Hello Budi,

Thursday, September 5, 2002, 6:11:14 AM, you wrote:

BR> di indonesia bagaimana? ada juga, namun tidak sedahsyat di luar
BR> negeri.

nggak juga, ukuran dahsyatnya itu seberapa ? relatif. di kampung saya
yg namanya kerjabakti masih terjadi. solidaritas jaga malam juga ada,
apalagi waktu jamannya isu ninja. walau memang disisi lain banyak org
nggak ada yg peduli dg nasib tki, pengungsi poso. presiden aja cuek.

intinya tdk sama rata. tapi 'jiwa kerja bakti' itu ada & masih kuat.
contoh konkrit lain, org2 yg masih mau bicara di sini. padahal apa yg
mereka dapat ? kadang rasa kesal, ngetop juga enggak. beda dong sama
komentator di tv, langsung terkenal seantero negeri, dibayar lagi.

jadi analogi dg komentator saya tdk setuju.

BR> (yang di indonesia, misalnya ictwatch yang dimotori oleh donny bu
BR> dkk. itu dengan memulung komputer dan memasangnya di polisi/anak
BR> jalanan itu bagus. mengapa kita tidak punya kawan-kawan seperti
BR> ini yang lebih banyak?)

oooh, ada banyak yg semacam itu. bedanya cuman tdk dipublikasikan. di
indonesia ini barangkali terlalu besar & luas, jadi banyak hal baik yg
tdk terekam meskipun nyata terjadi. repotnya lagi kalo sampai ada yg
beranggapan sdh tdk ada lagi ... paling tdk, saya masih bisa melihat &
menikmatinya setiap hari, jadi saya yakin itu ada.

bahkan kalo dibandingkan apa yg dilakukan donny dkk. malah lebih besar
contoh konkrit laskar jihad yg tempo hari domainnya bermasalah, kurang
volunteer gimana mereka itu ? itu yg ekstrim. lainnya banyak. bedanya
dg donny, ia menguasai benar komunikasi massa, sbg mantan wartawan shg
kampanyenya bisa tersosialisasikan leluasa.

yg dilakukan donny sebenarnya hal yg biasa2 saja namun akibat langsung
yg diharapkan justru popularitas, maka jadilah donny selebritis (meski
sejak awal dia emang dah ngetop :). tujuannya agar hal baik menular, &
banyak org terinspirasi melakukan kegiatan serupa.

sayangnya pak budi biasanya tdk suka sama selebritis IT hehehe ...

BR> jadi mau ditanggapi seperti apa supaya tidak dikatakan 'tidak
BR> semestinya'? 

sederhana saja, tempatkanlah sbg kawan, bukan lawan. sehingga nada yg
muncul bukanlah counter tapi fokus ke pembahasan masalah.

BR> saya mencoba mengerti, maksudnya anda ingin jadi admin xyz.id tapi
BR> kok yang dipilih orang lain? atau bagaimana?

sama sekali bukan. kasus .ac.id saja yg dekat. banyak orang mengajukan
diri, namun kemudian bingung. kenapa penentuannya lama ? kemudian ada
pertanyaan yg tdk terjawab, apa kriterianya, kapan hrs mulai bekerja ?
apa yg hrs ditangani dulu. hal2 semacam itu. sederhana, tapi tanggapan
yg muncul alangkah reaktifnya. seperti mau perang saja.

semacam sikap waspada thd intruder, bawaan id-cert kali yah ? jadi by
default ya itu tadi : deny. kesan orang demikian.

BR> apa yang harus dikerjakan? banyak sekali ... tapi mosok harus
BR> saya suapi dan saya eja layaknya seorang anak kecil?

tentu saja tidak, tapi mestinya ada sisdur yg baku kan utk penerimaan
admin baru ? masak tdk ada sama sekali ? kalo nggak ada, bukankah sdh
ada beberapa org yg usul bagaimana kalo dibahas sisdur penerimaan &
pemilihan admin baru. itupun tdk ditanggapi. sudah ada yg ngajak ayuk
ah bikin rame2 ...

jadi tdk ada urusan antara disuapi atau tdk, saya yakin pd akhirnya ya
mereka (admin) akan bekerja sendiri, tapi sebelum itu tetap butuh clue
ibarat masuk ke gedung yg sama sekali belum dikenal. kenalan dulu lah.
tunjukkan mejanya, dokumennya baru setelah itu silahkan bicara : ok u
r on yr own now ...

BR> sampai sekarang belum ada yang mau take a lead dalam bidang itu.

mau saja kalo memang bisa 'dijelentrehkan semacam ini', meskipun ya
tdk sedetail ini yg diinginkan. bukankah sdh ada beberapa yg mulai
mengajukan diri ? itu artinya mereka peduli, bersedia take lead. tapi
ya gimana mau jalan kalo 'hendak ngapain' aja blom tahu.

apalagi baru mau jalan, nanya dikit udah disemprot duluan. ngeri kan.

BR> bisa beda pendapat. jangan dikira kami nggak pernah beda pendapat.

tidak masalah beda pendapat itu, tapi kesan yg kuat dlm menghadapi
perbedaan pendapat itu, org ditempatkan sbg lawan yg sepertinya mau
mengapa2kan IDNIC, bukan sbg partner. itu dirasakan banyak orang,
bukan hanya saya. (di bawah malah dibilang provokator & bandit).

mungkin kebetulan saja saya yg vokal & nggak terlalu peduli dg apa
jadinya kalo dihajar kanan kiri hehehe. lainnya mungkin menganut
'silent is golden', alias ogah konyol, masih perlu 'jaim'. saya sih
ndak perlu jaim, wong bukan siapa2 kok. hajar aja sepuasnya ...

BR> memang jika kita tidak dapat bekerja sama, maka akan menjadi
BR> ngerpoti.

nah, kekhawatiran itulah yg muncul di benak kawan2 di sini. ketika
sudut pandang sudah dirasakan banyak perbedaan, tentunya mereka
cenderung menarik diri & hanya jadi pendengar. tentunya jadi nggak
respon juga ketika ada request to volunteer. komentar saja kagok.

jeleknya, kadang2 ada yg kasak kusuk di belakang :) saya bilang kok
nggak ditumpahkan saja sekalian di milis ? mereka jawab : konyol ntar
mungkin kayak saya sekarang yah :)

BR> lihat komentar saya di atas. apa masih kurang eksplisit?
BR> kalau boleh saya berkata sedikit kasar, do i have to spell it
BR> word by word? (mohon jangan dimasukkan ke hati. this is just a
BR> figure of speech.)

saya sendiri juga sudah habis perkataan buat menjelaskan. andaikan ini
suatu ruang kelas, pak budi dosennya. ada mahasiswa bertanya, kemudian
malah justru merasa dipojokkan dg jawaban2 pak dosen, sehingga memilih
diem daripada melanjutken diskusi & konyol. suatu ketika pak dosen ini
ingin ada volunteer utk mengerjakan tugas, apa daya, semua mahasiswa
terlanjur takut, ngeper, bingung mesti bigimana. ntar tanya, pak saya
mau bantu, apa yg hrs saya kerjakan ? jawabannya : do i have to spell
it word by word ? jadi pilih diam deh. padahal sebenarnya mahasiswa
mana yg nggak mau bantuin pak dosennya yg sdg kerepotan ?

but they don't know how ! mereka berharap diberikan petunjuk tanpa
dimarahi. kalo perlu dirangkul kan. kira2 demikianlah ilustrasinya.

BR> milis IDNIC memang bukan bertujuan untuk mencari popularitas milis.

saya sama sekali tdk berniat mengatakan IDNIC cari popularitas (kalau
ya juga nggak papa toh, supaya domain indonesia makin berkibar). hanya
saja apa salahnya menjadi 'lebih dikenal' sehingga lebih banyak yg
bisa menyumbangkan pikiran. mungkin pak budi tdk menghendaki milis ini
jadi riuh rendah, meski kadang kala pak budi sendiri juga berkata kok
sepi yah ? ini salah satu perbedaan pemikiran kita.

BR> saya belum melihat milis lain (yang berhubungan dengan pengelolaan
BR> kepada komunitas) yang lebih terbuka seperti milis IDNIC ini.

pengelolaan semacam apa ? milis komunitas spt JIS, AWARI, IndoWLI dll.
boleh dibilang juga mengelola komunitas, dg cara yg berbeda. ada juga
administrasi keanggotaan, syarat, kriteria, iuran, pengurus dll. wong
namanya juga organisasi. apa bedanya ? toh semua malah lebih terbuka,
paling tdk menurut saya hehehe ...

BR> bahkan kami para admin turun tangan dengan menjawab pertanyaan2
BR> semacam ini. ada contoh milis lain yang kira-kira mirip?

di milis2 yg saya sebut di atas, petinggi2nya rutin turun gunung. ada
lagi yg lebih konkrit, milis2 id-linux. bahkan juga di IRC, tinggal
skrg yg dimaksud pengelolaan komunitas yg spt apa ? lagipula di sana
sering dikesankan sbg flat organization, nggak ada petinggi, semua
dipandang sama, sangat demokratis.

BR> tidak apa-apa, toh pasti ada pro dan contra-nya. i could live with
BR> that.

saya kira tdk cukup sampai di situ. itu nadanya spt, biarlah spt ini,
wong ini dunia saya sendiri. tentu pak budi bisa hidup dg cara itu.
tapi bagaimana dg harapan kita ? tentunya, suara di luar itu sangat
baik bila mendapatkan perhatian, sehingga di dalam bisa dilakukan
pembenahan agar lebih akomodatif & tdk terkesan arogan. bukannya ini
lembaga publik ? tentunya kesan publik juga hrs diperhitungkan bukan
hanya kesan para pengurus & otoritanya saja.

BR> milis teknispun belum tentu tertarik untuk mendiskusi detail dari
BR> sebuah implementasi jika orang ybs. tidak tertarik kepada
BR> implementasi tersebut.

bagaimana menjadi tertarik bila belum ditawarkan ? bagaimana bisa
merasa pasti orang tdk tertarik ? curiga duluan ? ataukah justru
menyadari bahwa ternyata di luar banyak org yg tdk sepaham dg cara
pikir IDNIC ? banyak org (setelah mencoba memahami lebih dalam) punya
pendapat bahwa IDNIC memang komunitas yg elitis & cenderung membatasi
pergaulan dg komunitas lain, krn perbedaan cara pikir.

padahal di sisi lain, komunitas lain berharap IDNIC bersedia merapat
kan barisan perjuang bersama mereka. tapi, nyatanya menyatukan visi
kok kelihatannya sulit. terutama dg mereka yg bergerak lebih di bawah
dimana artikulasinya lugas, nyaris dummies. contoh konkritnya dibawa
pak budi sendiri di bagian paling bawah (soal VOIP & wirelessLAN).

BR> jika seseorang tertarik dengan implementasi teknis idnic
BR> selayaknya dia ikut milis idnic untuk mengetahui apa sih yang mau
BR> dia ulik.

masuk ke sini saja, sebagian org sdh ogah duluan. dulu saya nggak
ngerti kenapa begitu, lambat laun saya bisa memahami. yg saya ocehkan
sekarang ini sebenarnya adalah cermin keluhan2 terdahulu. terserah pak
budi mau menilai saya bagaimana, yg jelas tdk ada persoalan pribadi.

saya hanya mau, pak budi, pengurus IDNIC, lebih bisa membaca situasi
yg sudah akumulatif sekian lama.

BR> such as? contoh?

ketika ada org bertanya, yg dimasalahkan adalah cara dia bertanya,
bukan pd substansi pertanyaannya. orangnya diserang sampai ogah nanya
lagi (tentunya sampai jangka waktu yg lama juga ogah berperan dlm
bentuk apapun di milis apalagi 'kerja riil IDNIC'). org merasa dibikin
konyol. padahal sebenarnya apa yg ditanyakannya suatu hal yg bagus dan
membuka wacana. jelas niat awal org tersebut tentu ingin berkontribusi
dan terpaksa amputasi di tengah jalan.

sehingga orang beranggapan, oh gitu ya cara IDNIC menutupi kelemahan.
mengapa ? karena terjadi berulang kali. semula org nggak merasa ambil
pusing krn menganggap ini suatu kejadian yg terpisah, kasuistis. tapi
lama2 org melihat, kok jadi semacam pola yah ?

mungkin ini subyektif, tapi mohon dipahami. ini yg dirasakan sebagian
orang, termasuk saya tentunya. kebetulan saja saya yg ngomong.

BR> ok deh. boleh saya tanya, apa yang telah anda lakukan khususnya
BR> yang terkait dengan pengelolaan domain di Indonesia?

pertanyaan ini kepada saya, kalo pengelolaan tentu saja hanya sebatas
omdo, krn saya memang bukan admin atau pengurus. namun upaya bicara di
milis ini kan tujuannya utk meningkatkan pengelolaan domain ID ? kalo
bukan, lantas apa tujuan milis ini ? bukannya ini ruang aspirasi yg
tentu diharapkan utk 'menginjeksi' para admin & pengurus in charge ?

BR> jangan marah ya.  (lihat ilustrasi tentang saya di bawah.)

apa saya terlihat marah ? saya paham ilustrasinya & tdk keberatan di
sebut omdo kalo memang persepsi pak budi, ngomong itu bukan kontribusi
maka sekali lagi kita beda pendapat. nulis butuh waktu & daya pikir.

kalo saya, spt yg sudah saya jelaskan, ngomong itu membangun wacana &
suatu ketika akan menjadi bahan baku yg berharga utk membangun sesuatu
kalo org tdk bicara, bagaimana kita bisa tahu isi otak, perspektif dan
kecerdasan yg dimilikinya ? sekali lagi siapa tahu memang itulah letak
kehebatannya, kemampuan verbal (kayak bung karno misalnya). kita lihat
kalimat beliau sebenarnya biasa saja, juga bung tomo, nggak bombastis,
tapi penekanan artikulasinya sanggup mengharu biru konstituen.

di situ kita bisa melihat, omdo bukanlah pekerjaan yg lebih rendah dr
apa yg dilakukan admin & pengurus. asalkan omdo tadi diarahkan jadi
bener2 konstruktif. jangan diamputasi.

BR> namun saya tidak tertarik kepada hal tersebut.

tdk masalah, toh memang tak ada paksaan. saya hanya mencontohkan spt
yg diminta pak budi sendiri.

BR> sama halnya dengan ketika saya akan ngomong doang kalau saya
BR> berbicara tentang masalah anak jalanan dan komputer (ala
BR> ictwatch), 2.4GHz, *BSD, atau topik-topik yang saya memang hanya
BR> ngomong doang.

padahal ketika pak budi hadir di sana, tdk ada seorangpun memandangnya
sbg omdo, krn semua tahu siapa budi rahardjo, track recordnya. apa yg
disampaikan pasti jadi bahan pemikiran & masukkan. itu berlaku bagi si
anu yg tdk terkenal & gaya bahasanya belepotan, namun yg disampaikan
sangat indah & membuka hati pikiran. apa jadinya dunia ini tanpa ada
org yg bicara ? tentu kegelapan & kebodohan merajalela ...

BR> saya tahu bahwa untuk hal-hal itu saya hanya ngomong doang karena
BR> saya tidak memberikan kontribusi apa-apa.

perbedaan mendasarnya di sini, ngomong bagi saya & banyak org lain itu
termasuk kontribusi. asalkan konsisten & konsekuen bukan bunglon. kalo
ada proyek ijo, ada razia ganti kuning :) lagipula kalo memang diberi
kesempatan / kepercayaan utk melakukan kerja riil, konsisten biasanya
pasti mau, sepanjang ia merasa cukup punya kapabilitas. kalo tak mampu
ya ngaku terus terang, namun tetap berusaha memberi masukkan.

BR> saya nggak boleh marah kalau dikatakan demikian ...

dan sejak awal sebenarnya diantara kami ini tdk ada yg bernada marah
kan ? malahan sebaliknya kita merasa sekarang ini lagi dimarahi ...

BR> seperti saya katakan, dalam milis ini dengan topik ini,
BR> saya tidak tertarik dengan kontribusi anda di komunitas lain.

saya juga tdk menonjolkan, saya sampaikan ini justru karena diminta
oleh pak budi juga kan, lagipula pak budi juga memberikan contoh2 di
milis2 asing yg terus terang mohon maaf saya juga belum pernah tahu.

maklum kan nggak gaul ke mancanegara hehehe ...

BR> tapi jangan marah kalau ditanggapi sebagai hanya ngomong ...

sekali lagi saya pribadi tdk merasa marah apalagi ngamuk. hanya saja
saya perlu meluruskan bahwa titik pandang kita berbeda. pak budi ya
bolehlah punya pendapat kalo ngomong itu bukan kontribusi. sementara
banyak orang di sini berpikir sebaliknya, demikian juga banyak orang
lain di luar.

BR> mengapa harus *satu* pendapat? nampaknya anda masih belum bisa
BR> menerima perbedaan pendapat?

sebenarnya tdk masalah beda pendapat, hanya saja ketika akan bekerja
konkrit, kalo beda pendapat terus, cara siapa yg akan dipakai ? nah,
di sisi ini seringkali IDNIC justru bersikap tdk toleran shg arogan
kesannya. artinya pendapat IDNIC lah yg hrs selalu dipakai. lalu apa
gunanya bertukar pikiran kalo sejak awal sdh dipastikan tdk dipakai.

ya sudah silahkan dikerjaken sendiri. utk apa meminta masukan, jika
kemudian justru dibabat sedemikian rupa apakah memang milis ini ajang
mencari sparring partner buat latihan ?

BR> yah silahkan berpikir kembali. tidak masalah. saya hanya
BR> mengatakan apa adanya saja.

hmmm, yg saya sampaikan juga apa adanya. tanpa pretensi.

BR> btw, ini tidak hanya terjadi di IDNIC lho. saya juga melihat
BR> di komunitas-komunitas lain juga. (termasuk komunitas di darat
BR> yang bukan cyber.)

kenyataan yg sama juga saya alami dg teman2 yg lain :) dlm komunitas
lain tentunya, yg pak budi biasanya tdk tertarik :)

BR> ;-) are you sure di milis lain juga tidak?

ok, lebih lunak, setidaknya nggak 'seseram' milis ini.

BR> nggak masalah. i have no problem with that. boleh saja orang
BR> berpendapat dan berbeda pendapat.

wah, ini titik perbedaan pendapat lagi. kalo pak budi merasa okey tdk
dibantu (tapi di lain waktu mengeluh kurang volunteer), saya justru
merasa : kok sayang yah. mengapa ? krn kalo tdk digarap rame2 kayak
geng hijaunya sampoerna :) tentu IDNIC ini akan makin tdk dinamis kan
sementara tuntutan di luar justru makin berkembang.

atau memang justru itu yg diharapkan ? sedangkan banyak diantara kita
yg sudah terlanjur cinta & bangga dg domain .id kemudian punya harapan
IDNIC setiap waktu akan makin berkembang, bukannya stagnan.

BR> nah, lihatlah kata-kata bersayap yang anda gunakan seperti
BR> misalnya belum apa-apa sudah bilang "kapan mau maju?" ini
BR> kata-kata yang biasa digunakan oleh provokator.

jadi saya dianggap provokator ? padahal pertanyaan 'kapan maju' ini
bukan hanya saya rasakan. apakah pilihan kata2 saya salah sih ? apa
kosa kata 'kapan maju' ini masuk dlm list 'F word' yg haram disebut di
milis IDNIC ?

atau barangkali ini waktunya saya ikutan diam juga lah seperti temen2
yg lain, daripada konyol jadi provokator, sial juga baru ngomong udah
dapat stigma :)

BR> saya sendiri punya pendapat, kapan kita mau maju kalau hanya
BR> ngomong doang. lihatlah isi koran-koran yang isinya hanya omong
BR> doang. banyak orang yang langsung bekerja, memberikan kontribusi
BR> melalui apa yang dapat dia kontribusikan, tanpa mengomentari orang
BR> lain.

banyak orang tergerak bekerja, termotivasi, terinspirasi oleh omongan
orang di media. itu selalu dua sisi mata uang bukan ? tanpa omongan
tsb (baik yg mutu maupun yg ngejunk) memberikan wawasan, mencerdaskan
sehingga kita, masyarakat pandai memilah & memilih. bagaimana kita tau
itu berlian atau kotoran kalo melihatnya saja belum pernah ?

lihat saja sekarang, kalo politikus ngomong nggak ada yg mau denger,
padahal dulu2 disanjung2 dipuja puji & ditunggu komentar2nya ...

gampang saja, kalo omongan saya ini nggak mutu, ngrecoki, pasti nggak
dianggep, apalagi dikoleksi sama orang lain :) ngapain wong sampah. 

bisa jadi japri saya akan kebanjiran caci maki :) syukurlah yg terjadi
justru sebaliknya, beberapa teman mengirimkan japri yg supportif. tapi
mohon maaf deh, saya udah terlanjur dicap provokator. silahken diganti
ken, mungkin memang pendekatan saya kurang pas ...

saya ndak mau niat baik saya justru menjadi kontra produktif di IDNIC.

BR> hanya teori. mungkin suatu saat akan saya ceritakan.)

saya pribadi punya prinsip, sampaikanlah walau hanya satu ayat. yah yg
sepotong itu saya kasihkan juga pd yg membutuhkan. biarlah meski ini
dianggap 'cetek' nggak masalah, yg penting org tersebut jadi bisa buka
wawasan baru2 gara2 secuil omdo yg saya katakan. syukur alhamdulillah.

kalo ternyata ini tong kosong berbunyi nyaring mohon dimaafkan. jangan
didengerin lagi, saya juga malu ... karena memang aslinya bodoh.

BR> komentar saya itu bukan spesifik/khusus untuk IDNIC ataupun
BR> peserta milis ini. namun komentar secara umum melihat situasi di
BR> Indonesia. banyak contohnya:

saya sebenarnya males nanggepi masalah yg melebar ini, tapi ada satu
persepsi yg hrs diluruskan :

BR> - ketika muncul voip, maka banyaklah orang berkomentar dan
BR>   muncul sebagai jagoan/pahlawan dengan mengatasnamakan rakyat.

bagi sebagian org, apa yg dilakukan 'para komentator' itu tindakan
herois. mohon maaf pak, cukup banyak saya ketemu org yg punya cara
pandang demikian : untung negeri ini masih punya org2 pemberani macam
pak a, b, c yg bertekad melawan arogansi kekuasaan & keserakahan
kronisme dlm birokrasi.

itu disosialisasikan di semua saluran sehingga masyarakat paham apa yg
sebenarnya tengah terjadi. masyarakat tdk keberatan kalo bapak2 itu
mencatut nama 'rakyat' yg diwakili. krn mereka memang sungguh berjuang
bukan cari nama (wong pada dasarnya mereka sudah tenar) atau jabatan.

justru banyak org bertanya pd beliau2 yg mengaku pakar, namun setelah
dapat proyek lantas nggak pernah nongol serta selalu menuduh para hero
pembela kebenaran sbg pengacau ? khawatir proyeknya terganggu ?

ini riil pak budi, kalo anda berada di tengah2 org semacam ini pasti
bisa memahami, sebagaimana saya saat ini.

meskipun saya tahu, dlm soal voip ada 2 mainstream gerakan para jagoan
ini, yg pertama punya motif bisnis (bangsa APJII dkk.) sedang yg kedua
motifnya mengembangkan infrastruktur kerakyatan. berbeda, namun visi
keduanya selaras, ingin bangsa ini maju, punya alternatif komunikasi
yg murah & kebebasan utk berusaha scr wajar. yg satu pengen ekonomi
meningkat, yg lain murni edukasi masyarakat. keduanya dibuka pd publik
justru pemerentahnya yg plintat plintut bukan ?

BR> - demikian pula dengan 2.4 GHz, muncul pula orang-orang yang merasa
BR>   bangga (dan bangga mengajurkan) kalau memfilter go.id, menghack
BR>   web orang-orang (termasuk web-web di kampus-kampus) dan merasa
BR>   sebagai pahlawan.

pak budi, utk kasus ini saya terlibat langsung krn kebetulan jadi
salah satu aktivis indolwi. komitmen kami mendukung semua lini cara
perjuangan, kami menghormati persepsi & keyakinan yg berbeda2, semua
kita akomodasi. krn artikulasi dr komunitas yg demikian majemuk ini
pasti berbeda2, yg kerjaannya memang hacking ya kesanalah ekspresinya
lepas dr pro kontra dibelakangnya.

toh, bagaimanapun itu tdk bisa dicegah, yg jelas komunitas yg kami
payungi memang ikhlas dg hal2 tsb. & mau menanggung resiko masing2.
justru dg disatukan, gerakan itu lebih terarah, kalaulah destruktif,
relatif bisa terukur impactnya, cukup buat artikulasi perjuangan namun
sedapat mungkin meminimkan kerugian pihak lain. kasus terakhir kalo
tdk salah defacing web republika.co.id.

scr teknis, kami tdk ikut campur dg kegiatan itu, mereka murni melaku
kan scr 'volunteer'. siapa mereka bahkan kami tdk terlalu tahu. apakah
mereka menunggangi perjuangan kami utk proklamasi eksistensi, kami tdk
terlalu peduli & khawatir pd hal2 semacam itu.

apapun mereka telah menunjukkan kepedulian kpd gerakan kami.

sebagai organisasi, resminya tentu kita mendukung cara2 yg linier &
persuasif, lobi2 dg regulator, masuk ke media massa dsb. itu bagian dr
strategi yg umum, namun dibalik itu, kita adalah organisasi massa yg
tentu tdk bisa dilepaskan dr 'akar jalanan'. kita berkomunikasi ke
bawah, aspirasi itu dr mereka lho yah, bukan ide petinggi2nya !

kerugian itu kita tanggung bersama, mungkin tdk logis, ketika warnet2
& isp pengguna wireless sepakat shut down, ini jelas suicide. tapi
kalo hal tsb justru mampu menjaga kebersamaan & ritme perjuangan, ya
mengapa tdk kita lakukan ? ketika kelompok lain peduli & mereka juga
solider, ya tentu kita hormati, mengapa ditolak ? toh mereka punya
masing2 punya code of conduct (komunitas cracker itu misalnya). pasti
mereka juga punya mekanisme utk menjaga image dirinya.

BR> - IIX. banyak cerita dibelakangnya. suka duka.

no comment, kalo yg dimasalahkan mengenai shut down IIX, kita hormati
apapun keputusan APJII yg dimaksudkan utk mendukung gerakan kita juga
namun segala ekses tentu jadi tanggung jawab APJII sendiri.

BR> tentu orang-orang ini tidak mengatakan, akulah pahlawan.
BR> namun lagaknya, macam pahlawan...

saya juga nggak suka org semacam itu. tapi faktanya banyak juga mereka
yg memang pantas disebut pahlawan. setidaknya, cukup banyak pengikut
yg menyebut mereka pahlawan :)

BR> wah, saya punya pendapat lain: silent is gold.

silahkan ...

BR> azas manfaat yang lebih penting. jika apa yang dikatakannya/
BR> dituliskannya membawa manfaat, then by all means, bicaralah.
BR> namun jika itu hanya membawa sia-sia, maka celakalah kita.
BR> azas kesia-siaan sebaiknya kita hindari.

bagaimana kalo setiap perkataan sejak awal dianggap sebagai suatu
kesia2an ? padahal belum lagi kita selesai mencurahkan isi pikiran.
sejak awal kita tentu berharap apa yg ditulis akan membawa manfaat

namun lama2 kagok juga kalo belum apa2 sudah dianggap sampah ...

BR> jika tidak ada manfaatnya, sebaiknya diam saja.

apakah setiap posting hrs dipolling ke semua org, whoii ini manfaat
nggak yah ? bukankah baru ketahuan bermanfaat atau tdk kalo terus
dibahas secara konstruktif, bukan dibantai sistematis ?

BR> demikian pula sebaliknya, jika saya berbicara tentang masalah
BR> politik, kenegaraan, dsb... anda boleh mentertawakan saya.

saya tdk terbiasa mentertawakan pembicaraan orang ...

BR> apakah anda pikir bahwa saya selalu selaras dengan admin lain?
BR> mungkin anda bisa tanya kepada admin co.id, go.id, ada banyak
BR> perbedaan diantara kami. toh kami masih bisa bekerjasama as a
BR> team.

susah juga, lalu bagaimana tim bisa bekerja kalo ada jurang perbedaan
yg terlalu jauh ? saya pikir pd akhirnya yg terjadi tentu penggunaan
pendekatan kekuasaan. otoritas. kalo rulesnya disepakati ndak masalah
cuman utk kerja volunteer begini, bisa jadi konflik kan ...

BR> memang benar. namun tidak perlu terlalu banyak di-petunjuk-i
BR> sehingga seperti disuapi saja.

spt yg dikatakan rekan lain utk pemilihan admin, petunjuknya terlalu
minim, rasanya kriteria yg ada cuman responsif, lainnya nggak tau, nah
gimana bisa bergerak kalo nggak diberi petunjuk ? ini sih namanya jauh
banget dr disuapi, bayi suruh cari makan sendiri ...

ada pertanyaan konyol yg lain : kerjaannya admin itu apa sih ? nah,
apa org macam ini disebut minta disuapi juga ? lha wong memang dia
bener2 nggak tahu kok, memangnya ada rincian job des di web IDNIC ?
lebih parah lagi kalo org nanya begini dianggap cari perkara ...

padahal justru maksudnya baik, ia ingin membantu.

BR> kalau saya mengambil contoh saya, itu karena lebih mudah dan lebih
BR> otentik. (kalau pakai contoh orang lain kan repot.)

nah, sebaliknya, org lain boleh dong ngasih contoh pribadi ...

BR> tidak masalah. tidak perlu semua orang harus berada dalam tim ini
BR> dan tidak perlu semua orang sama / bekerja sama. yang dibutuhkan
BR> adalah "enough people" untuk mengelola domain name di indonesia
BR> sehingga memberi manfaat kepada banyak orang.

banyak orang (termasuk saya) terus mensosialisasikan domain .id, kalo
ada client kita tawarkan .id, kalo email kemana2 pake .id (meskipun
utk hal tertentu masih perlu domain asing juga). ketika bicara dengan
komunitas lain, kita ajukan .id juga. pendeknya itu kita lakukan sbg
wujud kepedulian & apresiasi kita kepada .id.

kita tdk masalah itu disebut sbg kontribusi atau bukan. toh amal baik
bukan utk dicarikan pengakuan bukan ? hanya saja, ingatlah, banyak
sekali org semacam ini di luar & sebagian diantaranya merasa kecewa dg
perkembangan yg ada saat ini.

BR> dan sorry saja kalau saya nggak mau kerjasama dengan bandit.

saya kira tdk ada bandit yg nyasar di milis ini. soal yg terakhir ini
saya tdk bisa mengomentari lebih lanjut, takut, jangan2 banditnya itu
dipersonifikasikan pd saya. tadi aja udah kena stigma prvokator ...

sekian, terima kasih.

-- 
Best regards,
 Aremania                            mailto:[EMAIL PROTECTED]

_______________________________________________
Idnic mailing list
[EMAIL PROTECTED]
http://www.idnic.net.id/cgi-bin/mailman/listinfo/idnic

Kirim email ke