Sesungguhnya  berbuka  puasa bersama bukan sekedar makan pada
waktu, dengan menu, dan  di  tempat  yang  sama,  juga  ungkapan 
yang bernilai tinggi serta bernuansa  sosial,  yang  bisa 
meningkatkan persaudaraan dan kebersamaan. 

           Ketika  adzan  maghrib berkumandang, seolah-olah masing-masing
berkata dalam lubuk  hatinya,  "Oh  kita  kini makan di meja yang
sama" atau "Apa yang saya makan, ia pun ikut makan". Yang  satu 
tidak  merasa lebih lapar/dahaga daripada yang lain. 

          Masing-masing  berkesempatan  sama  untuk  mencicipi setiap 
hidangan.  Bila  kenyataan  porsinya berlainan, itu semata-mata
faktor : pengendalian selera dan kemampuan lambung saja. 

          Khususnya  dalam  keluarga,  berbuka  puasa bersama  akan  mampu
mempertahankan  kerukunan  atau mengatasi  keretakan.  Bandingkanlah
dengan jalan sendiri-sendiri, apalagi di tempat  yang  berbeda. 
Misalkan  : ibu di kamar tidur, anak sambil nonton televisi, dan ayah
di meja makan,  yang  masing-masing  mempunyai  latar  belakangnya.
Meskipun hidangannya serba lezat,  namun  rasa  adanya  jarak
sedikit-banyak muncul pada dirinya masing-masing. 

                   Orangtua  yang  menekankan  keutuhan keluarga,
maka selama masih berada dalam  satu  rumah,  akan 
berusaha  untuk menciptakannya setiap hari. Tidak heranlah bila para
psikolog menyayangkan  orangtua  yang  saking  sibuknya  di luar
rumah, sehingga waktu berkumpul dengan  anaknya  hampir  tidak  ada, 
termasuk tentunya untuk makan di meja yang sama. 

        Bacalah  kisah  para  ulama yang bereputasi sejarah. Akan terasa
oleh  kita,  bagaimana  kepuasan lahir batin  saat  berbuka  puasa 
bersama  yang  tercipta  dalam keluarganya,  walaupun  terkadang
hidangannya sangat minim. 

        Gema  dan apresiasi berbuka  puasa  bersama di Indonesia dari tahun
ke tahun,  hendaknya  dijadikan  salah  satu  momentum untuk
menunjang kerukunan dan keharmonisan  dalam  keluarga.  Bila 
terwujud,  gilirannya  kenakalan  anak  remaja dan keretakan 
suami-istri  pun  sedikit-banyak  bisa ditekan.     Berdasarkan 
penelitian  para ahli, krisis semacam itu  sering  berpangkal  dari 
jarang  berkumpulnya  mereka  di rumah, termasuk di meja makan,
akibat kesibukannya  masing-masing  di  luar rumah.  Malah hubungan
antara anggota keluarga pun seperti suasana di rumah susun di mana
dalam  hal  makan, masing-masing mempunyai pola dan tempat makan
tersendiri. Sungguh memprihatinkaan ! 

        Sedangkan  dalam skop masyarakat, berbuka puasa bersama bisa
dijadikan sarana pengurangan  sampai  penjernihan  segala  bentuk
perselisihan sebelumnya. Malah siapa tahu bisa menciptakan
rekonsiliasi nasional. 

               Memang besar dampak positif berbuka puasa bersama itu.
Asal saja kita mengkajinya dengan perasaan halus dan pemikiran tajam.



Salam,


Nasrullah Idris
--------------------

Kirim email ke