan membiasakan anak memiliki 
pola makan sehat terletak pada orangtua. Ciri khas anak yang belajar 
dengan mengadopsi segala sesuatu yang dilihat dan didengar, 
membuat orangtua menjadi sosok utama bagi mereka. 

Hal itu dibenarkan psikolog dan play therapist Dra Mayke Tedjasputra MSi. 
Menurut staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, anak dan 
lingkungan saling memengaruhi. "Secara psikologi, seseorang mempelajari pola 
makan yang baik itu dari orangtuanya," ujarnya. 

Menurut dia, bila orangtuanya picky eating atau cenderung memilih makanan,maka 
akan menurun pada anak."Makanan yang dimakan orangtua dapat menjadi
contoh. 

Misalnya, ibu yang tidak suka ikan karena bau. Maka anaknya akan cenderung 
mengikuti tidak suka ikan," ujar Mayke pada kampanye bertajuk "Bekal Cinta Blue 
Band untuk Anak Bangsa"  di Jakarta, baru-baru ini. 

Sebaliknya, Mayke mengaku memiliki klien yang ayahnya hanya suka makan ikan.
Karena itu,sang anak pun hanya mau makan ikan. "Jadi, orangtua adalah role
model. Anak belajar sosial terutama dari orangtuanya,"  tegas Mayke. 

Demikian pula mengenai tata krama di meja makan. Anak cenderung akan
mengikuti kebiasaan orangtua. Karenanya, lanjut Mayke, sejak anak berusia 9
bulan sebenarnya anak sudah bisa diperkenalkan untuk makan sendiri di meja
makan. "Belajar makan sendiri juga menjadi proses pembelajaran pemahaman
mengenai makan yang benar," katanya. 

Ketika sudah mulai duduk, lanjutnya, ajarkan untuk duduk di meja makan. Pada
usia 9 bulan, biasanya anak sudah bisa menjumput benda dengan kedua
jarinya,telunjuk dan ibu jari sehingga bisa diajarkan makan sendiri. 

Untuk mempelajari berbagai tekstur dan rasa makanan, tidak jarang anak-anak
ingin merasakan makanan yang dimakan oleh orangtua.Menurut Mayke, hal ini
masih tergolong wajar. "Yang jelas anak bisa belajar makan dengan senang dan
menyenangkan," ucapnya. 

Kemudian, untuk memperkenalkan makanan sehat dan bergizi dapat dilakukan
sejak anak usia balita. Lalu, ketika anak memasuki usia sekolah, maka
pengertian mengenai makanan sehat dan bergizi dapat dikomunikasikan. 

"Mulai diperkenalkan makanan sehat dan bergizi sejak balita, kemudian pada
usia sekolah ajak anak berdialog dan berdiskusi. Memang ada anak yang sangat
mudah pemahamannya, ada yang sulit.Orangtua bisa mengajak anak menemui ahli
gizi, minta menjelaskan kepada anak," tuturnya. 

Sebenarnya, kaitan antara pola makan orangtua dan anak telah dilakukan
penelitian oleh para peneliti dari Pennsylvania State University. Penelitian
yang dilakukan oleh Amy T Galloway PhD, Laura Fiorito RD, Yoonna Lee PhD,
dan Leann L Birch PhD ini mempelajari mengenai kaitan pola makan sekelompok
ibu dan anak perempuannya yang dimuat dalam jurnal American Dietetic
Association. 

Penelitian tersebut dilakukan terhadap 173 anak perempuan berusia 9 tahun
dan ibunya. Penelitian tersebut dilakukan selama dua tahun,dimulai ketika
anak berusia 7 tahun. 

"Ketika anak perempuan berusia 7 tahun, para ibu diharuskan menuliskan
makanan yang dikonsumsinya, termasuk seberapa porsi buah dan sayuran setiap
hari," ujar Amy T Galloway, seorang peneliti. 

Para ibu juga ditanyai mengenai tekanan yang diberikan kepada anak
perempuannya dengan menjawab pertanyaan, apakah anaknya harus makan semua
jenis makanan yang ada di piringnya,serta apabila anak saya berkata tidak
lapar, dia harus tetap makan. 

Kemudian, ketika anak perempuan tersebut berusia 9 tahun, para ibu kembali
ditanya mengenai tipe dan jumlah makanan yang dikonsumsi anaknya setiap
hari. Mereka juga ditanyai, apakah menganggap anaknya sering kali memilih
makanan. Sementara itu, dalam penelitian tersebut sang anak diukur berat badan 
dan kadar lemak. 

"Hasilnya, para ibu yang mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur mengatakan
bahwa mereka tidak memberikan tekanan yang lebih besar untuk anak-anak
perempuan mereka untuk makan. Kemudian, para ibu ini memiliki anak-anak yang
lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah, serta tidak memiliki kebiasaan memilih 
makanan," ujar Amy. 

Sebaliknya, lanjut Amy, anak-anak yang cenderung memilih makanan lebih
sedikit mengonsumsi buah dan sayur. Meskipun, sebagian dari anak perempuan
tersebut juga tidak banyak mengonsumsi makanan kadar gula tinggi dan
berlemak. 

Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa masukan nutrisi yang
diberikan oleh orangtua dapat memengaruhi kebiasaan anak nantinya. Kebiasaan
mengonsumsi buah dan sayur yang cukup pada orangtua dapat mendorong anak
untuk melakukan hal yang sama. (ririn s/sindo/via)

 

Kirim email ke