----------------------------------------------------------
FREE for JOIN Indonesia Daily News Online via EMAIL:
go to: http://www.indo-news.com/subscribe.html
- FREE - FREE - FREE - FREE - FREE - FREE -
Please Visit Our Sponsor
http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1
----------------------------------------------------------

Precedence: bulk


POS MARINIR DIBAKAR MASSA DI AMBON

        Sesudah bentrokan massa dengan aparat keamanan di kawasan Pohon Mangga, Air
Salobar yang menewaskan dan melukai sejumlah warga sipil serta anggota TNI
dari kesatuan Marinir/TNI AL tanggal 23/8, korban sia-sia kembali jatuh
menjelang tengah malam 25/8 hingga subuh 26/8 di kawasan Tanah Lapang Kecil,
depan kantor Telkom. Korban sia-sia itu disebabkan oleh gerakan massa yang
berusaha keras menerobos penyekatan yang dibuat satuan Marinir, antara
pemukiman-pemukiman yang rawan konflik, yaitu pemukiman Tanah Lapang Kecil
Muka dengan pemukiman Batugantong, Perigi Lima, dan lokasi Tanah Lapang
Kecil Bawah yang adalah lokasi kampus Universitas Keristen Indonesia Maluku.

        Dalam kasus tanggal 23/8,  satuan Marinir yang hendak membuka
blokade jalan raya yang dilakukan massa berbaju dan berikat kepala putih itu
mengalami perlawanan keras. Blokade jalan raya di kawasan Pohon Mangga itu
mengakibatkan terisolirnya kawasan pariwisata Latuhalat dan Erie dari pusat
kota Ambon Dua orang anggota Marinir dilaporkan luka dalam insiden ini
karena massa yang berkeras meneruskan blokade jalan raya melakukan
perlawanan dengan melemparkan bom-bom rakitan ke arah pasukan Marinir. Di
kalangan warga sipil sejumlah korban terluka dan tewas ketika melawan
pasukan Marinir yang terus melakukan tekanan untuk membuka blokade jalan
negara itu.

        Insiden 25/8 s/d 26/8 dimulai sekitar pukul 20.00 dengan pergerakan
massa dari arah mesjid al-Fatah ke arah Tanah Lapang Kecil Muka.  Kawasan
Tanah Lapang Kecil Muka sendiri diketahui telah dihuni sejak lama oleh warga
Muslim yang sebagian besar berasal dari luar daerah Maluku. Kawasan itu
terletak di sisi sungai kecil Batugantong yang mengalir melewati kawasan
pemukiman Tanah Lapang Kecil. Di sisi sungai lainnya terletak kompleks
markas Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease serta asrama para anggota
Polisi. Di sebelah luar batas kompleks Polres tersebut tegak sejumlah rumah
keluarga pensiunan Polisi Di sini berdiam Merry Manuhuttu, seorang saksi
mata dalam kasus penggalangan massa dengan kapal laut memasuki kota Ambon.
Gerakan massa yang terlihat offensif itu memasuki dan terus menumpuk di
Tanah Lapang Kecil Muka. Saksi mata yang berdiam di pemukiman pensiunan
Polri membenarkan bahwa konsentrasi massa yang membesar itu mulai melakukan
pelemparan-pelemparan batu ke arah pemukiman para pensiunan Polisi. Beberapa
rumah sejak awal mengalami kerusakan karena lemparan batu  tersebut
sementara aparat Kepolisian/Brimob meningkatkan kewaspadaan di sekeliling
kompleks Polres itu.

        Ketegangan meningkat ketika menjelang tengah malam barisan massa berusaha
bergerak menerobos barikade Marinir di depan Kantor Telkom ke arah pemukiman
Batugantong. Kawasan Batugantong yang padat hunian itu memang disekat dari
kawasan Tanah Lapang Kecil Muka yang saat itu telah dipenuhi konsentrasi
massa yang terus membesar. Menjelang tengah malam saksi mata memperkirakan
jumlah massa di TKP berjumlah lebih dari 1000 orang. Sementara sebagian
massa terus menyerang kawasan pemukiman pensiunan Polisi dan gedung
Gereja/Kapel di kompleks Polres dengan lemparan batu dan bom rakitan,
sebagian berusaha menerobos barikade Marinir. Dari Pos Terpadu di markas
Kodam XVI Pattimura yang memantau perkembangan situasi, contact-person Pusat
Penanggulangan Krisis PGI melaporkan bahwa satuan-satuan pengamanan
diseluruh bagian kota memang telah diperintahkan sejak semula untuk
bertindak lugas untuk menghentikan serangan massa dari pihak manapun.
Perintah tembak di tempat yang pernah dikeluarkan Panglima Kodam XVI
Pattimura semula dimaksudkan untuk menangkal gerakan massa menyerang ke
lokasi tertentu. Patut dicatat  bahwa kelemahan sejumlah satuan pengamanan
selama ini adalah bahwa mereka tidak secara lugas menghambat gerak massa
yang maju menyerang kawasan tertentu. Terbakarnya lokasi perdagangan di kota
Ambon dan sejumlah pemukiman, sebagian besar disebabkan oleh tindakan satuan
pengamanan yang tidak sungguh-sungguh bertindak menghentikan inisiatif
penyerangan dari gerombolan massa yang bergerak menyerang. Dalam banyak
kasus, ada satuan-satuan pengamanan yang malah ikut menembaki massa yang
sedang membela diri dari para penyerang, baik penembakan terang-terangan
maupun penembakan tersembunyi. Dalam kasus penyerangan ke desa Poka akhir
minggu lalu massa yang sedang berjaga-jaga malah tertembak mati bahkan bukan
oleh anggota satuan yang sedang bertugas tetapi oleh anggota Zipur, Poka
yang sedang menjaga rumah milik seorang prunawirawanTNI. Dilaporkan bahwa
malam itu massa Batugantong tidak terpancing melakukan gerakan apapun.
Bahkan sebagian besar penduduk Batugantong baru terbangun dari tidur ketika
bom-bom rakitan telah dilemparkan dan meledak berturut-turut di tengah malam.

        Lewat pkl 24.00 massa penyerang semakin nekat menerobos barikade. Sejumlah
bom rakitan dilemparkan ke arah pasukan Marinir yang kemudian mengambil
inistiatif melumpuhkan penyerang. Tembakan-tembakan peringatan yang meletus
dalam ritme otomatis memang tidak dihiraukan massa penyerang yang terus
disemangati oleh suara azan dari pengeras suara mesjid. Saksi mata
melaporkan bahwa desakan massa berjumlah besar itu menyebabkan pasukan
Marinir terdesak apalagi sejumlah ledakan mulai terdengar berbeda dari suara
ledakan bom rakitan. Marinir mengenal bunyi ledakan itu sebagai bukan
ledakan bom rakitan tetapi ledakan sejenis granat. Ledakan-ledakan yang khas
itu tidak diketahui dari mana asalnya tapi dilemparkan ke arah Marinir.
Akhirnya Marinir bertindak melumpuhkan penyerang dengan menembak ke arah
mereka yang bergerak mendekat dan mengancam. Korban sia-sia mulai berjatuhan
dan terus berjatuhan. Mereka adalah korban tembakan yang tewas atau terluka
sia-sia hanya karena bertindak nekat melawan petugas keamanan.

Simbol-simbol Penyerang

        Para penyerang dalam insiden ini terlihat mengenakan baju dan ikat kepala
putih. Simbol ini dikenal sebagai simbol perlawanan atas nama agama.
Sejumlah warga Kristen di kota Ambon menginformasikan bahwa barisan berbaju
putih itu memang selalu berinisiatif menyerang ke pemukiman-pemukiman warga
maupun di kawasan pertokoan. Tapi tidak semua umat Islam terlibat dalam
penyerangan-penyerangan yang menggunakan baju dan ikat kepala berwarna putih
itu. Sehingga massa Kristen harus membedakan antara penyerang berbaju-putih
yang terus-menerus mengancam ketenteraman hidup masyarakat dengan umat Islam
umumnya yang tidak berinisiatif melakukan penyerangan. Tepatlah jika mereka
yang dimobilisasi dan melakukan penyerangan dengan menggunakan simbol-simbol
berwarna putih ini dikategorikan sebagai Kelompok Pengacau Keamanan.    Selain
simbol serba putih, sejumlah penyerang juga suka menggunakan seragam loreng
militer dan bersenjata api bukan hasil rakitan. Jenis ini adalah para
pengacau keamanan yang sempat ditahan satuan Marinir  yang bertugas
memadamkan konflik di kawasan OSM/Kampung Timor.

Pembakaran Pos Marinir dan Penembakan

        Tindakan tegas Marinir akhirnya menghentikan penyerangan di dini hari
(sekitar pkl. 03.30 wit) itu. Sampai saat ini belum ada informasi mengenai
jumlah korban. Berdasarkan laporan situasi menyeluruh, setelah Marinir
bertindak tegas situasi berangsur tenang dari bunyi ledakan bom dan
tembakan. Sementara itu sedikitnya tiga buah rumah para pensiunan Polisi
mengalami kebakaran akibat serangan bom rakitan. Tapi menjelang pagi suasana
kembali menghangat ketika massa berbaju putih kembali mengacau dengan
sasaran Pos Jaga Marinir. Pos Jaga beserta seluruh isinya (kecuali amunisi)
dibakar tanpa ada upaya pemadaman. Diduga kuat, tindakan ini merupakan
pelampiasan nafsu penyerangan yang tidak tersalurkan. Belum diketahui berapa
banyak kerugian  yang diderita satuan Marinir.

        Sekitar pkl. 11.00 wit (26/8), di pantai Tanah Lapang Kecil Belakang, tepat
di belakang kampus UKIM, sebuah speed boat tiba-tiba mendekat ke pantai dan
seorang penumpang berpakaian sipil di dalam speed boat  itu melakukan
penembakan secara otomatik ke arah pantai. Penembakan misterius itu memang
tidak menimbulkan kerugian apa-apa selain rasa heran mengapa warga sipil
dengan mudah menggunakan senjata api orisinil sebagaimana yang biasa
digunakan militer. Bagaimana mungkin rakyat sipil dipersanjatai ? Atau
jangan-jangan ada anggota militer yang mengalami demoralisasi lalu secara
misterius menembak rakyat yang tidak berdosa dan berbahaya (tidak menyerang).

Rencana Demonstrasi

        Siang hari sekitar pkl 14.00, massa berbaju putih kembali bersiap-siap
untuk melakukan pengacauan. Mereka terlihat berkumpul di dekat bekas gedung
film Amboina. Menurut informasi, massa tersebut akan menuju ke Kantor
Gubernur Tkt. I/KDH Maluku  untuk memprotes tindakan lugas Marinir untuk
menghambat para penyerang berbaju putih dini hari 26/8. Aparat keamanan yang
bertugas di sekitar itu terlihat tetap memblokade jalur-jalur jalan yang
diduga dapat digunakan massa berbaju putih.

Penderitaan Belum Selesai

        Konflik yang masih terus terjadi di Ambon ini semakin terasa berakibat
buruk bagi warga kota maupun warga Maluku secara keseluruhan. Penyerangan ke
desa Loki, Kecamatan Piru, tanggal 19/8 telah mengakibatkan penderitaan itu
meluas ke daratan pulau Seram. Sementara itu obat-obatan semakin langka,
sedang persediaan bahan makanan penduduk di kota Ambon terus menurun secara
drastis. Penderitaan secara fisik ini ternyata tidak memilih latar belakang
agama. Inilah ironi yang dialami oleh semua pihak yang terlibat dalam
konflik fisik di Kota Ambon dan sekitarnya, terutama mereka yang memahami
konflik ini sebagai konflik agama dan bukan konflik yang menunggangi agama.
Di luar itu, akibat-akibat psikologis yang ditimbulkan oleh kerusuhan yang
belum usai ini sesungguhnya terasa lebih berat. Orang bahkan kini merasa
sangat risih mendendangkan  lagu Gandong, pujaan pada hidup kekerabatan yang
mulanya dilagukan dengan penuh kebanggaan

        Pusat Penanggulangan Krisis PGI berpendapat bahwa bagaimanapun juga
masyarakat Maluku harus bekerja bersama-sama menemukan dan mengungkap
konspirasi politik elit yang telah menimbulkan penderitaan berkepanjangan ini.

Demikian Press Release kami

Jakarta, 26 Agustus 1999

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS PGI (PPKPGI)

Pdt. Dicky M. Mailoa
Penanggungjawab




----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Didistribusikan tgl. 28 Aug 1999 jam 11:54:11 GMT+1
oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]>
http://www.Indo-News.com/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Kirim email ke