Munas Golkar untuk Bangsa
Oleh : Hutomo Mandala Putra

Bangsa ini telah sepakat memilih negara demokrasi. Sayang, dalam praktiknya, 
demokrasi menjadi ajang menyengsarakan rakyat. Demokrasi baru slogan semata. 
Sementara itu, bangsa menghadapi permasalahan serius. Di antaranya, 
kesemrawutan sistem ketatanegaraan.

Praktik politik kepartaian dalam sistem kenegaraan yang semrawut telah 
menyebabkan partai-partai dilanda krisis kepercayaan rakyat. Itu disebabkan 
partai-partai gagal atau tidak mampu menampung aspirasi rakyat, gagal merespons 
keadaan yang mendesak, serta tidak mampu menawarkan solusi buat masa depan.

Kini fenomena yang sering terlihat sungguh memprihatinkan. Yakni, berkembangnya 
praktik dagang sapi. Dengan demikian, partai bukan lagi sebagai kendaraan 
transformasi (perubahan) nasib rakyat ke arah yang lebih baik.

Campur Aduk

Di dunia ini, negara demokrasi memiliki dua model. Yakni, sistem parlementer 
dan sistem presidensial. Ada juga yang campuran seperti Prancis, namun 
penggabungannya tetap menaati asas logika kedaulatan rakyat yang tidak boleh 
didistorsi. Sementara Indonesia mencampur-adukkan keduanya, sampai alur logika 
pertanggungjawaban kedaulatan rakyat tidak jelas.

Dalam sistem parlementer, program yang "dijual" dalam kampanye pemilu adalah 
program partai. Program partai pemenang pemilu otomatis dijadikan program kerja 
pemerintah. Karena dalam pemilu yang dipilih rakyat adalah partai, maka partai 
pemenang pemilu yang membentuk kabinet (kecuali tidak menang mutlak yaitu 50 
persen+1, maka kabinet yang dibentuk koalisi, agar dukungan suara di DPR 
menjadi mayoritas

selanjutnya

http://jawapos.co.id/halaman/index.php?act=showpage&kat=7

Kirim email ke