Salam budaya,

Kelompok Kerja Kreatif SATUVISI INDONESIA bekerja sama dengan Unit Studi Sastra dan Teater (UNSTRAT) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan segala kerendahan hati mengundang kawan-kawan komunitas film, seniman, pekerja seni, pemerhati, jurnalis, akademisi, kritikus, dll. untuk hadir dalam “Diskusi Gerakan Sinema Arus Pinggir Indonesia" yang akan diselenggarakan pada;

Hari; Jumat, 30 Desember 2005
Jam; 15.00 - 18.00 WIB
Tempat; Pendopo Gelanggang Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Narasumber;
  1. Jogja Film Commision (JFC)
  2. Ifa Isfansyah (Sutradara, FourColours Films)
  3. Fajar Junaedi (Pemerhati Film, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta – UMY)
  4. Najib Kaelani (Peminat Film & Kebudayaan, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Budaya UGM)

Demikian undangan ini kami sampaikan. Kehadiran dan partisipasi aktif kawan-kawan dalam kegiatan ini kami nantikan.

Yogyakarta, 22 Desember 2005

a/n penyelenggara

Kelompok Kerja Kreatif SATUVISI INDONESIA (www.satuvisi.com)
Unit Studi Sastra & Teater (UNSTRAT) Universitas Negeri Yogyakarta (www.unstrat.net)
Contact Person; 0818 – empat enam lima – tujuh delapan tujuh
-----
 
Semacam Pemancing Diskusi;

Dalam sebuah artikel di KOMPAS awal tahun 2004 yang berjudul ‘Sinema Indonesia 2004-2009; Konfigurasi Baru Generasi Pencari Cinta’, Garin Nugroho memetakan aktivitas film pasca-reformasi dalam dua periode. Periode pertama 1998-2003 disebut sebagai periode Euforia dan Persemaian. Sedangkan periode 2004-2009 sebagai periode Tantangan dan Pertumbuhan. Pemetaan ini memberi ruang cukup banyak pada gerakan sinema ‘arus besar/utama’ yang semuanya terpusat di Jakarta. Proses gerakan ‘arus pinggir/alternatif’ kurang diberi porsi proporsional. Padahal, justru gerakan sinema alternatif yang hidup di berbagai daerah dengan segala permasalahannya inilah yang menghidupkan budaya sinema peripheral yang men-support hilir mudik aktivitas film arus utama. Aktivisnya yang mayoritas anak muda menjadi ‘marketing’ yang efektif sekaligus ‘konsumen’ yang prospektif bagi tumbuhnya minat komunitas penonton yang lebih plural untuk kembali mengunjungi bioskop-bioskop yang menampilkan film Indonesia terbaru. Gerakan kultural ini mampu menjaring apresian/penonton, distributor, event organizer, pemerhati/kritikus, lembaga/kantung seni/budaya/pendidikan, media massa, dan independent filmmaker, yang bahu membahu mendinamisir gerakan dengan berbagai metode sesuai dengan keyakinan ideologisnya masing-masing. Indah bukan?... dst
...

...
Pertanyaannya; (1) Apakah gerakan sinema arus pinggir benar-benar harus dibangun secara serius? Mengapa? (2) Bagaimana caranya dan apa kira-kira tujuannya yang paling relevan? (3) Spirit apa yang harus diusung? (4) Apa alat ukur keberhasilannya? (5) Mengapa harus dijaga kesinambungannya? Beberapa pertanyaan ini barangkali menarik untuk dijawab bersama-sama.

NB;
Tulisan lebih lengkap bisa didapatkan menjelang diskusi dimulai. Terima kasih atas perhatiannya :-)

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme !
******Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke:
        [EMAIL PROTECTED] (langganan)
        [EMAIL PROTECTED] (keluar)
Site: http://come.to/indomarxist




YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to