Kapitalisme Yang Ringkih dan solusi Sosialisme

 



21.11.08

.fullpost{display:none;}
Oleh: RUDI HARTONO

ketika kapitalisme memasuki fase stagnasi
pada tahun 1970-an, dengan sigap beberapa ekonom, terutama dari orde
liberalisme, lansung memapah dan menyelamatkannya. Solusi yang mereka
adalah mendorong neoliberalisme dan restrukturisasi peran dan fungsi
institusi keuangan. Yang pertama dilakukan dengan mengintegrasikan
semua ekonomi nasional dan bangsa-bangsa ke dalam perekonomian pasar
global, dengan menghilangkan semua hambatan-hambatan bagi akselerasi
dan perluasan capital. Sedangkan yang kedua dilakukan dengan memberi
kelonggaran kepada sistem keuangan dengan sejumlah paket deregulasi.

Dua
solusi ini tidak berjalan sukses, kalau tidak mau disebut gagal, karena
sampai sekarangpun stagnasi tidak dapat diperangi dan diakhiri.
Kapitalisme yang sudah tua dan ringkih ini pun berjalan dengan
sakit-sakitan, tapi masih ada yang juga membopongnya. Belum lagi,
neoliberalisme yang baru saja dipraktekkan 20-an tahun lebih telah
melahirkan kerusakan luar biasa terhadap manusia dan planet.
Dimana-mana neoliberalisme digugat karena telah memfasilitasi
keserakahan korporasi untuk mengakumulasi profit sebesarnya, tanpa
mempertimbangkan kemanusiaan dan keselamatan planet. Solusi kedua tak
kalah menyedihkan, dalam waktu sekejap institusi keuangan global yang
bermarkas di wall-street rontok satu persatu.
 
Ini merupakan salah satu krisis ekonomi paling serius dalam sejarah dunia. 


Negara Keluar Kandang

Ketika
krisis menyapu bersih lembaga keuangan, termasuk menggerus begitu
banyak asset dan simpanan kaum kaya, Negara tampil di pasar dengan
serangkaian paket bailout dan bantuan likuiditas lainnya. Keikutsertaan
Negara bukan hal baru memang, tapi setidaknya hal ini menjadi aneh
ditengah propaganda pengikut neoliberal yang memangkas peran Negara
dalam pasar. Sebuah kolom di economist menyebutkan rencana ini sebagai
hal memalukan, karena menjaga pasar dengan intervensi Negara lebih
merupakan tindakan pragmatis ketimbang ideologis. Hal serupa di tulis
oleh financial times pada 14 oktober; “Nasionalisasi merupakan
penyimpangan dari sistem pasar bebas..”. bukankah von hayek dan tuan
Friedman tidak menganjurkan negara mengintervensi, dan malah menyebut
campur-tangan pemerintah sebagai distorsi.

Selama ini, sebuah
kekacauan defenisi terjadi dikalangan akademisi di Universitas; mereka
telah membuat defenisi sendiri dan seolah-olah menjadi consensus
diantara mereka, bahwa sosialisme identik dengan peran/campur tangan
Negara dalam memberikan layanan sosial, dan sebaliknya kapitalisme
menentang peran Negara. Defenisi tersebut jelas salah dan tidak
mencerminkan konteks perdebatan diantara dua ideology; sosialisme dan
kapitalisme.
 
Sosialisme, dari sepanjang yang kita ketahui,
merupakan sebuah adalah susunan sosial atau sistem masyarakat yang
berbasiskan kepada kepemilikan kolektif terhadap alat-alat produksi
(pabrik, mesin, tanah, dll). Sistem sosialisme, seperti yang banyak
dijelaskan oleh Marx ataupun Lenin, merupakan tahap transisional
menghilangnya klas-klas, yang juga berarti lenyapnya bentuk kepemilikan
pribadi. Sehingga sosialisme menjangkau cita-cita dengan menghilangkan
Negara.

Sedangkan bagi kapitalisme, ia tetap membutuhkan sebuah
sistem regulator yang membantu membenarkan kapitalisme, karena
serikangli terjadi disfungsi dan perilaku distorsif. Itulah sebabnya,
mengapa kapitalisme membutuhkan Negara tidak hanya untuk memastikan
kontrak (perjanjian) antara individu, yang berbasiskan kepada
pertukaran, yaitu menimbang dan memutuskan sengketa yang mungkin
timbul, tetapi juga tampil sebagai penengah dalam konflik sosial,
terutama antara pemilik dan non-pemilik, yang seringkali terkait dengan
isu-isu kesenjangan ekonomi.

Dalam hal ini, kapitalisme bukan
sekedar regulator, tapi juga sebagai benteng yang mewakili seluruh
kepentingan klas kapitalis dimana saja, terutama ketika berhadapan
dengan perjuangan klas.

Menimbang Keynesianisme kedua?    

Pada
tahun 1930, ketika depresi hebat melanda ekonomi kapitalis, Joh Maynard
Keynes datang untuk mengatasi kesulitan tersebut. Peran gemilang Keynes
mengeluarkan ekonomi AS dan eropa dari krisis parah, menyemburkan
namanya kepermukaan, dan selalu menjadi patokan orang sebagai salah
satu jalan mengatasi krisis, seperti juga yang muncul dalam pemikiran
ekonom kiri dan kanan sekarang ini. 

Di AS, muncul rumor dengan
kemunculan dua orang think-thank ekonomi, yang sekarang ini berdiri
dibelakang Barack Obama, yaitu Tim Geithner dan Larry Summers, yang
mana keduanya punya reputasi dan pendekatan berbeda dengan ekonom
konservatif/republic yang sangat pro-neoliberal. Kedua orang ini, meski
harus diuji lagi kebenarannya, dikenal dalam usahanya mendorong
intervensi Negara dalam sistem pasar. 

Sementara itu di luar
AS, terutama Eropa dan Amerika Latin, pemerintahnya tidak mau menunggu
penanganan petinggi Bank Sentral dan pejabat tinggi AS. Para pemimpin
eropa misalnya, terutama inisiatif Jerman, Inggris, dan Perancis, yang
menolak membeli produk-produk “bubble” yang dimiliki Bank-bank mereka,
yang sudah terseret kemacetan likuiditas oleh wallstreet, dan
sebaliknya mereka memilih menasionalisasi bank-bank tersebut. Mereka
menolak imbauan IMF untuk memperketak perbankan dan menaikkan suku
bunga; sebaliknya, mereka menurunkan suku bunga dan mengalirkannya
kepada sector real.

Metode paling progressif di tunjukkan “blok
alternative” di Amerika Latin. Venezuela menerapkan sistem Kontrol
Pertukaran Mata Uang (Currency Exchange Control - CEC), selain
melakukan kontrol devisa, serta mengalirkan keuntungan dari tingginya
harga minyak untuk pembangunan infrastruktur, menggerakkan sector
real—khususnya sector telekomunikasi dan pertanian.

Ada begitu
banyak metode, yang pada dasarnya kembali “mengandalkan Negara”, tapi
tujuan akhirnya berbeda-beda; memihak pada kepentingan orang kaya atau
mayoritas kaum miskin. Model penyelematan AS, lewat skema bailout,
terutama untuk menyelamatkan aset-aset kaum kaya dengan melancarkan
likuiditas bank-bank bermasalah. Lain lagi dengan sepak terjang
pemimpin eropa. Pemimpin seperti Gordon brown, Nicholas Sarkozy,
ataupun Merkel, misalnya, lebih menekankan usaha praktis untuk
memisahkan ekonominya dari efek-domino krisis financial di AS.

Lantas,
dengan semakin menyebarnya peran negara mengendalikan kerusakan yang
ditanggung kaya akibat keserakahan mereka sendiri, apakah ini yang
disebut sebagai perubahan dalam ekonomi global? Sebelum melangkah jauh,
saya ingin memberikan catatan, bahwa didalam eksistensi negara terdapat
fungsi yang melekat, baik ditunjukkan oleh peran historiesnya, maupun
oleh bentuk fungsionalnya, adalah memelihara sistem kapitalisme.

Ideology
pasar bebas yang dibangun dan berjaya luar biasa selama 30-an tahun
akhirnya ambruk, mengikuti kehancuran secepat kilat bank-bank besar di
AS dan Eropa, yang selang waktu kejatuhannya benar-benar menakjubkan.
Tangisan sejumlah kanan neoliberal di AS harus dibayar dengan
“sosialisme keuangan, yang bertujuan untuk menjaga modal, bukan
mengambil alihnya. Tidak ada keraguan mungkin, bahwa ukuran dosis yang
diberikan oleh negara kepada sistem kapitalisme hanya mengembalikan
hubungan antara negara dan modal. Kalaupun tidak demikian, namun
setidaknya apa yang terjadi hari ini, telah menginkari prasangka
dominan bahwa modal dan raksasa multinasional benar-benar tidak
bergantung pada negara.

Kemungkinan lahirnya model Keynesian
kedua, yang mungkin lebih diperbaharui dan disesuaikan dengan situasi
kontemporer, adalah benar-benar mungkin, dan boleh jadi juga tidak.
Tokh, ketika dogma pasar bebas berjaya, AS dan beberapa negara
penganutnya tidak sepenuhnya mencabut tangan negara dalam pasar, dan
mereka masih menerapkan proteksionisme—tentu dengan modus yang berbeda.
Apa yang sering dipahami secara vulgar, termasuk ekonom progressif,
bahwa Keynes telah berhasil menghentikan krisis kapitalisme. Apa yang
dilakukan oleh Keynes pada tahun 1930-an adalah menentang pendapat
sejumlah ekonom ortodoks, bahwa krisis dapat dihentikan dan tingkat
keuntungan (revenue) dapat dipulihkan jika standar hidup pekerja
dipotong/ditekan. Keynes hanya menertawakan kebodohan orang-orang yang
percaya bahwa pasar dalam menyelesaikan krisis hari ini, tanpa
melibatkan sector lain. Keynes sedikit mengikuti logika Marx, meskipun
ia menolak membaca lebih jauh pemikiran marx dalam capital, bahwa semua
barang di pasar hanya dapat terjual jika pekerja membelanjakan semua
upahnya dan kapitalis membelanjakan semua keuntungannya. 
apa yang
diperlukan dari intervensi negara, seperti juga yang dikehendaki oleh
Keynes, adalah menaikkan level pembayaran untuk konsumsi dan investasi.
Ada dua hal yang dilakukan; pertama,
pertama didorong menurunkan suku bunga. Hal ini akan mendorong orang
menghabiskan pendapatannya ketimbang menyimpan, sehingga akan mendorong
pasar bisa menghabiskan output produksi, serta mendorong perusahaan
untuk terus berinvestasi.

Kedua,
negara harus memikul pengeluaran lansung untuk membiayai pinjaman.
Ketika terjadi deficit pembiayaan, akan terbayarkan dengan sendirinya,
karena sejak ekonomi diperluas, pemerintah akan memperoleh peningkatan
keuntungan dari pajak.

Pada tahun 1930, ketika pengangguran
meningkat 100%, ia menyarankan pembukaan lapangan pekerjaan yang
dilakukan lansung oleh negara. Tapi pendekatan Keynesian yang begitu
radikal, setidaknya dalam ukuran ekonomi kapitalis, ia tetap harus
mempertimbangkan penerbangan modal yang meluas, meningkatnya impor,
keseimbangan dalam deficit pembayaran, dan kenaikan suku bunga yang
drastis.

Bagaimanapun, tidak bisa mempraktekkan teori Keynesian
secara gradual. Keynesian tidak menyelesaikan problem mendasar dalam
sistem kapitalisme, seperti yang berulang kali dijelaskan marx, bahwa;
(1). Ketidakseimbangan antara produksi kapitalis dengan kebutuhan real
masyarakat, yang selalu dijelaskan dengan anarkisme produksi. (2).
Ketidakseimbangan antara keluaran (kapasitas produksi) dengan kemampuan
konsumsi massal—yang parameternya adalah upah (daya beli) masyarakat.
(3). Akumulasi berlebihan, yakni tidak cukupnya produksi nilai lebih,
dibandingkan dengan jumlah capital yang diakumulasikan.

Sosialisme Sebagai Jalan Keluar

Kendati
terlampau dini, dan banyak menyebutkan bahwa ide ini terlampau liar,
tapi saya berani mengatakan bahwa sosialisme-lah jalan keluar dari
keserakahan ini. Beberapa kawan, bukan saja dari spektrum moderat, tapi
juga kawan yang kuhitung kiri, menganggap bahwa krisis ini belum cukup
menjadi kenyataan untuk memunculkan sosialisme. Alasannya, berkali-kali
kapitalisme memasuki krisis dan depresi hebat, bahkan teori ekonomi
borjuis pun kesulitan menjawabnya, tapi toh mereka masih memiliki jurus
untuk menyelamatkannya, dan setelah itu kapitalisme bangkit lagi.
Saya
tidak latah dengan ekspose besar-besaran soal peningkatan penjualan das
capital—meskipun ini menjelaskan hal penting—di beberapa tempat di
eropa, atau semakin seringnya economics dan banyak jurnal ekonomi ngetrend  di
dunia selalu merujuk pemikiran Karl Marx, tapi semata-mata karena
menemukan ketepatan soal sejumlah analisa Marx soal perkembangan
kapitalisme, dan kegagalan dan kemeresotan yang sudah sangat kasat mata
ditimbulkan oleh kapitalisme. Seperti gurauan seorang kamerad saya; “sialnya, 
prediksi Marx selalu benar”.

Krisis
yang terjadi sekarang, tak dapat disangkal, banyak yang luput
dijelaskan oleh teori ekonomi borjuis, dan terkadang persoalan yang
begitu sederhana, yang seharusnya bisa dihindari, tetap diacuhkan dan
ekonomi dibiarkan berjalan yang beresiko sangat buruk. Semua itu hanya
untuk melayani keserakahan kapitalis. Krisis kapitalisme sekarang, yang
sedikit berbeda dengan krisis sebelumnya (krisis finansial Meksiko pada
1994-95, krisis finansial Asia 1997-1998, krisis finansial Rusia 1996,
keruntuhan pasar modal Wall Street pada 2001 dan keruntuhan finansial
Argentina pada 2002), karena kedatangannya bersamaan dengan krisis
kapitalisme global; gugatan terhadap neoliberal mengemuka, kerusakan
ekologi, krisis pangan, krisis energi, dan perubahan iklim. Dengan kata
lain, bahwa kapitalisme sekarang ini tidak lagi menyediakan kesempatan
untuk melanjutkan kehidupan, setidaknya kalau sistem ini tidak cepat
dirubuhkan.

Pada masa krisis ini, ekonom kapitalis menganjurkan
kita untuk menerima proposan bernilai jutaan dolar AS, guna menalangi
bank yang bankrut, melancarkan likuiditas bagi institusi keuangan;
pendeknya, mereka menalangi orang kaya. Sebaliknya, sosialisme
berpendapat, bahwa dana yang besar seharusnya dipergunakan untuk
membiayai pembukaan lapangan kerja baru, jaminan perumahan layak, dana
tambahan untuk menjamin produksi berbasis pro-lingkungan, serta jaminan
kesehatan dan harga makanan pokok yang stabil. Jika yang pertama, yaitu
kapitalisme, melayani pemodal dan orang kaya, maka yang kedua
melindungi mayoritas orang miskin dan keberlanjutan kehidupan diplanet.
Kapitalisme menghamba kepada akumulasi profit, keserakahan, dan
pemusnahan, maka sosialisme menentang logika akumulasi profit,
menawarkan kesetaraan, dan solidaritas.

Venezuela, sebuah negara
yang sedang berada dalam perjuangan menuju sosialisme, justru mampu
mengarahkan pembangunan ekonominya guna memenuhi kebutuhan dasar
rakyat. Atapun Kuba, misalnya, di negeri sosialis ini kita tidak
menemukan kelaparan, penghilangan dana pension, ataupun penyitaan rumah
karena penghuninya tidak sanggup melunasi kredit. Meski Venezuela
sedikit mengalami kesulitan baru akibat anjoknya harga minyak dunia,
tapi jelas bahwa mereka lebih imum, lebih punya perisai tebal, lebih
tangguh, ketimbang negara-negara lainnya, apalagi Indonesia. Venezuela
juga menghimpun negara-negara Amerika Latin lainnya untuk melepaskan
diri dari ketergantungan akan mata uang dolar AS dengan merencanakan
berdirinya Bank Selatan (Banco del Sur).

Tentu saja, saya tidak
berfikir soal keniscayaan keruntuhan kapitalisme neoliberal secara
otomatis, apalagi berfikir lebih jauh bahwa keruntuhan ini serta merta
digantikan oleh sosialisme. Kita masih memiliki beberapa pekerjaan
berat untuk mewujudkan sosialisme sebagai alternatif; pertama, kita
perlu untuk berani memunculkan kembali gagasan sosialisme, dalam
berbagai arena (akademik, media, panggung politik, akar rumput, dsb),
setelah sekian lama gagasan sosialisme seperti pingsan dan ruang-ruang
tersebut dikuasai ide-ide kapitalisme neoliberal. Kedua, kita perlu
memelihara dan memperbanyak cermin bagi dunia baru; segala bentuk
praktek mengubah masyarakat agar lebih baik, humanis, dan demokratik.
Oleh karena itu, kerja memperkuat solidaritas terhadap kekuatan dunia
alternatif, seperti Venezuela, Kuba, Bolivia, ataupun
perlawanan-perlawanan pekerja yang menginspirasikan, perlu terus
ditingkatkan. Ketiga, gerakan sosial radikal, partai politik kiri, dan
sector-sektor progressif lainnya, harus memulai pembangunan gerakan
politik yang kuat, untuk bertarung panggung politik nasional dan
merebut kekuasaan. Tidak cukup bagi gerakan sosial menghadang daya
merusak kapitalisme, jikalau hanya tetap bertahan pada memperjuangkan
isu tertentu dan terpisah dari politik real.
 
Saya yakin, bahwa
reformasi-reformasi atau solusi setengah-setengah dari negara kapitalis
sekarang tidak akan mampu menyehatkan kapitalisme dari penyakit.
Paling-paling obat itu hanya menghilangkan rasa nyeri, tapi tidak
menghilangkan penyakitnya. Dan bagi saya, gagasan sosialisme sebagai
solusi perlu diajukan sejak sekarang. 


----RUDI HARTONO, pengelolah jurnal arah-kiri dan pengurus Papernas.



    
 Baca Selengkapnya!

"Tugas Manusia adalah Menjadi Manusia" (Multatuli)
Stand up for Democracy! Website http://www.arahkiri2009.blogspot.com



      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, 
Bangun Sosialisme!

Situs Web: http://www.indomarxist.co.nr/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke