saya sendiri gak tau mesti ngomong apa....
tapi yang jelas saya bangga dan senang dengan adanya film ini.
tulisan anda tak jauh beda dengan karya gie sendiri
yang berjdul...
pelacur2 intelektual...
dimana pada saat itu,ada semacam dilema dalam menentukan pilihan...
menjadi orang yang berada di luar lingkar kekuasaan..atau..
terjun langsung dan bergandengan dengan kekuasaan tersebut...
iya khan?
semua itu relatif!
apapun pilihan yang rumah produksi ambil dalam menuntaskan karyanya ini
saya ucapkan terima kasih...
semoga GIE tidak hanya menjadi simbol..
tapi bisa memanifestasikan spirit dan soulnya untuk kita semua
dalam menegakkan kebenaran!
 
querido
hasta la vista...


borjuis_bohemian <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Ada Kanker di Jantung Film Gie

Oleh: Torben Rando Oroh*

             "Saya akan membuat film yang lebih kiri lagi,"
                                                 Riri Riza

Semasa hidupnya, Karl Marx pernah berkata, "ada kanker di jantung
kapitalisme." Perkataan itu bergema hingga kini, khususnya bagi
kalangan aktivis kiri yang beraliran sosialis atau komunis. Perkataan
Karl Marx itulah yang membuat penulis tertarik untuk mencermati film
Gie yang tengah beredar tayang di sejumlah kota Indonesia, dan
disambut antusias oleh pasar.

Ketika suatu kali tanpa sengaja penulis melihat sebuah bungkus rokok
kosong bergambar wajah Soe Hok Gie, dan dibawahnya tertulis pesan
yang sering kita temui, "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin," penulis jadi
teringat akan sebuah pertentangan antara komunisme dan kapitalisme.

Sewaktu saya masih aktiv di gerakan mahasiswa tahun-tahun 98 hingga
2002, saya banyak bersentuhan dengan pemikiran Marx, Lenin, Trotsky,
Che Guevara, Tan Malaka dan juga Gie. Pada masa itu, saya mengenal
Gie lewat karya-karyanya seperti Catatan Seorang Demonstran, Zaman
Peralihan dan Orang-orang Dipersimpangan Kiri Jalan. Sejauh
penghayatan saya, Gie adalah sosok pejuang yang kritis, progresif dan
sosialis. Betapa kagumnya saya pada waktu itu, membaca karya anak
bangsa yang memiliki pemikiran berseberangan dengan karya-karya umum
pada masa orde baru itu. Buku Orang-orang Dipersimpangan Kiri Jalan
sungguh kritis dan ditulis dari sudut pandang kiri. Tokoh Musso dalam
buku itu, diceritakan cukup heroik dengan sejarah dan latar belakang
yang cukup representatif.

Riri Riza memasukan kategori film Gie sebagai film kiri. Tentu saja
Riri Riza benar, karena secara otomatis, mengangkat kehidupan Gie
secara obyektif akan mencitrakan film tersebut bernada kiri.
Pertentangan kanan dan kiri adalah sejarah pertentangan di Perancis
antara borjuis melawan sosialis. Namun anehnya, di film Gie ini,
borjuisme justru bergandengan-tangan dengan sosialisme.

Hal inilah yang membuat saya tertarik menulisnya untuk sekedar
diskusi pemikiran. Menurut pendapat saya, film Gie sebagai sebuah
produk industri tontonan yang disponsori oleh kapitalis perusahaan
rokok, menyembunyikan sebuah kanker ganas yang bisa menggerogoti
sistem kekuasaan industri tersebut. Ada dua kanker yang menghantui
film Gie. Pertama, kanker sebagai penyakit pada tubuh manusia yang
bisa menyebabkan kerusakan sistem kerja organ tubuh, karena banyak
merokok. Kedua, kanker sebagai sebuah pemikiran kiri Soe Hok Gie,
yang siap menggerogoti jantung kapitalisme.

Gie sebagai sosok pejuang yang kritis terhadap borjuis atau
kapitalis, justru kini filmnya di sponsori oleh kapitalis perusahaan
rokok terkenal di Indonesia. Saya tidak tahu apakah Gie merasa marah,
senang atau tertawa geli menyaksikan film tentang dirinya dari surga
sana? Hanya Tuhan dan Gie yang tahu.

Wajah Gie beredar dimana-mana dengan di-iringi logo sponsor. Ada di
bungkus rokok sponsor, di poster-poster, di koran, di majalah, di TV,
di filmnya sendiri, bahkan di sampul buku Catatan Seorang Demonstran
yang diterbitkan ulang pun ada logonya.

Perusahaan industri film itu telah menghabiskan jutaan rupiah untuk
memproduksi film Gie. Dengan beredar tayangnya film Gie tersebut,
maka telah tersebar juga virus kanker ( baca: pemikiran kiri Gie )
yang bisa membangkitkan semangat perjuangan dan pemikiran kiri, yang
mulai mengendur sejak pemerintahan Megawati. Disisi lain, sosok dan
pemikiran Gie ini dieksploitasi sedemikian rupa demi kepentingan
pasar dan citra produk sponsor. Ada kanker di jantung film Gie.

Sementara kanker pertama, yaitu penyakit mematikan pada manusia, juga
otomatis turut tersebar meski tidak secara langsung, namun sifat
promosi tersebut sangat mengena bagi kalangan anak muda kota,
khususnya perokok. Tingkat penjualan rokok sponsor akan meningkat,
yang berarti meningkat juga kosumsi rokok. Brain produk rokok
tersebut akan turut menghantui penonton, pembaca iklan film Gie, dan
juga pembaca buku Catatan Seorang Demonstran terbitan terbaru.

Bagi pecinta kesehatan dan aktivis kiri, maka berhati-hatilah dalam
menonton film Gie. Jadilah kanker seperti yang dikatakan Marx, atau
jadilah kanker seperti yang dilakukan Gie. Sungguh, ada kanker di
jantung film Gie.


( *Penulis adalah wartawan tinggal di Depok )






Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort.

Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
******Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
        [EMAIL PROTECTED] (langganan)
        [EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist




YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to