Salam dari Makassar !

Saya betul-betul sudah bosan dan muak "berkelahi"
soal sepele ini tapi, dalam waktu dekat, malah mungkin
sudah, IDNIC dan Hostmaster Indosat akan menerima
surat (lagi) dari  PR IV UNHAS BIdang "Segala Macam"
Prof.Dr.Ir. A. Mappadjantji Amien, CEng. yang meralat dan
menguatkan surat terdahulu tentang "Serah Terima
Pengelolaan Domain unhas.ac.id"  kepada beberapa
staf UNHAS yang katanya ditugaskan oleh Rektor dengan
Surat Penugasan  No. 9877/J04/KP.44/2002, yang
juga dilampirkan bersama surat tersebut.
Jelas bahwa Surat Penugasan ini cuma hasil
"rekayasa" PR IV, karena kami yakin Rektor tidak
tahu apa-apa soal pengelolaan domain. Kami juga
tidak pernah dihubungi oleh pak Rektor untuk
membahas masalah ini (selama ini kami cuma
menerima surat-surat dari PR IV, baik e-mail mau
pun surat kertas, yang isinya "memerintahkan"
kepada kami atas nama Rektor untuk ini atau itu,
yang semuanya "perintah" itu sama sekali tidak
kami fahami esensi mau pun operasional-nya
kami mesti bagaimana, jadi kami "ignore" saja),
walau pun kami mengerti bahwa mungkin
persoalannya terlalu "kecil" untuk pak Rektor,
sehingga beliau serahkan bulat-bulat pada PR IV
tanpa konfirmasi dengan kami secara langsung.
Kami juga ragukan apakah PR IV sendiri mengerti
masalah pengelolaan domain ini. Saya yakin PR IV
cuma mau menunjukkan bahwa kemauannya saja
yang HARUS DIIKUTI, betapa pun tidak masuk
akal-nya kemauannya itu.

TIDAK ADA alasan teknis mau pun non-teknis yang
mendasari pengalih-tugasan ini, bahkan kami khawatir
calon pengelola yang baru pun tidak terlalu ingin
mengelola domain unhas.ac.id ini, karena selama
ini tokh mereka tidak pernah membicarakan
mengenai masalah per-domain-an dengan kami.
Lagipula tidak ada kejelasan sebenarnya apa
keuntungan yang akan diperoleh UNHAS kalau pengelolaan
domain ini dilepaskan dari kami (saya dan pak Tahir) dan
diserahkan kepada yang lain (salah satu di antaranya
bahkan bertugas di luar UNHAS). Tokh, selama ini
pengelolaan domain unhas.ac.id berjalan baik-baik saja.
Justru dengan pemaksaan yang menggebu-gebu dari
PR IV, ditambah dengan penekanan kepada Indosat
untuk mengambil-alih dari kami pada mulanya (kemudian
belakangan di-ralat sampai tiga kali, masih nggak bener
juga), kami curiga ini cuma sekedar unjuk kekuasaan
dan arogansi dari fihak PR IV saja......... Kalau seperti
ini yang di-tolerir akan dilakukan, kami justru khawatir
akan masa depan pengelolaan jaringan di UNHAS.
Oleh karena itu kami mohon kebijaksanaan teman-teman
IDNIC agar meng-"ignore" saja form ubah yang nanti
dikirim oleh siapa pun kecuali yang berasal dari
[EMAIL PROTECTED] dan/atau [EMAIL PROTECTED],
dan tidak usah menganggap serius "Surat Penugasan"
Rektor UNHAS tersebut. Insya Allah, nanti kami akan
segera ubah sendiri formulir registrasi IDNIC jika kami
telah menemukan orang yang layak (sesuai kriteria)
dan memang benar-benar akan serius mengelola domain
unhas.ac.id, bukan sekedar melaksanakan "perintah"
atau "tugas" penguasa yang tidak faham persoalan.
Atas bantuan dan kerjasamanya kami haturkan
banyak terimakasih. Mohon maaf kalau masalah
intern UNHAS sampai terbawa-bawa ke IDNIC dan
Indosat karena ulah PR IV UNHAS yang sama sekali
tidak bijak dan tidak bertanggung-jawab. Mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Kuasa mengampuni dosa beliau.
Wassalam, Rhiza
[EMAIL PROTECTED]
http://www.unhas.ac.id/~rhiza/
PS. Terlampir di bawah ini adalah sekedar "bacaan
ringan" yang mungkin bisa meng-illustrasikan masalah
domain unhas.ac.id ini secara simbolik ("Gajah"=Network UNHAS).

RAJA NAN BUTA DAN GADING GAJAH

Alkisah di suatu negeri antah berantah, memerintahlah
seorang raja yang matanya buta sejak lahir sehingga
tidak pernah beliau melihat keindahan dunia yang fana
ini. Suatu hari menjelang hari ulang-tahun kemerdekaan,
tiba-tiba sang raja nan buta punya suatu permintaan
aneh, lalu ia memanggil patihnya:
"Patih, bagaimana keadaannya gajah kita di taman kota?"
"Baik-baik, tuan raja, masih hidup sampai sekarang.............,
hanya sedikit kurang makan karena anggaran kerajaan
sangat terbatas untuk memberi makan gajah ........"
"OK, bagus, .... begini, ....... itu gajah 'kan simbol negara kita,
aku mau gading-nya dipotong dan ditaruh di sini, di istana,
supaya aku bisa pertontonkan kepada tamu-tamu-ku nanti
pada perayaan hari kemerdekaan ................."
"Baik paduka tuan, akan saya usahakan ........".
"Harus bisa, cepat laksanakan!!!" hardik sang raja nan buta.
Maka cepat-cepatlah sang patih pergi ke taman kota, ...........
tak lama kemudian sudah kembali lagi.
"Paduka tuan, saya sudah minta dipotongkan gading gajah
itu sama pawang yang memeliharanya, tapi dia menolak
memberikannya.................."
"Apa? Menolak? Berani-beraninya itu pawang menolak
permintaan rajanya........... itu 'kan gajah simbol negara,
bukan punya dia, bukan punya perorangan, jangan dia
saja enak-enak menunggangi itu gajah kesana-kemari
atas nama negara .......... Ambil gading-nya!"
"Tapi kata pawang itu, gading gajah kita masih kecil,
sayang kalo' dipotong sekarang ................"
"Ah, alasan macam-macam yang tidak masuk akal, dasar
memang pawang-nya tidak profesional, masa' gajah sudah
setua itu gading-nya masih kecil. Kalo' tidak mampu
memelihara gajah, ganti saja itu pawang, cari yang
profesional! Kalo' perlu panggilkan dari luar-negeri!"
"Pawang itu dulu enam tahun lalu yang menemukan
gajah itu di hutan, lalu sampai sekarang memeliharanya
dengan baik ..............", sang patih berusaha menjelaskan.
"Omong kosong! Gajah itu simbol negara, kubilang tadi.
Yang jadi pawang-nya harus aku yang menunjuk dari
istana, tidak boleh di-klaim seenaknya oleh sembarang
orang yang mengaku-aku pawang! Ambil gadingnya!"
"Tapi, paduka, mohon ampun, kunci kandang gajahnya
dipegang oleh pawang itu ..............."
"Perintahkan supaya kunci kandang-nya diserahkan
ke istana, lalu ambil gadingnya. Cepat!"
Maka sang patih pun pergi kembali ke kandang gajah
di taman kota ............ beberapa saat kemudian ia sudah
kembali dengan gading gajah yang masih kecil itu, lalu
diserahkannya pada sang raja nan buta. Gading gajah
itu diraba oleh sang raja, tiba-tiba beliau naik darah:
"Patih, kamu kurang ajar! Kamu tipu saya ya! Masa'
gading gajah kok kecil begini. Gajah 'kan besar,
gadingnya pasti besar juga, ini ekor-nya yang kamu
kasih sama saya, ya ............ kurang ajar kamu.....,
kupecat kau nanti ......... ayo, ambilkan aku gading
yang sebenarnya ......... ".

Dengan ketakutan sang patih pun lari ke luar, lalu
berpikir keras bagaimana menyenangkan sang raja.
Akhirnya, pikir punya pikir, sang patih dapat akal.
Dia cari kawannya dokter hewan ahli bedang tulang
gajah. Lalu dia bilang sama itu kawannya, bahwa sang
raja menginginkan agar salah satu kaki gajah dipotong
dan diletakkan di istana untuk dipertontonkan kepada
tamu-tamu-nya nanti ................

Ketika sang patih dan sang dokter hewan pergi ke
pawang gajah, tentu saja sang pawang kaget sekali
mendengar gajah kesayangannya akan dipotong
kaki-nya satu. Untuk apa??? Pokoknya demi kemajuan
kerajaan, sang pawang harus mengikuti kehendak raja.
Sang raja itu, walau pun buta, dikenal juga sebagai
Gurubesar Aplikasi Pergajahan, jadi tidak boleh ada
yang menentang kemauannya, begitu kata sang patih.
"Daripada dipecat-ko nanti.........", ancam sang patih
pada sang pawang. Akhirnya dengan berat hati, sang
pawang pun membiarkan dokter hewan itu membius
gajah kesayangannya, dan memotong salah satu kakinya.
Tulang kakinya diambil, lalu dibawa oleh sang patih,
diserahkan pada sang raja nan buta............. Tentu senang
sekali sang raja mendapatkan "gading" yang begitu besar.

Nah, singkat cerita, tibalah pada acara resepsi ulangtahun
kemerdekaan kerajaan di istana......... Sang raja nan buta
berseri-seri menyambut kedatangan tamu-tamunya, dengan
bangganya beliau menunjukkan kepada mereka semua
"gading" gajah yang besar, dan mengatakan kepada
semua bahwa itulah simbol kebesaran kerajaan ...............
Demikianlah, resepsi berjalan dengan meriah sampai akhirnya
tiba saatnya para tetamu berpamitan pulang. Tamu yang
terakhir pamit ternyata adalah seorang pakar pergajahan
dari luar-negeri......., ketika cukup dekat dengan sang raja,
beliau berbisik:
"Tuanku, bagus sekali tulang kaki gajah ini, .......... tapi
kenapa yang diambil tulang kaki kiri belakang, kenapa
bukan yang kanan depan???" Sang raja pun terperanjat,
kaget bukan kepalang, langsung bengong: "Siapa ko???"
"Maaf, tuanku, saya kebetulan tenaga ahli pergajahan
dari negara tetangga.........., mari, saya mau pulang......".
Langsung begitu itu tamu berlalu, sang raja pun berteriak-
teriak memanggil patihnya:
"Patiiiihh, kurang ajar ko', .......... penipu, pembohong,
aku minta gading ko-kasih kaki!!! Kurang ajar! Pergi ko
ke itu pawang, pecat saja dia, tidak ada kerjanya di Taman
Kota, ganti dengan pawang yang profesional, dari luar-negeri,
.......... ambil gading gajahnya, kalo' perlu potong saja
dengan kepalanya sekalian...... bawa sini! Cepaaaat!"
"Tapi, paduka .............."
"Tidak ada tapi tapi, bikin-ko SK Raja, hapuskan itu
Taman Kota, pecat itu pawang yang kurang ajar itu,
ambil gading gajahnya lengkap dengan kepalanya,
bawa sini ............... ambil semua fungsi-fungsi kandang
gajah dan Taman Kota, ambil pohon-pohonnya, semuanya!
bikin ko' proyek besar, SIRKUS GAJAH INTERNASIONAL,
panggil pawang-pawang gajah sirkus professional dari
mancanegara........... hilangkan jejak baik-baik.......... jangan
sampai itu pawang gajah ngoceh kesana-kemari .........."
"Baik ...... baik paduka tuan......"
Maka sang patih pun lari terbirit-birit, cepat-cepat ke
taman kota .............................................

(Saya tidak tega menamatkan cerita ini, takut nanti air mata
saya bercucuran ...............menangisi gajah pincang yang
akan segera kehilangan kepalanya juga...........amit-amit.....
dan Taman Kota yang dihapuskan oleh secarik kertas
SK Raja .......................)

Wassalam, Rhiza
[EMAIL PROTECTED]
http://www.unhas.ac.id/~rhiza/



---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.385 / Virus Database: 217 - Release Date: 9/4/02

Kirim email ke