TEMPOinteraktif hari ini menurunkan berita tentang sejumlah peneliti 'Ilusi
Negara Islam (INI)' yang merasa namanya dicatut dalam buku tersebut. Menurut
pengakuan mereka, penelitian dlm buku itu tidak mengetengahkan orisinalitas
data yg mereka temukan di lapangan --apakah ada pembelokan fakta, begitu?
Ehm, barangkali mas Gun dan yang lain bisa menambahkan infonya di sini.

Beritanya di sini
http://tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/05/28/brk,20090528-178570,id.html

Di Kairo, meskipun sedang masa-masa ujian, kemunculan buku yg sudah bisa
diunduh itu memicu perdebatan --dan penolakan-- terutama dari kalangan
ikhwan PKS (maklum pada pileg kemaren PKS menang 56% di sini)

salam





2009/5/18 MGR <indun...@yahoo.com>

>
>
> Salam,
>
> Kami baru menerima berita dari Mas Ahmad Suaedy Direktur the Wahid
> Institute, toko-toko yang menjual buku "Ilusi Negara Islam" diteror: akan
> diserbu, dibakar melalui telepon-telepon tak dikenal.
>
> Di Gramedia pun buku ini belum sempat beredar. Anda mungkin akan kesulitan
> mendapatkan buku ini di pasaran. Syukur alhamdulillah, melalui jasa
> internet, pembredelan dan ancaman untuk sebuah karya tidak akan berhasil
> sempurna. Kini bagi siapa pun yang ingin membaca buku ini silakan
> mengunduhnya (download) melalui alamat berikut:
>
> http://www.bhinnekatunggalika.org/galeri.html
>
> -------
>
> Untuk berita peluncuran buku ini Sabtu malam:
> http://oase.kompas.com/read/xml/2009/05/17/15241171/ilusi.negara.islam.diperbanyak.di.empat.negara
>
>
> -----
>
> Pers Release Peluncuran buku dan dvd
>
> الحمدلله رب العالمين وبه نستعين على أمورالدنيا والدين
> والصلاة والسلام على أشرف الأنبيآء والمرسلين سيدنا مجمد وعلى أله وأصحابه ومن
> تبعهم بإحسان الى يوم الدين ، اما بعد
>
> The Wahid Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, dan The Maarif Institute
>
>
> Tokoh Islam Moderat Meluncurkan Buku--"Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan
> Islam Transnasional di Indonesia," dan dan Seri TV/Video--"Lautan Wahyu:
> Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin," untuk Mewujudkan Islam sebagai Rahmatan
> lil-‘Alamin
>
> Jakarta, 16 Mei 2009
>
>
> JAKARTA, INDONESIA (16 Mei 2009)—Tiga tokoh besar Islam moderat meluncurkan
> buku dan seri video untuk melestarikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia
> yang santun dan toleran berdasarkan nilai-nilai luhur agama, serta
> mewujudkan dunia yang aman, damai, dan sejahtera. Program ini juga bertujuan
> membantu dunia mengatasi krisis kesalahpahaman tentang agama dan
> kesalahkaprahan pengamalannya yang mengancam kedamaian di mana-mana.
>
> Mantan Presiden Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bersama mantan
> Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Buya), dan tokoh
> terkemuka Nahdlatul Ulama, KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus), bersama-sama
> mengajak dan berusaha mengilhami masyarakat dan para elit untuk bersikap
> terbuka, rendah hati, dan terus belajar agar bisa memahami agama secara
> spiritual dan mendalam. Karena dengan cara demikian pemahaman agama kelompok
> garis keras yang dangkal dan sempit tidak akan bisa menginfiltrasi dan
> menghasut bangsa Indonesia untuk mengkhianati nilai-nilai luhur ajaran agama
> serta tradisi dan budaya bangsanya.
>
> “Saya tidak khawatir terhadap non-Muslim atau siapa pun selama mereka terus
> belajar; yang saya khawatirkan adalah ketika seseorang berhenti belajar dan
> menganggap kebenaran sudah ada di tangannya dan kemudian menganggap yang
> lain salah. Sebab, sabda Nabi saw., ‘Orang akan tetap baik-baik saja, tetap
> pandai selama mau belajar. Ketika orang itu berhenti belajar karena sudah
> merasa pandai, mulailah dia bodoh’,” (Gus Mus).
>
> Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi
> salah satu medan pertarungan ideologi yang signifikan. Kelompok-kelompok
> garis keras telah menggunakan simbol-simbol agama untuk merekrut dukungan
> umat Islam. Dengan menggunakan bahasa yang sama dengan umat Islam pada
> umumnya, mereka berusaha meraih dukungan atas nama agama sebanyak-banyaknya.
> Padahal, makna yang mereka pahami jauh berbeda dari makna yang lazim
> dipahami oleh umat Islam Indonesia.
>
> Ketiga tokoh ini menegaskan pentingnya melestarikan Pancasila, UUD 1945,
> dan NKRI, serta nilai-nilai luhur agama yang menjiwai bangunan bangsa dan
> negara Indonesia, yang kini dibayang-bayangi oleh infiltrasi paham dan
> aksi-aksi gerakan transnasional yang meresahkan. Demi tujuan ini, mereka
> menyerukan persatuan dan kerjasama semua pihak dan lapisan masyarakat,
> karena kebenaran yang tidak terorganisai bisa dikalahkan oleh kejahatan
> maupun kezhaliman yang terorganisasi.
>
> The Wahid Institute, Maarif Institute, dan Gerakan Bhinneka Tunggal Ika
> bersama-sama menerbitkan buku Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam
> Transnasional di Indonesia, yang merupakan hasil penelitian lapangan dan
> konsultasi selama lebih dari dua tahun. Penelitian lapangan yang meliputi 24
> kabupaten di 17 propinsi ini melibatkan tak kurang dari 30 peneliti yang
> kebanyakan berasal dari jaringan UIN/IAIN. Mereka telah melakukan wawancara
> mendalam terhadap 591 responden yang berasal dari 58 kelompok dan organisasi
> yang berbeda.
>
> Buku ini juga dilengkapi dengan hasil konsultasi dengan para ulama,
> intelektual, aktivis ormas Islam, para pengusaha, praktisi pendidikan, dan
> pejabat pemerintahan yang merasa prihatin dengan perkembangan gerakan Islam
> transnasional di Indonesia. Penelitian lapangan dan konsultasi dengan para
> tokoh ini berhasil mengungkap asal-usul, ideologi, agenda, dana, sistem, dan
> jaringan gerakan Islam transnasional dan kaki tangannya di Indonesia. Di
> samping rekomendasi untuk menghadapi dan mengatasi gerakan garis keras, buku
> ini juga menyajikan counter teologis atas klaim-klaim telogis mereka.
>
> “Studi ini kami lakukan dan publikasikan untuk mengbangkitkan kesadaran
> seluruh komponen bangsa, khususnya para elit dan media masa, tentang bahaya
> ideologi dan paham garis keras yang dibawa ke Tanah Air oleh gerakan
> transnasional Timur Tengah dan tumbuh seperti jamur di musim hujan dalam era
> reformasi kita,” tulis KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
>
> “Buku ini adalah salah satu buku yang bisa menggugah kesadaran kita,” kata
> Prof. Dr. A. Syafii Maarif, yang juga merupakan salah seorang narasumber dan
> penasehat seri televisi Lautan Wahyu.
>
> Sedangkan seri video Lautan Wahyu: Islam sebagai Rahmatan lil-‘Alamin
> adalah hasil interview dengan para ulama dan intelektual dalam dan luar
> negeri mengenai beberapa aspek ajaran Islam, terutama yang selama ini telah
> dipahami dan dipraktikkan secara salah kaprah. Seri Lautan Wahyu ini
> diharapkan bisa membuka pikiran dan hati serta memperluas wawasan tentang
> ajaran Islam, agar tujuan utama Kanjeng Nabi Muhammad saw. diutus, yakni
> sebagai wujud kasih-sayang Tuhan bagi seluruh makhluk yang akhir-akhir ini
> seperti dibantah oleh aksi-aksi beberapa kelompok umat Islam sendiri, bisa
> terwujud sebagaimana mestinya.
>
> “Pesan al-Qur’an memang luar biasa, sebesar kesadaran manusia sendiri.
> Kalau kesadaran manusianya barbarian, apalagi (al-Qur’an) hanya dibaca untuk
> pembenaran berkelahi,” ungkap Moeslim Abdurrahman, maka Islam tidak akan
> bisa menjadi rahmat bagi seluruh makhluk-Nya. Dan, “Setiap dakwah yang
> bertentangan dengan prinsip-prinsip al-Qur’an (hikmah, peringatan yang baik,
> perdebatan yang lebih baik), adalah dakwah yang salah. Para ulama dan
> intelektual wajib mengingatkan pelaku dakwah yang demikian, dan jika mereka
> menolak maka pemerintah wajib menangkap dan menghukum mereka sesuai dengan
> aturan yang berlaku,” jelas Syeikh al-Akbar al-Azhar, Dr. Muhammad Sayid
> Thanthawi, salah seorang narasumber dan penasehat program Lautan Wahyu.
>
> Buku dan seri TV/video ini menegaskan pentingnya melestarikan nilai-nilai
> luhur agama, tradisi dan budaya bangsa yang santun serta toleran, dan
> sekaligus menyajikan counter teologis atas idiom-idiom dan term-term
> keagamaan yang selama ini sering digunakan oleh gerakan extremis
> transnasional untuk merekrut simpati dan dukungan dari umat Islam, seperti
> dakwah, amar ma‘rûf nahy munkar, Khilafah Islamiyah, dan lain-lain. Secara
> khusus, dalam buku ini juga dilampirkan dokumen SKPP Muhammadiyah No.
> 149/Kep/I.0/B/2006 yang merupakan keputusan untuk membela diri dari
> infiltrasi partai politik seperti PKS, dan Keputusan Majlis Bahtsul Masa’il
> NU bahwa Khilafah Islamiyah maupun negara Islam tidak mempunyai rujukan
> teologis baik di dalam al-Qur’an maupun hadits. Dokumen-dokumen ini adalah
> peringatan tegas dan kuat bahwa gerakan transnasional yang mengancam
> Pancasila, UUD 1945, dan NKRI, serta praktik dan tradisi keberagamaan bangsa
> Indonesia.
>
> Usaha untuk mengatasai ancaman ini harus dilakukan secara damai dan
> bertanggung jawab, khususnya melalui pendidikan dan pembinaan kebebasan
> beragama dan berkeyakinan. Maka tanpa mengesampingkan pentingnya pembangunan
> ekonomi, pengelolaan pendidikan dan aspek-aspek keagamaan yang mengutamakan
> tradisi dan budaya bangsa Indonesia berdasarkan nilai-nilai luhur agama,
> dalam jangka panjang merupakan hal yang sangat penting bagi bangsa
> Indonesia.
>
> Buku Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia
> dalam bentuk e-book dapat diperoleh secara gratis melalui
> www.bhinnekatunggalika.org
>
>
> ------------------------------
>  Nama baru untuk Anda!
> <http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/>
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
> @rocketmail.
> Cepat sebelum diambil orang lain!
> 
>

Kirim email ke