Balada Gugurnja Kader Aksi

 

Oleh: Lelonokaryani

Disadur dari:
Kepada Partai, kumpulan sandjak; Yayasan Pembaruan, Jakarta 1965. (Terima kasih
kepada Perhimpunan Dokumentasi Indonesia atas naskah puisi yang berharga ini)

 

I.

Dan pagi ini
matahari telah tinggi

jang bangkit
ditempa matahari

jang hidup
dibesarkan karena tanah

tak pernah
ter-impikan

bahwa duka ini
ter-elakkan

dan kesetiaan, ah
kesetiaan mana jang memadai

kesetiaan seorang
komunis terhadap partainja

dan garis itu
didjalani karena sumpah

sepenuh djiwa

sepenuh djiwa

 

Mati bagi seorang
komunis

memberikan
kepadanja nama sebagai pahlawan

kerdja bagi
seorang komunis

memberikan
kepadanja nama sebagai teladan

dan apa jang
telah diberikan dan sedang dilakukan

belum sepenuh
harapan Rakjat pekerdja.

 

Maka tersiarlah
berita

di mana-mana
terdjadi pergulatan

karena pergulatan
itu merebut kebenaran

dan kebenaran
itu, peng-hak-an terhadap tanah garapan

djadilah sekarang
soal merebut kebenaran itu

lautan jang tak
pernah kering dalam tjerita

dalam semua
peristiwa.

 

Kapan sadja dan
dalam tahapan zaman

hidup ini
dibangun oleh kerdja kaum tani

tak sialah, bahwa
kejakinan itu

dimana sadja
berada dalam genggaman tangan

dan angkatlah
tanganmu tinggi-tinggi

berikan hormat

kepada
pendahulu-pendahulu revolusioner kita

jang mendjadikan
tanah tempat tempaan djiwa

hati dan
fikirannja

jang mendjadikan
tanah tumpah darahnja

jang mendjadikan
tanah bumi kemenangan.

 

Dan mereka jang
mati membela kebenaran

memberikan pesan
arif

apakah artinja
bui bagi kita

karena bui adalah
tempat pembadjaan diri

apalah artinja
tempat buangan bagi kita

karena tempat
buangan itu pangkalan pembangunan kemenangan

dan apalah
artinja teror dan bunuh terhadap kita

karena djiwa jang
diarah reaksi itu

memberikan rabuk
buat tumbuh suburnja partai.

 

Kini bagi mereka
jang masih hidup dalam memberikan andil djuangnja

dipahat oleh
keberanian jang diwarisi dari pendahulu-pendahulu revolusioner

dan alangkah
indahnja keberanian itu

menghadapi bui,
buang dan bunuh

risiko bagi
setiap pedjuang.

Setiap djiwa
komunis jang djatuh

mengangkat
keberanian untuk semakin tumbuh

dan tanpa
mengharap taburan bunga

tanpa mengharap
tanda-pangkat menghias dada

djalan berduri
itu dilalui

lereng-lereng
gunung itu didaki

lautan itu
didjeladjahi

tanpa lelah,
tanpa keluh kesah.

 

II.

Maka tersiarlah
berita itu

di mana-mana
terdjadi pergulatan

dan bagai
mutiara-mutiara aksi-aksi kaum tani di desa lain

sebutlah disini
Kabupaten Djember

desa itu namanja
Andongsari di Ambulu

tanggal
lapanbelas november enamempat

tertjatat
peristiwa jang pilu.

 

Makin terasa
matahari tinggi memanasi bumi

siapa jang mau
mengedjar matahari

angin dan
badaipun tak kuasa mematju

apalagi kekotoran
reaksi

karena matahari
itu ibarat aksi kaum tani

dan aksi kaum
tani itu ibarat matahari

jang terus
dipanasi kadar situasi

jang menjusur
tepian laut

mendjalar kebukit
dan hutan-hutan

jang mendjamah
seluruh pedesaan

alangkah indahnja

karena aksi kaum
tani itu suatu keberanian

dalam merebut
kebenaran

dalam merebut
tanah garapan.

 

III

Tuan tanah Gewor,
demikianlah namanja

pemilik tanah kelebihan
didesa itu

dengan matagelap
dan keangkuhan

tanah lebih itu
dikukuhi

tak mengindahkan
redistribusi tanah

dari pemerintah
kepada penggarap

jang disahkan
panitia landreform

dan kisah itu
membuat amarah kaum tani.

 

Dimanakah dalam
sedjarah terdjadi

kaum penghisap
itu sukarela menjerah kepada jang dihisap

demikianlah
adanja dengan tuan tanah Gewor

penghisap didesa
Andongsari jang tersohor

ketika tanah
lebih itu dimiliki pemilik baru

jang membajar
dengan harga ribuan. Moersid namanya

maka
membangkanglah tuantanah Gewor kepada pemerintah.

Dan pembangkangan
itu dipertaruhkan 

dibenumlah
tjenteng-tjenteng tuantanah menjadi bandit-bandit

Misbah sebagai
kepala dan empat orang desa pengikutnja

sesumbarlah
bandit-bandit itu keseluruh pelosok desa

jang bakal menggarap
tanahlebih tuannja

djanganlah
menangisi adjal jang bakal tiba.

 

Sesumbar
bandit-bandit desa meraung menembusi buana

lalu udara
mendjadi keruh dan angin djahat bertjebur dimana-mana

dan Moersid
mendengar sumbaran itu

beban fikirannja
jang mengendap dalam benaknja

bagai tjahaja
matahari jang bermain-main dilangit

apalah artinya
Moersid seorang diri

sedang hajatnja
pernah disadap tuantanah djahat

apalah artinya
Moersid seorang diri

sedang ia sendiri
anggota BTI

dan
kepertjajaannja bahwa organisasi akan membela dirinja

benderang dalam
fikirannja mengungguli terangnja matahari

dan itulah djuga
kebenaran

jang membasahi
darah dagingnja sebagai seorang komunis.

 

IV

Desa Andongsari,
ah desa Andongsari tertjinta

dan di Ambulu,
Belanda pernah mati kutu

pangkalan gerilja
jang melahirkan pradjurit-pradjurit djantan

di daerah Djember
selatan

aksi-aksi kaum
tani tak pernah padam.

 

Tadi djuga di
Ambulu

kekuatiran
lenjapnja tanah jang dibela

mengatja-ngatja
setiap kaum tani

dan seperti
dipendjuru manapun

tjinta terhadap
tanah garapan itu dibawa mati

 

Dan BTI

Barisan Tani
Indonesia

tampil membela
martabat undang-undang negara

lalu duka jang
meradjai kaum tani

lenjap! Darah
djantan jang mengangkat kejakinan

memberikan air
segar pada jang bermula lemah semangat

oi, orang-orang
komunis di barisan depan

memimpin aksi
menggarap tanah garapan.



Sebutlah nama Suwardi

fungsionaris CR
PKI aktivis BTI

ah, Suwardi putra
terbaik Andongsari

pada bulan dan
hari jang tjerah itu

ia memimpin
duapuluhlima orang anggota BTI

gotongrojong menggarap
tanah hakmilik Moersid

ditangan mereka
tergenggam patjul dan sabit.

Tuantanah Gewor
jang terbeliak matanja

darah jang
mengendap dalam djantung

berbuntjah-buntjah
menggenangi muka tuantanah Gewor

iapun marah,
iapun mengandalkan kekuatannja jang telah kendor.

Dan dipanggilnja
bandit-bandit desa itu

ajo, ajo, akompol
kabbhi*, katanya dalam kemasgulan

matanja berang
hatinja garang

dan bandit-bandit
desa itu dengan sikap sebagai budak

menerima perintah
tuantanah Gewor:

gagalkan
penggarapan tanahlebih itu, demikian perintahnja

dan jang menerima
perintah menundukkan kepala

dunia jang
berpusing di matanja tak memberi warna apapun

alangkah gelapnja
dunia ini bagi orang-orang djahat

dan bandit-bandit
desa itu terhujung gentajangan

mendjalankan
perintah tuannja, si Gewor tuantanah djahat.

 

V

Hei, hei, akulah
jang mendjaga harta-benda Gewor

di Andongsari
jang tersohor

demikianlah kata
Misbah bandit desa dan bandit-bandit desa itu

golok ditangannja
membuat kilatan tjaja bermain diudara

dan bagai ketemu
hantu di tengah malam

orang dan
binatang di djalanan berlarian

diterdjang
bandit-bandit upahan barisan djahanam.

 

Dan Soewardi
fungsionari CR PKI aktivis BTI

jang menamam
kebaikan menabur semangat keberanian

dan dalam
binar-binar tjaja matahari

di tengah sawah
itu, buah-buah jang dipetik

panen kemenangan.
Impian itu lalu djadi kenjataan

bandit-bandit
desa lari tunggang-langgang

seperti lidi
dalam ikatan, kaum tani melawan kedjahatan.

 

VI

Lalu Suwardi,
lalu kaum tani

mengasah
kewaspadaan. Tanah itu ditjangkul

diolah! Seperti
dijakini tanah itu memberikan nafas kehidupan

dan jang
dibutuhkan kebebasan

dan jang
didambakan adalah kemerdekaan

seperti dunia
berputar mengelilingi bumi

seperti matahari
jang memantjarkan sinar kebadjikan

maka alampun,
maka hiduppun dibangun

dalam
pergulatan-pergulatan. Dan jang menggenggam kebenara

itulah jang
menang.

 

Siapakah jang
paling berhak mendapat kebebasan dan kemerdekaan

sebutkanlah
duapatah kata ini: kaum tani

karena hidup ini
dibangun oleh kerdja kaum tani

dan
tuantanah-tuantanah jang mendapat kekalahan didesa itu

lalu mengganas
seperti kehabisan dunia

dan bandit-bandit
jang dikota seperti andjing-andjing jang kelaparan

memamah apa sadja
jang didapat

meraung-raung dan
menggonggong dalam kegilaan

karena mereka
telah terlepas dari kebenaran

alangkah
mendjidjikkannja!  

 

VII

 

Setapak-setapak
matahari pagi itu naik

membuat
perdjalanan makin tinggi

makin hangat dan
panas

dan kedjadian itu
sedjarah telah memastikan

 

Dan jang mengolah
tanah

tak ada
kedjudjuran jang paling mantap

selain kedjudjuran
petani

lalu apa jang
dimiliki, patjul dan sabit

belum kuasa untuk
mendjadi kerabat dalam aksi

mengolah dan
menggarap tanah garapan itu

maka berkatalah
seorang petani: kita kekurangan alat

dan
penggarap-penggarap berpaling, mengangguk-angguk

lalu sepakat.

 

Andaikan tanah
itu meminta segala jang ada

tak sajang
djiwapun diberikan

dan Suwardi lalu
angkat bitjara

aku akan tjarikan
luku dan sapi

karena djika
tanah tiada digarap

revolusi akan
mati.

 

Suwardi
fungsionaris CR PKI aktivis BTI

dalam membikin
perhitungan

ditumpahkan
ketjintaan itu kepada kaum tani

dan dikorbankan
segala kebentjian kepada kaum penghisap

disinilah tjerita
itu dimulai

keras hatinja
membela kaum tani

dan bekal itu
dibawahnja dalan mentjari luku dan sapi.

 

Ditengoknja
matahari dan segala kekurangan dirinja

dan dunia baru
jang tiba itu seperti digenggamnja

--- bangunlah
kaum yang terhina

bangunlah kaum
jang lapar ---

luku dan sapi
jang kini berada ditangannja

melukiskan
kebahagiaan berdjuta manusia

o, alangkah
rindunja ia pada kebahagiaan

hidup jang
dibangun oleh kerdja kaum tani.

 

Luku dipundaknja,
sapi digiringnja

dan aksi
revolusioner kaum tani itu diteruskan

jang memudji dan
jang membentji kaum tani saling berhadapan

siapapun tak usah
heran

djika tuantanah
Gewor, tuan tanah djahat itu

tak pernah
memudji kebadjikan Suwardi kepada kaum tani

dan disawah
Moersid luku dan sapi itu dinanti.

 

VIII

Hari itu tak
terlupakan

setan-setan desa
menghundjamkan tawa djahanam

dan
andjing-andjing dikota jang kelaparan

berebut tulang
saling mentjari muka

dan didesa
Andongsari desa Andongsari tertjinta

bermukimlah
segala kekedjian dihati bandit-bandit desa.

Brenti! Brenti!
Dan teriakan itu seperti membelah bumi

Suwardi tahu kini
bukan bahasa jang bitjara

kedjantanan
komunisnja dihadangkan dan maut jang datang itu

dilawannja
gerombolan bandit-bandit desa

Dan Misbah telah
menantjapkan parangnya

dileher Suwardi
dan rebahlah seketika

darah itu
tertumpah. Tanpa pamit siapa

ketjuali
kejakinan, gugurlah Suwardi

mendekap bumi,
luku, dan sapinja

betapapun duka
membungkus keluarganja tapi tak satupun jang merasa tersiksa

 

dan setiap
komunis jang jatuh

mengangkat
keberanian untuk semakin tumbuh

dan di
Andongsari, di Ambulu dan dimana-mana

kaum tani beraksi
dan berdemonstrasi menuntut bela

Hukum mati
Misbah! Hukum mati Gewor! Ganjang tudjuh setan desa!

Laksanakan UUPBH
dan UUPA! Dan itulah kebenaran

lautan jang tak
pernah kering dalam tjerita.

 

 

Keterangan:

*) ajo, ajo
akompol kabbhi! (dari bahasa Madura yang artinya ayo,ayo berkumpul semua).

 

 




      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, 
Bangun Sosialisme!

Situs Web: http://www.indomarxist.co.nr/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:indo-marxist-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:indo-marxist-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    indo-marxist-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke