---------------------------------------------------------- Visit Indonesia Daily News Online HomePage: http://www.indo-news.com/ Please Visit Our Sponsor http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1 ---------------------------------------------------------- Precedence: bulk ISTIQLAL (31/8/99) # PPP MENGANGGAP MEGAWATI MASIH KANAK-KANAK Oleh: Sulangkang Suwalu Berbagai cara yang ditempuh oleh kelompok status quo, guna menjegal Megawati dan menggoalkan Habibie jadi presiden. Money Politic sudah dianggap soal yang biasa saja. Mereka halalkan segala cara demi tujuan. Dan yang menarik adalah cara PPP menjegal Megawai dan menggoalkan Habibie, seperti yang diberitakan berbagai media massa. PPP USULKAN MEGAWATI JADI KETUA MPR Dimunculkan sebuah problem seakan-akan mereka begitu simpatiknya kepada Megawati supaya dapat melenggang mulus menuju konfigurasi kepemimpinan nasional, secara aman, dan bebas hambatan, seperti melalui jalan tol. Untuk "tujuan yang simpatik" itulah, Muhamad Husni Thamrin, salah soerang Ketua DPP PPP mengemukakan bahwa yang paling tepat adalah Megawati harus mengamankan kursi Ketua MPR lebih dulu, sebelum menggapai kursi kepresidenan. Namun mengingat risiko yang dihadapi cukup besar, antara lain terjadinya disintegrasi bangsa akibat penolakan dari golongan Islam, sebaiknya Mega memimpin MPR saja. Sebab, kata Husni Thamrin, dengan duduknya Megawati sebagai ketua MPR, selain akan menempati posisi terhormat sebagai Ibu Bangsa, bisa juga mengatur orang-orangnya duduk di kabinet, termasuk menunjuk seseorang jadi presiden. Jika terjadi deadlock dalam pemilihan presiden, Mega bisa menentukan segalanya untuk kebaikan negeri ini. Dan siapa pun yang direstui Mega untuk jadi presiden, maka akan didukung oleh seluruh komponen bangsa. Sedangkan alasan mengapa partai-partai Islam tidak setuju Mega jadi presiden, karena mereka ragu terhadap kemampuan dan kredibilitasnya. Mega dinilai tidak akan mampu jika diserahi tugas mengurus negara yang berpenduduk 200 juta jiwa ini. Menjadi pertanyaan: apakah usul Ketua DPP PPP Husni Thamrin ini supaya Megawati dapat melenggang mulus menuju konfigurasi kepemimpinan nasional, atau untuk menjegal Mega supaya jangan sampai menduduki kepemimpinan nasional? Strategi PPP yang memperlakukan Megawati sebagai kanak-kanak sekiranya Megawati menerima usul PPP tersebut, yaitu cukup menjadi Ketua MPR saja, maka terbuka jalan yang lapang bagi Habibie untuk menjadi presiden. Tak ada saingan yang berbobot lagi. Dengan demikian tercampaklah Megawati dari kursi presiden. Dan tidak akan ada lagi masalah deadlock dalam SU MPR, tidak ada lagi persoalan disintegrasi bangsa, seperti yang dikemukakan PPP itu. Berarti penolakan apa yang dikatakan "umat Islam" terhadapa Mega, telah berhasil mencapai tujuannya. Pesoalan deadlock itu baru muncul bila Megawati tetap bertahan sebagai calon dan kelompok status quo, termasuk PPP tetap bertahan mencalonkan Habibie. Dan kalau PPP dengan kelompok Islamnya tidak mendukung Habibie, dan memberikan suaranya kepada Megawati, dead lock pun tidak akan terjadi. Jadi, jika terjadi deadlock, itu sesungguhnya termasuk peranan PPP dan kelompok Islam yang menggunakan agama sebagai kendaraan politik. Adalah sangat menggelikan, seolah-olah Megawati dinilai PPP tidak mengerti hak dan kewajiban Ketua MPR dan itu tercermin dari kenyataan dari pernyataan mereka bahwa dengan kedudukannya sebagai Ketua MPR, Mega akan bisa mengatur orang-orangnya yang akan duduk dalam kabinet, malah menunjuk seseorang menjadi presiden. Di mata PPP rupanya Megawati itu dianggap masih kanak-kanak dalam politik. Suatu penghinaan. Karena itu tidaklah keterlaluan, bila A.S. Hikam dari LIPI menilai PPP hendak menipu Megawati (Rakyat Merdeka, 15/7). SIA-SIA MENIPU MEGAWATI Menurut Hikam, usulan Ketua DPP PPP Muhamad Husni Thamrin itu merupakan sebuah strategi untuk mengalihkan perhatian Ketua Umum PDI-P agar tidak terfokus ke kursi presiden. "Sia-sia menipu dengan cara seperti itu," kata Hikam. Megawati tidak akan bersedia jadi Ketua MPR. Hikam juga membantah alasan PPP bahwa umat Islam menolak Megawati jadi presiden, "Karena rakyat yang memilih PDI-P kan mayoritas beragama Islam. Yang menolak kan hanya elit politik mereka saja," kata Hikam. Hikam benar. Elit politik mereka telah memanipulasi umat Islam seakan menolak Megawati sebagai presiden. Padahal yang menolak itu hanya kelompok tertentu saja dari umat Islam. Kelompok yang menggunakan agama sebagai kendaraan politik bagi kepentingannya. Strategi PPP menjegal Mega dan menggoalkan Habibie jadi presiden, menunjukkan mereka menghalalkan segala cara demi tujuan. Mereka katakan Islam tidak membolehkan perempuan jadi pemimpin, padahal tidak ayat dalam Al Quran yang secara khusus mengatakan demikian. Mereka hanya menafsirkan sementara ayat dan mengabaikan ayat yang lain yang membolehkan perempuan jadi pemimpin. Juga mereka perlakukan Megawati sebagai kanak-kanak dalam politik. Seakan-akan Mega tidak mengerti sama sekali mengenai masalah ketatanegaraan. Taktik PPP yang memperlakukan Megawati sebagai kanak-kanak dalam berpolitik, menunjukkan justru PPP sendiri yang masih kanak-kanak dalam berpolitik. Seakan orang mudah saja ditipu. Mungkin karena merasa dirinya telah menjadi penipu yang ulung. Padahal orang yang hendak ditipunya, tentu juga telah mempelajari ilmu tipu menipu dalam politik, supaya jangan bisa tertipu. *** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Didistribusikan tgl. 31 Aug 1999 jam 20:32:41 GMT+1 oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]> http://www.Indo-News.com/ ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++